Apa fungsi nilai nilai dalam hikayat

Pada artikel berikut, kamu akan mempelajari sepuluh nilai-nilai hikayat. Hikayat termasuk pada jenis sastra Melayu klasik merupakan cerminan masyarakat lama. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat adalah cerminan kondisi masyarakat lama saat itu.

Baca juga: Hikayat [LENGKAP]: Pengertian, Jenis, Ciri, dan Struktur
Berikut merupakan nilai-nilai hikayat dan pengertiannya:

Nilai-Nilai dalam Hikayat beserta Fungsinya

Apa fungsi nilai nilai dalam hikayat

Sebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat beserta fungsinya? Berikut penjelasan singkatnya.

1. Nilai Religius

Nilai religius adalah nilai kepercayaan terhadap Sang Maha Pencipta.

2. Nilai Sosial

Nilai sosial adalah nilai yang mencerminkan norma-norma berinteraksi terhadap sesama.

3. Nilai Budaya

Nilai budaya adalah nilai yang berkaitan dengan adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tertentu.

4. Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan adalah nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut kegiatan belajar mengajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Nilai Kepahlawanan (Patriotik)

Nilai patriotik adalah nilai yang berkaitan dengan sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara.

6. Nilai Ekonomi

Nilai ekonomi adalah segala hal yang berhubungan dengan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

7. Nilai Politik

Nilai politik adalah nilai yang berkaitan dengan segala hal yang berhubungan dengan tujuan tertentu untuk meraih kemenangan pada diri seseorang dan berkaitan dengan usaha untuk mengatur kelangsungan hidup.

8. Nilai Moral

Nilai moral atau etika merupakan nilai yang berkaitan dengan baik buruknya suatu perbuatan yang berlaku dalam masyarakat. Nurgiantoro menyatakan moral menyarankan pada pengertian (ajaran) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila. Berdasarkan pendapat di atas, menyatakan nilai-nilai hikayat dalam hal ini moral sama dengan pengajaran perbuatan baik atau buruk yang di terima oleh khalayak umum seperti budi pekerti, kewajiban, akhlak, dan susila. Nurgiantoro menyatakan moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan. Pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Adapun moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ajaran moral merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ajaran moral bersifat praktis, sebab dapat ditampilkan atau ditemukan dalam kehidupan nyata, sebagaimaan model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya. Nurgiantoro membagi jenis-jenis moral dalam hikayat adalah sebagai berikut.

Moral pendidikan

Moral yang terkandung dalam kegiatan belajar pembelajaran didalamnya memiliki unsur edukasi (mendidik).

Moral budaya

Aspek ideal yang berwujud sebagai konsep abstrak hidup di dalam pikiran masyarakat mengenai kata yang harus dianggap penting dan berharga dalam hidup.

Moral Agama

Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Religius dengan agama memang sangat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyarankan pada makna yang berbeda.

Moral Sosial

Jenis moral sosial mencakup masalah yang bersifat tidak terbatas. Ajaran moral sosial dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang menyangkut  harkat dan martabat manusia.

9. Nilai Estetis

Sudjiman menyatakan nilai estetis adalah emosi dan pikiran dalam hubungannya dengan keindahan dalam sastra, terlepas dari pertimbangan-pertimbangan moral, sosial, politik praktis, dan ekonomis. Estetika berurusan dengan konsep-konsep tentang apa yang indah dan buruk, yang syahdu dan lucu yang sama sekali tidak ada urusan langsung dengan kegunaan atau morlitas. Nilai estetika dalam sastra berkaitan dengan bahasa dalam seni sastra. Nurgiantoro menyatakan bahwa dalam sastra dapat disampaikan dengan cat dalam seni lukis, keduanya merupakan unsur bahan, alat, sarana, yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung "nilai lebih" daripada sekedar bahannya itu sendiri. Disamping bersifat imajinatif dan fiktif, dalam bahasa sastra banyak mengandung konotatif dan makna kiasan. Oleh karena itu karya sastra mengandung nilai estetik yang tinggi.

10. Didaktis

Sudjiman menyatakan penggunaan karya sastra sebagai alat pengajaran atau pembinaan moral, keagamaan dan estetika. Jika maksud utama pengarang ialah menyampaikan pesan atau pengajaran, karyanya bersifat didaktis, jadi maksud utama pengaranglah yang menentukannya. Namun Nurgiyantoro mengemukakan bahwa bentuk menyampaikan nilai pendidikan itu bersifat moral atau budaya, ada bentuknya, langsung atau tidak langsung. Dalam hal ini hikayat termasuk folklore sastra klasik yang bentuk penyampaian pesannya hendak disampaikan pembaca. Itulah tadi sepuluh macam nilai-nilai dalam hikayat. Disarankan bagi kamu untuk mempelajari juga unsur-unsur hikayat di bawah ini.
Baca juga: Unsur Unsur Hikayat

Demikianalah artikel tenang nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat beserta pengertiannya. Semoga bermanfaat bagi Anda. Sekian dan terima kasih.

Tahu gak sih, ternyata salah satu bentuk sastra prosa tuh gak cuma cerpen, legenda, cerita rakyat aja, tapi juga ada hikayat loh!

Apa sih, yang dimaksud dengan Hikayat itu? Penasaran? Yuk simak seksama ulasan tentang hikayat berikut ini.

Pengertian Hikayat

Apa fungsi nilai nilai dalam hikayat

Hikayat tersebut berasal dari Bahasa Arab, yaitu “haka” yang mempunyai arti “bercerita atau menceritakan”.

Terus, apa sih yang dimaksud dengan Hikayat tersebut?

Hikayat yaitu salah satu bentuk sastra prosa, terutama pada Bahasa Melayu yang berisikan tentang suatu kisah, cerita, dan dongeng.

Umumnya, hikayat mengisahkan tentang kehebatan atau kepahlawanan seseorang lengkap juga dengan keanehan, kesaktian, dan mukjizat dari tokoh utama.

Sebuah hikayat tersebut dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara, atau bisa juga buat membangkitkan semangat juang.

Salah satu ciri utama dari hikayat adalah anonim yang berarti.

Fungsi Hikayat

Apa fungsi nilai nilai dalam hikayat

Fungsi hikayat adalah sebagai pembangkit semangat, penghibur “pelipur lara”, atau juga cuma buat meramaikan sebuah pesta.

Terkadang, hikayat tersebut mirip dengan cerita sebuah sejarah yang isinya itu banyak ada hal-hal yang gak masuk akal dan dipenuhi dengan keajaiban.

Hikayat tersebut mulai berkembang pada masa Melayu Klasik, jadi banyak kata yang ada dalam hikayat itu mengandung Bahasa Melayu Klasik yang terkadang susah buat dimengerti.

Ciri-Ciri Hikayat

Apa fungsi nilai nilai dalam hikayat

Berikut ini, ada beberapa ciri-ciri dari sebuah hikayat, diantaranya yaitu:

1. Bahasa

Bahasa yang dipakai pada hikayat tersebut merupakan bahasa Melayu Lama.

2. Istana Sentries

Pusat ceritanya itu ada didalam lingkungan istana, dan hikayat tersebut sering sekali bertema dan berlatar kerajaan.

Hal tersebut bisa dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan yaitu Raja dan Pangeran (anak raja).

Selain itu, latar tempat dalam cerita ini yaitu negeri yang dipimpin oleh raja dalam suatu kerajaan.

3. Pralogis (Kemustahilan)

Banyak cerita yang ada pada hikayat gak bisa buat diterima oleh akal pikiran kita.

Kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa atau dari segi cerita. Kemustahilan ini berarti hal yang gak logis atau juga gak bisa diterima nalar.

Contohnya: Seperti bayi lahir disertai pedang dan panah, seorang putri keluar dari gendang.

4. Bersifat Statis dan Komunal 

Didalam Hikayat tersebut mempunyai sifat yang kaku dan juga tetap. Sedangkan, bersifat komunal artinya adalah menjadi milik masyarakat.

5. Kesaktian

Pasti kamu sering sekali menemukan kesaktian pada para tokoh dalam sebuah cerita hikayat.

Contohnya: Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu merusak sebuah kerajaan, Raksasa memberi sarung kesaktian buat mengubah wujud dan kuda hijau.

6. Anonim

Anonim tersebut berarti gak diketahui dengan secara jelas nama pencerita atau pengarang.

Hal tersebut disebabkan karena, cerita yang disampaikan itu secara lisan. Artinya, gak jelas siapa yang membuat atau mengarang hikayat tersebut.

7. Arkais

Menggunakan kata arkhais, bahasa yang dipakai pada masa lampau. Jarang dipakai atau gak lazim dipakai dalam komunikasi pada masa kini.

Contohnya: Hatta, maka, titah, upeti, bejana, syahdan, dan juga sebermula.

8. Bersifat Tradisional dan Didaktis

Hikayat bersifat tradisional atau meneruskan budaya, tradisi, kebiasaan yang dianggap baik.

Sedangkan, bersifat didaktis atau mendidik baik didaktis secara moral atau didaktis secara religi.

9. Menggunakan Bahasa Klise

Pada hal ini, didalam sebuah hikayat menggunakan bahasa yang diulang-ulang.

Struktur Hikayat

Apa fungsi nilai nilai dalam hikayat

1. Abstraksi

Abstraksi yaitu ringkasan atau inti dari cerita yang akan dikembangkan jadi rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga gambaran awal dalam cerita.

Abstrak ini mempunyai sifat orsional, yang artinya sebuah teks hikayat boleh gak memakai abstrak.

2. Orientasi

Orientasi adalah bagian teks yang berkaitan dengan waktu, tempat, atau suasana yang berkaitan dengan hikayat tersebut.

3. Komplikasi

Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat.

Pada bagian komplikasi ini, kamu bisa mendapatkan karakter atau watak dari tokoh cerita sebab kerumitan mulai bermunculan.

4. Evaluasi

Evaluasi adalah konflik yang terjadi dan mengarah ke klimaks mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik tersebut didalam hikayat.

5. Resolusi

Pada bagian resolusi ini, si pengarang mengungkapkan solusi terhadap permasalahan yang dialami tokoh atau pelaku didalam hikayat tersebut.

6. Koda

Koda merupakan nilai atau pelajaran yang bisa kamu ambil dari suatu teks cerita oleh pembacanya.

Unsur-Unsur Hikayat

Apa fungsi nilai nilai dalam hikayat

Unsur-unsur hikayat itu terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Nah, berikut dibawah ini penjelasannya:

1. Unsur Intrinsik

Unsur Intrinsik dalam hikayat merupakan unsur yang membangun cerita dari dalam.

Nah, berikut ini ada beberapa unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah hikayat, yaitu:

  • Tema, merupakan suatu gagasan yang mendasari sebuah cerita.
  • Latar, merupakan tempat, waktu, dan situasi/suasana yang tergambar dalam suatu cerita.
  • Alur, merupakan sebuah jalinan peristiwa dalam sebuah cerita.
  • Amanat, merupakan sebuah pesan yang disampaikan oleh pengarang dengan melalui sebuah cerita.
  • Tokoh, merupakan pemeran pada cerita. Penokohan merupakan penggambaran watak dari sang tokoh.
  • Sudut pandang, merupakan pusat pengisahan darimana sebuah cerita dikisahkan oleh pencerita.
  • Gaya, buat gaya ini berhubungan dengan bagaimana cara penulis menyajikan sebuah cerita dengan menggunakan bahasa dan juga unsur-unsur keindahan lainnya.

2. Unsur Ektrinsik

Unsur ekstrinsik merupakan suatu unsur yang membangun cerita tersebut dari luar.

Unsur ekstrinsik pada hikayat ini biasanya berhubungan dengan latar belakang (background) cerita: Contohnya: Seperti latar belakang agama, adat, budaya, dan lain sebagainya.

Unsur ekstrinsik juga berkaitan dengan nilai atau norma kehidupan dalam cerita. Contohnya: Seperti nilai moral, nilai agama, nilai budaya, nilai sosial, dan lain sebagainya.

Jenis-Jenis Hikayat

Apa fungsi nilai nilai dalam hikayat

Hikayat ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu berdasarkan isinya dan berdasarkan asalnya. Berikut penjelasannya:

1. Hikayat Berdasarkan Isinya

Berdasarkan Isinya, hikayat terbagi ke dalam beberapa jenis, diantaranya yaitu sebagai berikut ini:

  • Cerita-cerita Islam
  • Sejarah dan Biografi
  • Cerita berbingkat
  • Cerita Rakyat
  • Epos India
  • Cerita dari Jawa.

2. Hikayat Berdasarkan Asalnya

Hikayat berdasarkan asalnya ini dibagi menjadi beberapa jenis, yang diantaranya sebagai berikut:

a. Melayu Asli

Contoh Hikayat Melayu Asli, diantaranya yaitu:

  • Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
  • Hikayat Si Miskin (bercampur unsur islam)
  • Hikayat Indera Bangsawan
  • Hikayat Malim Deman.

b. Pengaruh Jawa

Contoh Hikayat yang mempunyai pengaruh Jawa, diantaranya sebagai berikut ini:

  • Hikayat Panji Semirang
  • Hikayat Cekel Weneng Pati
  • Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma).

c.  Pengaruh Hindu (India)

Contoh dari Hikayat pengaruh India, diantaranya yaitu:

  • Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
  • Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
  • Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
  • Hikayat Bayan Budiman.

d. Pengaruh Arab-Persia

Contoh dari Hikayat Pengaruh Arab-Persia, diantaranya sebagai berikut ini:

  • Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
  • Hikayat Bachtiar
  • Hikayat Seribu Satu Malam.

Nilai-Nilai dalam Hikayat

Apa fungsi nilai nilai dalam hikayat

1. Nilai Religius

Nilai religius merupakan nilai kepercayaan terhadap Sang Maha Pencipta.

2. Nilai Sosial

Nilai sosial merupakan nilai yang mencerminkan norma-norma berinteraksi terhadap sesama.

3. Nilai Budaya

Nilai budaya merupakan nilai yang berkaitan dengan adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tertentu.

4. Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan merupakan nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut kegiatan belajar mengajar baik di sekolah atau di luar sekolah.

5. Nilai Kepahlawanan (Patriotik)

Nilai patriotik merupakan nilai yang berkaitan dengan sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara.

6. Nilai Ekonomi

Nilai ekonomi merupakan segala hal yang berhubungan dengan usaha manusia buat memenuhi kebutuhannya.

7. Nilai Politik

Nilai politik yaitu nilai yang berkaitan dengan segala hal yang berhubungan dengan tujuan tertentu buat meraih kemenangan pada diri seseorang dan berkaitan dengan usaha buat mengatur kelangsungan hidup.

8. Nilai Moral

Nilai moral atau etika merupakan nilai yang berkaitan dengan baik buruknya suatu perbuatan yang berlaku dalam masyarakat.

9. Nilai Estetis

Sudjiman menyatakan nilai estetis yaitu emosi dan pikiran dalam hubungannya dengan keindahan dalam sastra, terlepas dari pertimbangan-pertimbangan moral, sosial, politik praktis, dan ekonomis.

Estetika berurusan dengan konsep-konsep tentang apa yang indah dan buruk, yang syahdu dan lucu yang sama sekali gak ada urusan langsung dengan kegunaan atau morlitas.

Nilai estetika dalam sastra berkaitan dengan bahasa dalam seni sastra.

Disamping bersifat imajinatif dan fiktif, dalam bahasa sastra banyak mengandung konotatif dan makna kiasan. Makanya, karya sastra mengandung nilai estetik yang tinggi.

10. Nilai Didaktis

Sudjiman menyatakan penggunaan karya sastra sebagai alat pengajaran atau pembinaan moral, keagamaan dan estetika.

Kalo maksud utama pengarang yaitu menyampaikan pesan atau pengajaran, karyanya bersifat didaktis, jadi pengaranglah yang menentukannya.

Tapi, Nurgiyantoro mengemukakan kalo bentuk menyampaikan nilai pendidikan itu bersifat moral atau budaya, ada bentuknya, langsung atau gak langsung.

Dalam hal ini hikayat termasuk folklore sastra klasik yang bentuk penyampaian pesannya hendak disampaikan pembaca.

Contoh Hikayat

Apa fungsi nilai nilai dalam hikayat

Cerita Rakyat Hang Tuah

Dikisahkan ada sepasang suami istri. Sang suami bernama Hang Mahmud, dan si istri berjuluk Dang Merdu.

Keduanya dikaruniai seorang putra bernama Hang Tuah. Pasangan itu, tinggal bersama anak mereka di sebuah desa bernama Sungai Duyung.

Sungai Duyung dipimpin oleh seorang raja Bintan yang terkenal bijak dan sangat disegani. Pada suatu malam, sang suami berkeluh pada si istri ingin merubah nasib ke Bintan.

Malamnya, saat semua tertidur, Sang Suami Hang Mahmud bermimpi. Dalam mimpinya tersebut dirinya melihat bulan turun dari langit.

Bulan tersebut bersinar tepat di atas kepala anaknya Hang Tuah. Hang Mahmud terbangun dan langsung menemui anaknya yang ternyata berbau wangi.

Esok paginya, dirinya membuat pesta selamatan sebagai bentuk doa atas mimpinya malam kemarin.

Suatu hari Hang Tuah pergi bersama ayahnya buat pergi membelah kayu sebagai bahan bakar. Tapi, tiba-tiba datang kawanan pemberontak.

Semua orang udah kabur, selain Hang Tuah. Para pemberontak mencoba membunuhnya, tapi malah mereka yang mati terkena kapak Hang Tuah. Sejak saat itu, Raja Bintan percaya padanya.

Tapi, Para Tumenggung justru iri dan mencoba memfitnah Hang Tuah. Para Tumenggung menuduh Hang Tuah yaitu pemberontak yang sebenarnya.

Mereka menghasut raja Bintan buat segera membunuh Hang Tuah.

Tapi Hang Tuah selalu dilindungi Allah SWT dan gagal terbunuh. Hang Tuah akhirnya lebih memilih mengasingkan diri.

Gimana tuh pembahasannya? Sangat mudah dipahami kan?

Nah, kalo ada kekurangan atau pertanyaan seputar hikayat yang ada diatas. Tulis aja di kolom komentar dibawah ini yak!

Selamat belajar dan sukses selalu buat sobat cerdika 😀