Apa fungsi hcl pada ph reaksi enzimatik

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 15 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Page 19 is not shown in this preview.

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN I

PENGARUH pH TERHADAP REAKSI ENZIMATIKPraktikanRetna PutriI1A007016Kelompok VI

Bagian Biokimia Fakultas KedokteranUniversitas Lambung Mangkurat

BANJARBARUApril, 2008

JUDUL PRAKTIKUM : Pengaruh pH Pada Reaksi EnzimatikTUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan praktikum kali ini antaralain adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap reaksi enzimatik.METODE PRAKTIKUM A. Alat Praktikum

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pengaruh pH terhadap reaksi enzimatik :

1. Pipet2. Tabung Reaksi3. Labu Erlenmeyer4. Inkubator5. SpektofotometerB. Bahan Praktikum

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pengaruh pH terhadap reaksi enzimatik :1. Larutan Enzim E 1%2. Larutan NaCl 0,9%3. Larutan Substrat S 1%4. Larutan-larutan penyangga dengan pH 4 dan 75. Larutan KI-KIO3 (akan melepaskan Yod dengan suasana asam, bagaimana reaksinya), terdiri dari : KI 0,5 g KIO3 0,357 g NaOH 2,0 ml Aqua ad 1 L6. Larutan HCl 0,05 NC. Cara Kerja

Sebelum dilakukan percobaan, tiap-tiap kelompok mahasiswa (2-3 orang) per meja melakukan percobaan dengan 1 macam pH. Kemudian sediakan 5 tabung reaksi, masing-masing berilah tanda 0, 5, 10, 15, 20, dan 1 erlenmeyer 50 ml

Masukkan 15 ml larutan penyangga (sesuai dengan pH yang telah ditentukan yaitu 4 dan 7) ditambah 3 ml amilum + 6 ml larutan NaCl ke dalam erlenmeyer dan mengocoknya. Isi tiap tabung reaksi dengan 10 ml larutan HCl. Pipet 1 ml cairan dari erlenmeyer, mencampur dengan memasukkan ke dalam tabung reaksi dengan tanda 0 dan mengocoknya. Tambahkan 1 ml saliva ke erlenmeyer, mencampur dengan cepat dan memasukkan ke dalam inkubator 370. Catat waktu yang tepat pada saat penambahan enzim.Mendekati 5 menit setelah enzim masuk, pipet 1 ml larutan dari erlenmeyer (erlenmeyer tetap dalam inkubator). Masukkan larutan dalam pipet ini ke dalam tabung reaksi bertanda 5, tepat pada waktu penunjuk waktu menunjukkan 5 menit. Kocok sebentar. Demikian seterusnya tepat setiap 5 menit, memasukkan larutan dari erlenmeyer berturut-turut ke dalam tabung reaksi dengan tanda 10, 15 dan 20 seperti diatas. Kocok sebentar.

Setelah semua selesai, tambahkan 1 ml KI-KIO3 dan campur pada masing-masing tabung reaksi, menunggu 5 10 menit. Tentukan intensitas warna yang timbul dengan kalorimeter atau spektrofotometer pada panjang gelombang 550-560 nm. Sebagai titik nol dipakai aquadest.Perhitungan :% substrat yang dicerna =100% - Pembacaan waktu t x 100%Pembacaan waktu toKeterangan :

Pembacaan waktu t = Pembacaan absorpsi pada waktu 5, 10, 15, 20.

Pembacaan waktu to = Pembacaan absorpsi pada waktu 0.

HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Praktikum Dari hasil praktikum, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil kerja enzim pHTabungAbsorbansi

400,836

50,710

100,827

150,690

200,676

700,895

50,064

100,085

150,074

200,052

Perhitungan % substrat yang dicerna

a. Pada pH 4

5

% substrat yang di cerna = 100% - 0,710 x 100%

0,836

= 15,1%

10

% substrat yang di cerna = 100% - 0,827 x 100%

0,836

= 1,1%

15

% substrat yang di cerna = 100% - 0,690 x 100%

0,836

= 17,5%

20

% substrat yang di cerna = 100% - 0,676 x 100%

0,836

= 19,2%

b. Pada pH 7

5

% substrat yang di cerna = 100% - 0,064 x 100%

0,895

= 92,9%

10

% substrat yang di cerna = 100% - 0,085 x 100%

0,895

= 90,6%

15

% substrat yang di cerna = 100% - 0,074 x 100%

0,895

= 91,8%

20

% substrat yang di cerna = 100% - 0,052 x 100%

0,895

= 94,2%

Grafik 1. Hubungan % substrat dan waktu pada pH 4

Grafik 2. Hubungan % substrat dan waktu pada pH 7

B. PembahasanPada praktikum ini akan diamati bagaimana pengaruh pH terhadap reaksi enzimatik, dimana aktivitas enzim berguna menurut pH. Peningkatan pH akan meningkatkan laju reaksi, akan tetapi kalau sudah melewati pH optimum, maka aktivitas enzim akan menurun. Penurunan ini biasanya disebabkan oleh denaturasi protein.

Pada praktikum ini digunakan saliva yang didalamnya terdapat enzim amilase salivarius atau ptialin yang mempunyai pH optimum 6,8 (pH saliva) dan inaktif pada pH 4 atau kurang.1Sebagai substrat digunakan amilum yang akan bereaksi dengan amilase. Enzim amilase akan menghidrolisis amilum dan akan menghasilkan satuan-satuan molekul maltosa (60-70 %) dan sisanya berupa dekstrin.2

Larutan NaCl 0,9% digunakan sebagai aktivator enzim amilase dalam saliva dan sebagai larutan isotonis yang sesuai dengan kondisi tubuh. Penggunaan inkubator (penangas air) pada suhu 37(C untuk menjaga kestabilan suhu dan menyesuaikan dengan suhu tubuh. Selain itu, NaCl juga berfungsi sebagai pemberi elektrolit Cl- agar aktivitas dari ptialin meningkat.

Larutan buffer yang digunakan pada percobaan ini berada pada pH 5 dan 8 untuk mencapai pH optimum dari enzim amilase sehingga aktivitasnya maksimum.

Fungsi dari KI-KIO3 adalah sebagai pendonor Iod yang akan dilepaskan pada suasana asam dan akan memberikan warna biru jika masuk dalam uliran spiral amilose. Sedangkan fungsi HCl adalah untuk memberikan suasana asam sehingga KI-KIO3 akan melepaskan iod.

Hasil praktikum menunjukkan pada pH 4 dan 7 sama-sama terbentuk larutan berwarna biru pada waktu 0. Hal ini karena pada waktu tersebut tidak ditambahkan enzim amilase yang berfungsi untuk menghidrolisis amilum menjadi monomernya sehingga iodin berikatan dengan uliran spiral amilosa dan mengubah warna larutan menjadi biru. Sedangkan pada waktu 5, 10, 15, dan 20 terbentuk larutan berwarna kuning. Hal ini karena pada larutan ditambahkan enzim amilase dari saliva yang berfungsi untuk menghidrolisis amilum menjadi senyawa monomernya, yaitu glukosa. Adanya amilase ini menyebabkan uliran spiral amilosa menjadi regang, sehingga iodin terlepas dari uliran spiral amilosa. Larutan berubah menjadi warna kuning karena terdapat iodin bebas pada larutan.

Terdapat penurunan grafik pada menit ke 10 pada pH 4 maupun pH 7. Seharusnya grafiknya selalu naik karena semakin bertambahnya waktu, semakin banyaknya substrat yang dicerna. Ini terjadi karena adanya kesalahan praktikan dan mungkin terjadinya ketidaksterilan alat yang digunakan.Pada pH 7, yaitu pH dimana enzim mendekati pH optimumnya maka enzim bekerja secara optimal sehingga substrat yang dicerna menjadi banyak.Enzim adalah katalisator protein untuk reaksi kimia dalam sistem biologik. Sebagian beser reaksi kimia sel-sel hidup akan terjadi dengan sangat lambat jika tidak dikatalisis oleh enzim. Kebalikan dari katalisator nonprotein, setiap enzim mengkatalisis sedikit reaksi, sering hanya satu. Dengan demikian enzim merupakan katalisator untuk reaksi spesifik. Pada pokoknya semua reaksi biokimia dikatalisis enzim.3Semua enzim yang diketehui hingga kini seluruhnya adalah protein. Berat molekul enzim sangat beraneka ragam, meliputi rentang nilai yang sangat luas. Sebagai contoh enzim nibonuklease yang menghidrolisis asam nukleat yang mengandung ribosa secara nisbi berukuran kecil, karena berat molekulnya kira-kira 13.700. Sebaliknya aldolase, enzim yang berperan dalam metabolisme glukosa mempunyai berat molekul kira-kira sebesar 156.500.4Suatu enzim berikatan dengan substrat reaksi dan mengubah substrat menjadi produk. Substrat berikatan dengan tempat pengikatan substrat spesifik yang terdapat di enzim melalui interaksi dengan residu asam amino enzim. Geometri ruang yang diperlukan untuk semua reaksi ( interaksi ) dengan substrat dan enzim menyebabkan setiap enzim selektif bagi substratnya, dan memastikan bahwa yang dihasilkan hanyalah produk spesifik. Efektivitas berbagai obat dan toksin tergantung pada kemampuannya menghambat suatu enzim. Inhibitor paling kuat membentuk ikatan kovalen dengan gugus reaktif di tempat reaktif enzim atau merupakan analog dan stadium antara reaksi, misalnya stadium tramisi.5Kecepatan suatu enzim dapat dipengaruhi oleh konsentrasi. substrat, aktivator dan inhibitor. Bagi banyak enzim, hubungan antara kecepatan reaksi dan konsentrasi substrat dijelaskan oleh persamaan Michales-Menten. Produk dan inhibitor fisiologis reversibel lainnya dapat terkompentisi dengan substrat untuk berikatan pada tempat aktif, sehingga reaksi menjadi lambat.6PENUTUP

A. SimpulanBerdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut : pH optimum enzim berada pada 6,8. Enzim tidak dapat bekerja pada pH asam.B. SaranSaat melakukan praktikum, praktikan diharapkan dapat memperhatikan prosedur yang ada dalam buku petunjuk praktikum. Hal ini sepele namun dapat mempengaruhi hasil yang dipraktikumkan. Untuk itu, pemahaman dari prosedur yang dijalankan dapat mengurangi kesalahan nilai hasil praktikum yang didapat. Ketelitian dan kerapian praktikan dalam mengerjakan percobaan ini juga sangat diperlukan karena dapat mempengaruhi data yang didapat.DAFTAR PUSTAKA

1. Sargowo, Djanggan dan Faisal Barass (1983) Enzim Sebagai Parameter Dalam Menilai Kelainan Otot Jantung. Medika: 673Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Binarupa Aksara. Jakarta.2. Suwandi M, Wibisono LK, Sugianto B, Rahman A, Kotong H. (1989) Kimia Organik. Fakultas kedokteran UI, Jakarta.3. Murray, Robert K. 1997. Biokimia Harper. EGC, Jakarta.4. Montgomery, Rex dkk. 1993. Biokimia Berorientasi pada Kasus Klinik Jilid 1. Binarupa Aksara, Jakarta.5. Marks, B Dawn dkk. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar sebuah Pendekatan Klinik. EGC, Jakarta.6. Staff Biokimia FK UNLAM. 2001. Modul dan penuntun Praktikum Biokimia Kedokteran FK UNLAM. Bagian Biokimia FK UNLAM Banjarbaru.Banjarbaru, 2 April 2008

Praktikan