Apa akibat dari pertemuan 3 lempeng di Indonesia?

JAKARTA - Gempa bumi kerap mengguncang sejumlah wilayah Indonesia. Banyak data yang menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia sering digoncang gempa bumi seperti pada 4 Juli 1991 terjadi gempa bumi di Alor, yang menghancurkan lebih dari 1.300 rumah, menewaskan 181 orang, hingga sekitar 5.400 orang kehilangan tempat tinggal.

Lalu 26 desember 2004, Aceh dan Sumatera Utara diguncang gempa dahsyat dengan kekuatan Magnitudo 8,9 dibarengi tsunami. Sekitar 200 ribu korban diperkirakan tewas dengan sekitar 110.146 dimakamkan, dan 127.749 lainnya dinyatakan hilang.

Kemudian gempa di Yogya dan Jateng pada 27 Mei 2006. Korban diperkirakan 7.800 orang dengan ribuan bangunan hancur berantakan.

Beberapa waktu lalu gempa juga menghantam Palu dan Donggala, Sulawesi Selatan. Selain itu gempa juga terjadi di Malang.

Ahli geologi yang juga Direktur pascasarjana UPN Veteran Yogyakarta Danisworo dalam sebuah seminar di TMII Jakarta, beberapa waktu lalu, menjelaskan bahwa kepulauan Indonesia merupakan pertemuan tiga lempeng benua.

Lempeng itu adalah Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia. Lempeng Indo-Australia bergerak ke timur laut dengan kecepatan 7,7 cm/tahun, Lempeng Pasifik bergerak ke barat laut dengan kecepatan 10,2 cm/tahun. Sedangkan Lempeng Eurasia relatif tidak bergerak.

Di Indonesia, pergerakan benturan dapat memunculkan gunung api dari ujung utara Pulau Sumatera, ke pulau Jawa, Pulau Bali, NTT terus menuju ke timur membelok ke Maluku.

Oleh karena itu, bukti-bukti pergerakan benturan sampai sekarang masih terus berlangsung. Akibat tumbukan itu, Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar di dunia yang kompleks dan sekaligus unik. Di mana banyak dijumpai ragam bentuk pantai, palung laut, 129 gunung aktif (35 gunung api berada di Pulau Jawa) dan sesar, hingga patahan sehingga rawan terjadi gempa tektonik.

Akibat dari pergerakan itu, di Indonesia seringkali dirasakan terjadinya gempa bumi tektonik yang dapat membahayakan bagi peradaban kehidupan manusia. Misanya gempa bumi tektonik yang melanda Yogyakarta tanggal 27 mei 2006.

Mengapa bumi Indonesia sering diguncang gempa? Hal ini disebabkan karena kepulauan Indonesia adalah kepulauan yang berada pada jalur gempa.

Pulau-pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTT, Maluku, Papua dan Sulawesi semua berada di jalur gempa. Di Indonesia hanya pulau Kalimantan yang stabil tidak tergoncang gempa tektonik atau aktivitas goncangan tektonik, kata Danisworo.

Ditambahkannya, mengingat timbulnya gempa bumi karena adanya tumbukan lempeng Indo-Australia dan Eurosia, maka hampir dipastikan ada kaitan gempa bumi satu dengan lainnya. Tetapi bila berlainan lempeng maka tidak ada hubungan antara gempa bumi tersebut.

Gempa bumi yang terjadi di Aceh, Padang, dan Jawa beruntun, maka daerah-daerah lain yang dilewati jalur yang sama yaitu daerah Jawa Timur, Bali, dan NTT merupakan daerah yang rawan akan terjadinya gempa yang lain.

Pelepasan ketegangan di satu tempat dapat disusul dengan pelepasan di tempat lainnya dalam satu sistem tumbukan lempeng yang sama. Misalnya gempa bumi di Tokyo 1 juni dan 16 juli 1990, kemudian diikuti gempa bumi di Filipina.

Gempa yang terjadi Yogyakarta tanggal 27 mei 2006 terjadi pukul 05.54 WIB dengan pusat gempa 37 km barat daya kota Yogya (di tepi pantai). Gempa itu pada koordinat 8,007 LS dan 110,286 BT, kedalaman 17,1 Km di bawah permukaan tanah, berkekuatan M5,9 berdasarkan data BMKG.

Gempa ini sebagai akibat aktifitas sesar atau patahan mendatar yang berarah barat daya-timur laut. Sesar ini dampak dari lempeng tektonik Indo-Australia yang menumbuk Lempeng Euroasia.

Sesar itu melewati Parangtritis, Imogiri, Piyungan, Prambanan, dan terus ke arah timur laut hingga Jatinom, Klaten, dan ke Gemolong, Sragen. Daerah tersebut dan radius beberapa kilometer dari daerah lintasan akan rusak. Kerusakan tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan morfologi dan jenis batuan.

Kawasan Bantul menjadi daerah paling parah karena disamping dekat dengan sumber gempa bumi, batuannya umumnya terdiri dari endapan alluvial, batu gamping dan endapan letusan gunung merapi yang sifatnya memperbesar efek goncangan gempa bumi.

Kenapa gempa di Yogya tidak menimbulkan tsunami?

Diterangkannya karena sumber gempa di pantai tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Gelombang tsunami dapat terjadi jika kekuatan gempa paling kecil M6,5.

Tapi ini juga tergantung jarak, hingga kedalaman pusat gempa. Setelah gempa diikuti susutnya laut secara cepat kemudian air seakan-akan dihentakkan kembali membentuk gelombang besar. Kecepatan tsunami antara 50-100 km/jam, ketinggian gelombang tsunami beragam dari 3-500 meter.