Amanat novel Daun yang Jatuh Tak Pernah MEMBENCI Angin

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"merupakan sebuah novel karya Tere Liye yang cukup terkenal diantara karya-karyanya. Novel ini bercerita tentang manis dan pahitnya kehidupan seorang gadis bernama Tania. Ia merupakan seorang pengamen cilik jalanan yang mendapatkan sebuah janji kehidupan yang layak nan indah oleh seorang pria bernama Danar. Di dalam novel ini pengarang mengangkat tema percintaan antara Tania dan Danar yang dianggap tak lazim oleh Danar sendiri. Kisah cinta inilah yang menjadi konflik utama dari novel ini. Pengangkatan tema percintaan tersebut dapat dibuktikan melalui kutipan "Oh my goodness.... Buat apa, Tania? Kau hanya merusak banyak hal. Merusak hubungan kalian sebagai adik-kakak, atau entahlah selama ini. Bisakah kau membayangkan apa yang akan terjadi kalau dia tahu apa perasaanmu? Satu, mungkin dia tidak mengacuhkanmu, tidak peduli. Dua, mungkin dia bisa menyikapinya dengan baik dan dewasa, yang aku yakin  inilah yang akan dia lakukan kalau melihat betapa "cool-nya" dia saat mengatasi geng Maggie. "Tiga, dia bisa jadi ..." Kutipan tersebut merupakan sepotong perkataan yang diucapkan oleh Anne (sahabat Tania) kepada Tania yang menunjukkan betapa munculnya konflik dalam novel tersebut dipicu oleh perasaan Tania terhadap Danar.

                Novel ini menganut alur yang berjenis campuran yang mana runtutan cerita tidak lurus maju maupun kebelakang saja melainkan maju, mudur kemuadian maju kembali. "Aku menghela napas panjang. Tanganku pelan menyentuh kaca yang berembun. Dingin seketika menyergap ujung jari, mengalir ke telapak tangan, melalui pergelangan, menerobos siku, bahu, kemudian tiba di hatiku. Membekukan seluruh perasaan. Mengkristalkan semua keinginan..." Kutipan novel tersebut merupakan pengenalan novel yang berupa narasi mengenai perasaan Tania dewasa ketika menatap keluar dari lantai dua toko buku. Kutipan tersebut secara tidak langsung menggambarkan perasaan Tania yang kurang baik pada waktu itu. Kemudian disusul oleh mulainya  konflik kecil yang menggiring datangnya klimaks ketika Tania kecil mulai memiliki perasaan kepada Danar dengan dibuktikan oleh kutipan novel berikut, "Dia menggenggam jemariku. Mantap. Sebelah kiri memegang bahu Dede. Dia menatapku dengan pandangan itu. Tatapan yang entah bagaimana membuatmu mulai percaya diri. Dia tersenyum hangat menenangkan. Aku bisa merasakannya. Membalas senyumnya. Malu-malu." Sedangkan klimaks muncul menjelang akhir cerita ketika Tania menemui Danar di bawah pohon Linden bekas rumah kardus Tania dulu. Tania mengungkapkan segala sesuatu yang ia ketahui tentang perasaan Danar kepadanya berdasarkan bukti-bukti yang ia temukan sebelumnya, dapat dibuktikan oleh kutipan novel berikut,  "Tetapi mengapa kau tak pernah mau mengakuinya."Mengapa." Saat sweet seventeen, liontin itu mengacakan segalanya.Tetapi mengapa harus  sekarang aku tahu bahwa liontin itu istimewa?"

                Usai membahas tantang alur yang terdapat dalam novel, kita akan perpindah membahas mengenai Tokoh dan penokohan. Terdapat lima tokoh yang menjadi pembicaraan utama di dalam novel ini yaitu Tania, Danar, Dede, Ratna dan Ibu Tania. Sosok Tania digambarkan oleh pengarang secara analitik sebagai seorang gadis cantik bertubuh proporsional dan berambut hitam legam. Pengarang juga menggambarkan secara dramatik sebagai seorang gadis dengan kecerdasan pikiran dan kedewasaan. Semua penggambaran tersebut dibuktikan oleh kutipan novel berikut "Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang. Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini: "Mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania.... Kecerdasan berpikir, kedewasaan.." Tokoh berikutnya adalah Danar, tokoh yang paling mendominasi cerita Tania dalam novel ini. Sebagai sosok yang menyelamatkan keluarga Tania dari keterpurukan, tokoh Danar dapat dipastikan sebagai sosok yang baik hati, berikut adalah salah satu bukti kebaikan hati Danar "Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku" Selain penggambaran secara non fisik, pengarang juga menggambarkan Danar secara fisik sebagai sosok yang berparas tampan seperti pada kutipan novel berikut "Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang orangtuanya tinggal di Selangor mendesis, "wow, cute," saat bersalaman dengannya. Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih ramai."

Selanjutnya adalah tokoh Dede. Sebagai adik Tania , Dede juga memiliki otak yang cerdas layaknya Tania, dibuktikan oleh kutipan novel berikut"Dede ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit." Secara fisik Dede juga digambarkan sebagai sosok lelaki yang tampan. Hal tersebut dibuktikan oleh pujian Anne terhadap Dede berikut "you're really handsome baby. So I think, all the girls wouldn't mind seeing you around the flat." Anne seperti mendapatkan sansak baru, menggoda adikku."

Berikutnya adalah tokoh yang dianggap mengganggu oleh Tania yaitu Ratna. Sebagai kekasih Danar, Ratna digambarkan sebagai seorang wanita cantik, berambut panjang, dan berperawakan seperti artis. Dibuktikan oleh kutipan novel berikut "Kak Ratna amat cantik, rambutnya panjang, dan pakaiannya modis. Seperti artis-artis itu. Badannya wangi. Mukanya ber-make-up tipis. Cantik sekali." Secara non fisik Ratna digambarkan sebagai sosok yang penyabar menghadapi dinginnya sikap Danar terhadapnya, seperti yang dikutip dalam kutipan novel berikut "Aku bahkan sudah hampir enam bulan jarang berbincang dengannya. Dia l ebih banyak diam. Lebih banyak menyendiri. Belum lagi kesibukan kerjanya. Kami hanya saling menegur di pagi hari. Saat dia pulang. Dan peluk cium sebelum tidur. Sisanya kosong." Tokoh yang terakhir yaitu Ibu Tania. Meskipun telah meninggal sejak awal cerita, Ibu Tania masih sering disebut-sebut di awal ataupun di akhir cerita sebagai sosok yang pengertian, pernyataan tersebut dapat dibuktikan oleh kutipan novel berikut "tadi Ibu bilang jangan ganggu dia dengan berbagai pertanyaan. "Oom Danar lagi capek!" itu pesan Ibu."

                Beralih dari pembahasan mengenai tokoh dan penokohan, pembahasan selanjutnya adalah mengenai latar. Terdapat tiga macam latar dalam novel yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Latar tempat, terdapat beberapa latar tempat utama yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup Tania dalam novel tersebut diantaranya: Toko buku, rumah kardus Tania, dan rumah Danar.

Toko buku bisa dikatakan sebagai latar tempat paling utama dalam novel ini, hampir semua kejadian yang terjadi berawal dari cerita Tania ketika sedang berdiri di lantai dua toko buku ini, hal tersebut dapat dibuktikan oleh kutipan berikut "Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri disini. Mengenang semua kejadian itu. Mengenangnya."

Rumah kardus Tania, latar tempat yang satu ini memang tidak muncul sesering toko buku, namun secara keseluruhan Tania masih cenderung menyebutkan tempat ini ketika ia mengenang cerita masalalunya, pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut "aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah bulan purnama, seperti malam ini."

Rumah Danar juga tak kalah sering muncul dibandingkan dua latar tempat di atas, rumah ini banyak menjadi saksi bisu sejarah antara Tania dan Danar seperti yang dikutip dalam kutipan berikut


Page 2

"Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"merupakan sebuah novel karya Tere Liye yang cukup terkenal diantara karya-karyanya. Novel ini bercerita tentang manis dan pahitnya kehidupan seorang gadis bernama Tania. Ia merupakan seorang pengamen cilik jalanan yang mendapatkan sebuah janji kehidupan yang layak nan indah oleh seorang pria bernama Danar. Di dalam novel ini pengarang mengangkat tema percintaan antara Tania dan Danar yang dianggap tak lazim oleh Danar sendiri. Kisah cinta inilah yang menjadi konflik utama dari novel ini. Pengangkatan tema percintaan tersebut dapat dibuktikan melalui kutipan "Oh my goodness.... Buat apa, Tania? Kau hanya merusak banyak hal. Merusak hubungan kalian sebagai adik-kakak, atau entahlah selama ini. Bisakah kau membayangkan apa yang akan terjadi kalau dia tahu apa perasaanmu? Satu, mungkin dia tidak mengacuhkanmu, tidak peduli. Dua, mungkin dia bisa menyikapinya dengan baik dan dewasa, yang aku yakin  inilah yang akan dia lakukan kalau melihat betapa "cool-nya" dia saat mengatasi geng Maggie. "Tiga, dia bisa jadi ..." Kutipan tersebut merupakan sepotong perkataan yang diucapkan oleh Anne (sahabat Tania) kepada Tania yang menunjukkan betapa munculnya konflik dalam novel tersebut dipicu oleh perasaan Tania terhadap Danar.

                Novel ini menganut alur yang berjenis campuran yang mana runtutan cerita tidak lurus maju maupun kebelakang saja melainkan maju, mudur kemuadian maju kembali. "Aku menghela napas panjang. Tanganku pelan menyentuh kaca yang berembun. Dingin seketika menyergap ujung jari, mengalir ke telapak tangan, melalui pergelangan, menerobos siku, bahu, kemudian tiba di hatiku. Membekukan seluruh perasaan. Mengkristalkan semua keinginan..." Kutipan novel tersebut merupakan pengenalan novel yang berupa narasi mengenai perasaan Tania dewasa ketika menatap keluar dari lantai dua toko buku. Kutipan tersebut secara tidak langsung menggambarkan perasaan Tania yang kurang baik pada waktu itu. Kemudian disusul oleh mulainya  konflik kecil yang menggiring datangnya klimaks ketika Tania kecil mulai memiliki perasaan kepada Danar dengan dibuktikan oleh kutipan novel berikut, "Dia menggenggam jemariku. Mantap. Sebelah kiri memegang bahu Dede. Dia menatapku dengan pandangan itu. Tatapan yang entah bagaimana membuatmu mulai percaya diri. Dia tersenyum hangat menenangkan. Aku bisa merasakannya. Membalas senyumnya. Malu-malu." Sedangkan klimaks muncul menjelang akhir cerita ketika Tania menemui Danar di bawah pohon Linden bekas rumah kardus Tania dulu. Tania mengungkapkan segala sesuatu yang ia ketahui tentang perasaan Danar kepadanya berdasarkan bukti-bukti yang ia temukan sebelumnya, dapat dibuktikan oleh kutipan novel berikut,  "Tetapi mengapa kau tak pernah mau mengakuinya."Mengapa." Saat sweet seventeen, liontin itu mengacakan segalanya.Tetapi mengapa harus  sekarang aku tahu bahwa liontin itu istimewa?"

                Usai membahas tantang alur yang terdapat dalam novel, kita akan perpindah membahas mengenai Tokoh dan penokohan. Terdapat lima tokoh yang menjadi pembicaraan utama di dalam novel ini yaitu Tania, Danar, Dede, Ratna dan Ibu Tania. Sosok Tania digambarkan oleh pengarang secara analitik sebagai seorang gadis cantik bertubuh proporsional dan berambut hitam legam. Pengarang juga menggambarkan secara dramatik sebagai seorang gadis dengan kecerdasan pikiran dan kedewasaan. Semua penggambaran tersebut dibuktikan oleh kutipan novel berikut "Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang. Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini: "Mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania.... Kecerdasan berpikir, kedewasaan.." Tokoh berikutnya adalah Danar, tokoh yang paling mendominasi cerita Tania dalam novel ini. Sebagai sosok yang menyelamatkan keluarga Tania dari keterpurukan, tokoh Danar dapat dipastikan sebagai sosok yang baik hati, berikut adalah salah satu bukti kebaikan hati Danar "Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku" Selain penggambaran secara non fisik, pengarang juga menggambarkan Danar secara fisik sebagai sosok yang berparas tampan seperti pada kutipan novel berikut "Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang orangtuanya tinggal di Selangor mendesis, "wow, cute," saat bersalaman dengannya. Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih ramai."

Selanjutnya adalah tokoh Dede. Sebagai adik Tania , Dede juga memiliki otak yang cerdas layaknya Tania, dibuktikan oleh kutipan novel berikut"Dede ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit." Secara fisik Dede juga digambarkan sebagai sosok lelaki yang tampan. Hal tersebut dibuktikan oleh pujian Anne terhadap Dede berikut "you're really handsome baby. So I think, all the girls wouldn't mind seeing you around the flat." Anne seperti mendapatkan sansak baru, menggoda adikku."

Berikutnya adalah tokoh yang dianggap mengganggu oleh Tania yaitu Ratna. Sebagai kekasih Danar, Ratna digambarkan sebagai seorang wanita cantik, berambut panjang, dan berperawakan seperti artis. Dibuktikan oleh kutipan novel berikut "Kak Ratna amat cantik, rambutnya panjang, dan pakaiannya modis. Seperti artis-artis itu. Badannya wangi. Mukanya ber-make-up tipis. Cantik sekali." Secara non fisik Ratna digambarkan sebagai sosok yang penyabar menghadapi dinginnya sikap Danar terhadapnya, seperti yang dikutip dalam kutipan novel berikut "Aku bahkan sudah hampir enam bulan jarang berbincang dengannya. Dia l ebih banyak diam. Lebih banyak menyendiri. Belum lagi kesibukan kerjanya. Kami hanya saling menegur di pagi hari. Saat dia pulang. Dan peluk cium sebelum tidur. Sisanya kosong." Tokoh yang terakhir yaitu Ibu Tania. Meskipun telah meninggal sejak awal cerita, Ibu Tania masih sering disebut-sebut di awal ataupun di akhir cerita sebagai sosok yang pengertian, pernyataan tersebut dapat dibuktikan oleh kutipan novel berikut "tadi Ibu bilang jangan ganggu dia dengan berbagai pertanyaan. "Oom Danar lagi capek!" itu pesan Ibu."

                Beralih dari pembahasan mengenai tokoh dan penokohan, pembahasan selanjutnya adalah mengenai latar. Terdapat tiga macam latar dalam novel yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Latar tempat, terdapat beberapa latar tempat utama yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup Tania dalam novel tersebut diantaranya: Toko buku, rumah kardus Tania, dan rumah Danar.

Toko buku bisa dikatakan sebagai latar tempat paling utama dalam novel ini, hampir semua kejadian yang terjadi berawal dari cerita Tania ketika sedang berdiri di lantai dua toko buku ini, hal tersebut dapat dibuktikan oleh kutipan berikut "Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri disini. Mengenang semua kejadian itu. Mengenangnya."

Rumah kardus Tania, latar tempat yang satu ini memang tidak muncul sesering toko buku, namun secara keseluruhan Tania masih cenderung menyebutkan tempat ini ketika ia mengenang cerita masalalunya, pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut "aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah bulan purnama, seperti malam ini."

Rumah Danar juga tak kalah sering muncul dibandingkan dua latar tempat di atas, rumah ini banyak menjadi saksi bisu sejarah antara Tania dan Danar seperti yang dikutip dalam kutipan berikut


Amanat novel Daun yang Jatuh Tak Pernah MEMBENCI Angin

Lihat Fiksiana Selengkapnya


Page 3

"Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"merupakan sebuah novel karya Tere Liye yang cukup terkenal diantara karya-karyanya. Novel ini bercerita tentang manis dan pahitnya kehidupan seorang gadis bernama Tania. Ia merupakan seorang pengamen cilik jalanan yang mendapatkan sebuah janji kehidupan yang layak nan indah oleh seorang pria bernama Danar. Di dalam novel ini pengarang mengangkat tema percintaan antara Tania dan Danar yang dianggap tak lazim oleh Danar sendiri. Kisah cinta inilah yang menjadi konflik utama dari novel ini. Pengangkatan tema percintaan tersebut dapat dibuktikan melalui kutipan "Oh my goodness.... Buat apa, Tania? Kau hanya merusak banyak hal. Merusak hubungan kalian sebagai adik-kakak, atau entahlah selama ini. Bisakah kau membayangkan apa yang akan terjadi kalau dia tahu apa perasaanmu? Satu, mungkin dia tidak mengacuhkanmu, tidak peduli. Dua, mungkin dia bisa menyikapinya dengan baik dan dewasa, yang aku yakin  inilah yang akan dia lakukan kalau melihat betapa "cool-nya" dia saat mengatasi geng Maggie. "Tiga, dia bisa jadi ..." Kutipan tersebut merupakan sepotong perkataan yang diucapkan oleh Anne (sahabat Tania) kepada Tania yang menunjukkan betapa munculnya konflik dalam novel tersebut dipicu oleh perasaan Tania terhadap Danar.

                Novel ini menganut alur yang berjenis campuran yang mana runtutan cerita tidak lurus maju maupun kebelakang saja melainkan maju, mudur kemuadian maju kembali. "Aku menghela napas panjang. Tanganku pelan menyentuh kaca yang berembun. Dingin seketika menyergap ujung jari, mengalir ke telapak tangan, melalui pergelangan, menerobos siku, bahu, kemudian tiba di hatiku. Membekukan seluruh perasaan. Mengkristalkan semua keinginan..." Kutipan novel tersebut merupakan pengenalan novel yang berupa narasi mengenai perasaan Tania dewasa ketika menatap keluar dari lantai dua toko buku. Kutipan tersebut secara tidak langsung menggambarkan perasaan Tania yang kurang baik pada waktu itu. Kemudian disusul oleh mulainya  konflik kecil yang menggiring datangnya klimaks ketika Tania kecil mulai memiliki perasaan kepada Danar dengan dibuktikan oleh kutipan novel berikut, "Dia menggenggam jemariku. Mantap. Sebelah kiri memegang bahu Dede. Dia menatapku dengan pandangan itu. Tatapan yang entah bagaimana membuatmu mulai percaya diri. Dia tersenyum hangat menenangkan. Aku bisa merasakannya. Membalas senyumnya. Malu-malu." Sedangkan klimaks muncul menjelang akhir cerita ketika Tania menemui Danar di bawah pohon Linden bekas rumah kardus Tania dulu. Tania mengungkapkan segala sesuatu yang ia ketahui tentang perasaan Danar kepadanya berdasarkan bukti-bukti yang ia temukan sebelumnya, dapat dibuktikan oleh kutipan novel berikut,  "Tetapi mengapa kau tak pernah mau mengakuinya."Mengapa." Saat sweet seventeen, liontin itu mengacakan segalanya.Tetapi mengapa harus  sekarang aku tahu bahwa liontin itu istimewa?"

                Usai membahas tantang alur yang terdapat dalam novel, kita akan perpindah membahas mengenai Tokoh dan penokohan. Terdapat lima tokoh yang menjadi pembicaraan utama di dalam novel ini yaitu Tania, Danar, Dede, Ratna dan Ibu Tania. Sosok Tania digambarkan oleh pengarang secara analitik sebagai seorang gadis cantik bertubuh proporsional dan berambut hitam legam. Pengarang juga menggambarkan secara dramatik sebagai seorang gadis dengan kecerdasan pikiran dan kedewasaan. Semua penggambaran tersebut dibuktikan oleh kutipan novel berikut "Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang. Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini: "Mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania.... Kecerdasan berpikir, kedewasaan.." Tokoh berikutnya adalah Danar, tokoh yang paling mendominasi cerita Tania dalam novel ini. Sebagai sosok yang menyelamatkan keluarga Tania dari keterpurukan, tokoh Danar dapat dipastikan sebagai sosok yang baik hati, berikut adalah salah satu bukti kebaikan hati Danar "Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku" Selain penggambaran secara non fisik, pengarang juga menggambarkan Danar secara fisik sebagai sosok yang berparas tampan seperti pada kutipan novel berikut "Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang orangtuanya tinggal di Selangor mendesis, "wow, cute," saat bersalaman dengannya. Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih ramai."

Selanjutnya adalah tokoh Dede. Sebagai adik Tania , Dede juga memiliki otak yang cerdas layaknya Tania, dibuktikan oleh kutipan novel berikut"Dede ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit." Secara fisik Dede juga digambarkan sebagai sosok lelaki yang tampan. Hal tersebut dibuktikan oleh pujian Anne terhadap Dede berikut "you're really handsome baby. So I think, all the girls wouldn't mind seeing you around the flat." Anne seperti mendapatkan sansak baru, menggoda adikku."

Berikutnya adalah tokoh yang dianggap mengganggu oleh Tania yaitu Ratna. Sebagai kekasih Danar, Ratna digambarkan sebagai seorang wanita cantik, berambut panjang, dan berperawakan seperti artis. Dibuktikan oleh kutipan novel berikut "Kak Ratna amat cantik, rambutnya panjang, dan pakaiannya modis. Seperti artis-artis itu. Badannya wangi. Mukanya ber-make-up tipis. Cantik sekali." Secara non fisik Ratna digambarkan sebagai sosok yang penyabar menghadapi dinginnya sikap Danar terhadapnya, seperti yang dikutip dalam kutipan novel berikut "Aku bahkan sudah hampir enam bulan jarang berbincang dengannya. Dia l ebih banyak diam. Lebih banyak menyendiri. Belum lagi kesibukan kerjanya. Kami hanya saling menegur di pagi hari. Saat dia pulang. Dan peluk cium sebelum tidur. Sisanya kosong." Tokoh yang terakhir yaitu Ibu Tania. Meskipun telah meninggal sejak awal cerita, Ibu Tania masih sering disebut-sebut di awal ataupun di akhir cerita sebagai sosok yang pengertian, pernyataan tersebut dapat dibuktikan oleh kutipan novel berikut "tadi Ibu bilang jangan ganggu dia dengan berbagai pertanyaan. "Oom Danar lagi capek!" itu pesan Ibu."

                Beralih dari pembahasan mengenai tokoh dan penokohan, pembahasan selanjutnya adalah mengenai latar. Terdapat tiga macam latar dalam novel yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Latar tempat, terdapat beberapa latar tempat utama yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup Tania dalam novel tersebut diantaranya: Toko buku, rumah kardus Tania, dan rumah Danar.

Toko buku bisa dikatakan sebagai latar tempat paling utama dalam novel ini, hampir semua kejadian yang terjadi berawal dari cerita Tania ketika sedang berdiri di lantai dua toko buku ini, hal tersebut dapat dibuktikan oleh kutipan berikut "Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri disini. Mengenang semua kejadian itu. Mengenangnya."

Rumah kardus Tania, latar tempat yang satu ini memang tidak muncul sesering toko buku, namun secara keseluruhan Tania masih cenderung menyebutkan tempat ini ketika ia mengenang cerita masalalunya, pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut "aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah bulan purnama, seperti malam ini."

Rumah Danar juga tak kalah sering muncul dibandingkan dua latar tempat di atas, rumah ini banyak menjadi saksi bisu sejarah antara Tania dan Danar seperti yang dikutip dalam kutipan berikut


Amanat novel Daun yang Jatuh Tak Pernah MEMBENCI Angin

Lihat Fiksiana Selengkapnya


Page 4

"Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"merupakan sebuah novel karya Tere Liye yang cukup terkenal diantara karya-karyanya. Novel ini bercerita tentang manis dan pahitnya kehidupan seorang gadis bernama Tania. Ia merupakan seorang pengamen cilik jalanan yang mendapatkan sebuah janji kehidupan yang layak nan indah oleh seorang pria bernama Danar. Di dalam novel ini pengarang mengangkat tema percintaan antara Tania dan Danar yang dianggap tak lazim oleh Danar sendiri. Kisah cinta inilah yang menjadi konflik utama dari novel ini. Pengangkatan tema percintaan tersebut dapat dibuktikan melalui kutipan "Oh my goodness.... Buat apa, Tania? Kau hanya merusak banyak hal. Merusak hubungan kalian sebagai adik-kakak, atau entahlah selama ini. Bisakah kau membayangkan apa yang akan terjadi kalau dia tahu apa perasaanmu? Satu, mungkin dia tidak mengacuhkanmu, tidak peduli. Dua, mungkin dia bisa menyikapinya dengan baik dan dewasa, yang aku yakin  inilah yang akan dia lakukan kalau melihat betapa "cool-nya" dia saat mengatasi geng Maggie. "Tiga, dia bisa jadi ..." Kutipan tersebut merupakan sepotong perkataan yang diucapkan oleh Anne (sahabat Tania) kepada Tania yang menunjukkan betapa munculnya konflik dalam novel tersebut dipicu oleh perasaan Tania terhadap Danar.

                Novel ini menganut alur yang berjenis campuran yang mana runtutan cerita tidak lurus maju maupun kebelakang saja melainkan maju, mudur kemuadian maju kembali. "Aku menghela napas panjang. Tanganku pelan menyentuh kaca yang berembun. Dingin seketika menyergap ujung jari, mengalir ke telapak tangan, melalui pergelangan, menerobos siku, bahu, kemudian tiba di hatiku. Membekukan seluruh perasaan. Mengkristalkan semua keinginan..." Kutipan novel tersebut merupakan pengenalan novel yang berupa narasi mengenai perasaan Tania dewasa ketika menatap keluar dari lantai dua toko buku. Kutipan tersebut secara tidak langsung menggambarkan perasaan Tania yang kurang baik pada waktu itu. Kemudian disusul oleh mulainya  konflik kecil yang menggiring datangnya klimaks ketika Tania kecil mulai memiliki perasaan kepada Danar dengan dibuktikan oleh kutipan novel berikut, "Dia menggenggam jemariku. Mantap. Sebelah kiri memegang bahu Dede. Dia menatapku dengan pandangan itu. Tatapan yang entah bagaimana membuatmu mulai percaya diri. Dia tersenyum hangat menenangkan. Aku bisa merasakannya. Membalas senyumnya. Malu-malu." Sedangkan klimaks muncul menjelang akhir cerita ketika Tania menemui Danar di bawah pohon Linden bekas rumah kardus Tania dulu. Tania mengungkapkan segala sesuatu yang ia ketahui tentang perasaan Danar kepadanya berdasarkan bukti-bukti yang ia temukan sebelumnya, dapat dibuktikan oleh kutipan novel berikut,  "Tetapi mengapa kau tak pernah mau mengakuinya."Mengapa." Saat sweet seventeen, liontin itu mengacakan segalanya.Tetapi mengapa harus  sekarang aku tahu bahwa liontin itu istimewa?"

                Usai membahas tantang alur yang terdapat dalam novel, kita akan perpindah membahas mengenai Tokoh dan penokohan. Terdapat lima tokoh yang menjadi pembicaraan utama di dalam novel ini yaitu Tania, Danar, Dede, Ratna dan Ibu Tania. Sosok Tania digambarkan oleh pengarang secara analitik sebagai seorang gadis cantik bertubuh proporsional dan berambut hitam legam. Pengarang juga menggambarkan secara dramatik sebagai seorang gadis dengan kecerdasan pikiran dan kedewasaan. Semua penggambaran tersebut dibuktikan oleh kutipan novel berikut "Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang. Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini: "Mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania.... Kecerdasan berpikir, kedewasaan.." Tokoh berikutnya adalah Danar, tokoh yang paling mendominasi cerita Tania dalam novel ini. Sebagai sosok yang menyelamatkan keluarga Tania dari keterpurukan, tokoh Danar dapat dipastikan sebagai sosok yang baik hati, berikut adalah salah satu bukti kebaikan hati Danar "Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku" Selain penggambaran secara non fisik, pengarang juga menggambarkan Danar secara fisik sebagai sosok yang berparas tampan seperti pada kutipan novel berikut "Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang orangtuanya tinggal di Selangor mendesis, "wow, cute," saat bersalaman dengannya. Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih ramai."

Selanjutnya adalah tokoh Dede. Sebagai adik Tania , Dede juga memiliki otak yang cerdas layaknya Tania, dibuktikan oleh kutipan novel berikut"Dede ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit." Secara fisik Dede juga digambarkan sebagai sosok lelaki yang tampan. Hal tersebut dibuktikan oleh pujian Anne terhadap Dede berikut "you're really handsome baby. So I think, all the girls wouldn't mind seeing you around the flat." Anne seperti mendapatkan sansak baru, menggoda adikku."

Berikutnya adalah tokoh yang dianggap mengganggu oleh Tania yaitu Ratna. Sebagai kekasih Danar, Ratna digambarkan sebagai seorang wanita cantik, berambut panjang, dan berperawakan seperti artis. Dibuktikan oleh kutipan novel berikut "Kak Ratna amat cantik, rambutnya panjang, dan pakaiannya modis. Seperti artis-artis itu. Badannya wangi. Mukanya ber-make-up tipis. Cantik sekali." Secara non fisik Ratna digambarkan sebagai sosok yang penyabar menghadapi dinginnya sikap Danar terhadapnya, seperti yang dikutip dalam kutipan novel berikut "Aku bahkan sudah hampir enam bulan jarang berbincang dengannya. Dia l ebih banyak diam. Lebih banyak menyendiri. Belum lagi kesibukan kerjanya. Kami hanya saling menegur di pagi hari. Saat dia pulang. Dan peluk cium sebelum tidur. Sisanya kosong." Tokoh yang terakhir yaitu Ibu Tania. Meskipun telah meninggal sejak awal cerita, Ibu Tania masih sering disebut-sebut di awal ataupun di akhir cerita sebagai sosok yang pengertian, pernyataan tersebut dapat dibuktikan oleh kutipan novel berikut "tadi Ibu bilang jangan ganggu dia dengan berbagai pertanyaan. "Oom Danar lagi capek!" itu pesan Ibu."

                Beralih dari pembahasan mengenai tokoh dan penokohan, pembahasan selanjutnya adalah mengenai latar. Terdapat tiga macam latar dalam novel yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Latar tempat, terdapat beberapa latar tempat utama yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup Tania dalam novel tersebut diantaranya: Toko buku, rumah kardus Tania, dan rumah Danar.

Toko buku bisa dikatakan sebagai latar tempat paling utama dalam novel ini, hampir semua kejadian yang terjadi berawal dari cerita Tania ketika sedang berdiri di lantai dua toko buku ini, hal tersebut dapat dibuktikan oleh kutipan berikut "Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri disini. Mengenang semua kejadian itu. Mengenangnya."

Rumah kardus Tania, latar tempat yang satu ini memang tidak muncul sesering toko buku, namun secara keseluruhan Tania masih cenderung menyebutkan tempat ini ketika ia mengenang cerita masalalunya, pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut "aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah bulan purnama, seperti malam ini."

Rumah Danar juga tak kalah sering muncul dibandingkan dua latar tempat di atas, rumah ini banyak menjadi saksi bisu sejarah antara Tania dan Danar seperti yang dikutip dalam kutipan berikut


Amanat novel Daun yang Jatuh Tak Pernah MEMBENCI Angin

Lihat Fiksiana Selengkapnya