Alat pembayaran berbasis non tunai berbasis kertas dapat berupa

CNN Indonesia

Kamis, 10 Feb 2022 14:39 WIB

Alat pembayaran berbasis non tunai berbasis kertas dapat berupa

Ilustrasi. Ada beberapa jenis-jenis alat pembayaran nontunai yang menjadi alternatif bertransaksi saat ini. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)

Jakarta, CNN Indonesia --

Seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan teknologi, alat pembayaran tunai mulai tergantikan dengan alat pembayaran nontunai.

Alat pembayaran nontunai sendiri kini mulai dikenal masyarakat luas dan menjadi pilihan. Berikut jenis-jenis alat pembayaran nontunai yang memberikan beragam kemudahan.

Kepraktisannya menjadi salah satu alasan mengapa alat pembayaran nontunai menjadi pilihan masyarakat.

Selain itu, semakin banyaknya merchant yang menerima pembayaran nontunai juga menjadi salah satu faktor yang membuat alat pembayaran ini semakin dilirik.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini jenis-jenis alat pembayaran nontunai.

Jenis Alat Pembayaran Nontunai

Alat pembayaran berbasis non tunai berbasis kertas dapat berupa
Ilustrasi. Ada banyak jenis-jenis alat pembayaran nontunai yang kini bisa menjadi pilihan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Berdasarkan jenisnya, alat pembayaran nontunai ini dibagi menjadi tiga. Yakni alat pembayaran nontunai berbasis kartu, berbasis kertas, dan berbasis elektronik.

1. Alat pembayaran nontunai berbasis kartu

Alat pembayaran ini menggunakan kartu yang sudah ditanam chips yang berisi data dari pemegang kartu. Terdapat setidaknya dua jenis, yakni kartu kredit dan debit.

- Kartu kredit

Kartu kredit merupakan alat pembayaran dengan cara berutang pada pihak penerbit kartu. Kartu kredit biasanya memiliki batasan nominal yang bisa Anda gunakan untuk membeli barang.

- Kartu debit

Kebalikan dari kartu kredit, kartu debit merupakan alat pembayaran dengan cara pihak penerbit kartu akan langsung memotong saldo dari tabungan saat Anda melakukan transaksi.

2. Alat pembayaran nontunai berbasis kertas

Alat pembayaran non tunai berbasis kertas menggunakan bantuan alat berupa benda yang terbuat dari kertas dengan berbagai ukuran dan bentuk.

Terdapat 4 jenis alat pembayaran non tunai berbasis kertas yang dibedakan berdasarkan peruntukannya. Berikut diantaranya.

- Cek

Cek merupakan sebuah alat berupa kertas yang diterbitkan oleh sebuah bank yang berfungsi sebagai surat perintah untuk mencairkan dana nasabah, baik pemilik tabungan ataupun orang lain yang dituliskan pada cek tersebut.

- Giro

Memiliki kemiripan dengan cek, namun berbeda peruntukannya. Giro sendiri tidak bisa dilakukan untuk mengambil sejumlah uang, namun hanya bisa memindahkan uang tersebut ke rekening orang lain yang tertera pada giro.

- Nota debit

Nota debit merupakan sebuah surat yang diterbitkan oleh lembaga perbankan yang berfungsi sebagai penagih utang melalui kliring berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak.

- Nota Kredit

Hampir mirip dengan nota debit, bedanya nota kredit ini berfungsi untuk mengirim dan juga memindahkan dana non tunai kepada nasabah melalui kliring.

3. Alat pembayaran nontunai berbasis elektronik

Alat pembayaran berbasis non tunai berbasis kertas dapat berupa
Ilustrasi. Salah satu jenis alat pembayaran nontunai adalah yang berbasis elektronik. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Alat pembayaran ini dibagi menjadi dua, yakni berbasis kartu dan server. Dengan sistem prabayar, alat pembayaran yang akrab disebut dengan e-money ini banyak diminati.

- Berbasis kartu

Mirip dengan kartu kredit atau kartu debit, bedanya adalah Anda diharuskan terlebih dahulu mengisi saldo kartu e-money yang Anda pilih sebelum melakukan pembayaran.

- Berbasis server

Alat pembayaran non tunai berbasis server atau e-wallet dewasa ini semakin banyak diminati. Cara mendapatkannya pun cukup mudah, Anda tinggal menginstal aplikasi e-wallet dan isi saldonya. Dengan begitu, e-wallet sudah bisa digunakan.

Itulah jenis-jenis alat pembayaran nontunai yang bisa menjadi alternatif saat bertransaksi saat ini.

(ahd/asr)

Saksikan Video di Bawah Ini:

TOPIK TERKAIT

Selengkapnya

LAINNYA DARI DETIKNETWORK

Alat pembayaran terus berkembang semenjak lahirnya konsep uang sebagai media pertukaran. Perkembangan di sini bukan bermakna yang satu menggantikan yang lain, tapi lebih ke semakin beragam. Selain tunai, kita juga mengenal alat pembayaran non tunai. Alat pembayaran yang disebutkan terakhir pun terus bervariasi terutama karena dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.

Pada akhir Desember lalu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pembayaran non tunai di seluruh Indonesia sepanjang 2021 mencapai Rp 7.361 triliun. 40 persennya, atau setara Rp 2.944, berasal dari transaksi di DKI Jakarta.

Sadar bahwa di masa depan alat pembayaran non tunai akan semakin masif, BI, yang merupakan otoritas pengatur kebijakan moneter dan sistem pembayaran di negara ini, meluncurkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNTT) pada 14 Agustus 2014 lalu. Dalam rangka itu beragam regulasi baru dibuat, yang intinya adalah untuk menciptakan ekosistem yang ramah terhadap alat pembayaran yang satu ini.

BI juga meluncurkan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang pada dasarnya bertujuan sama seperti GNTT, yaitu semakin mengintegrasikan sistem pembayaran non tunai ke dalam ekonomi nasional.

(Baca: 7 Manfaat Software Pembayaran Online Bagi Bisnis)

Evolusi Sistem Pembayaran

Alat pembayaran non tunai adalah lawan dari alat pembayaran tunai. Perbedaan mendasar keduanya adalah bentuk atau media pertukarannya. Alat pembayaran tunai menggunakan media uang kartal, yaitu kertas dan logam, sementara alat pembayaran non tunai adalah menggunakan media di luar itu–sepanjang memang diakui sebagai alat pertukaran yang sah.

Alat pembayaran itu sendiri menentukan jenis sistem pembayaran. Sistem pembayaran bermakna lebih luas dari alat pembayaran. Jika alat pembayaran merujuk pada media pertukaran, sistem pembayaran itu, mengutip situs resmi BI, mencakup “seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan dana, guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.”

Jadi, jika kita menyebut sistem pembayaran non tunai, maka ia akan mencakup alat pembayaran non tunai, regulasi yang mendukung, dan terutama infrastruktur yang memungkinkan transaksi seperti ini terjadi.

Jika alat pembayaran tunai hanya dimaknai sebagai uang kertas dan logam, maka bisa dibilang alat pembayaran non tunai justru hadir lebih dulu. Ketika di masa lampau sistem barter tak lagi mencukupi, masyarakat menetapkan berbagai komoditas yang berfungsi sebagai uang–misalnya kerang dan biji-bijian.

Alat pembayaran non tunai terus berkembang. Dari yang awalnya hanya komoditas yang disepakati berfungsi sebagai uang, menjadi kertas yang dicairkan di bank (cek), hingga berbentuk elektronik yang sampai sekarang masih kita gunakan.

(Baca: Apa Itu E Money dan Apa Bedanya dengan Kartu Debit?)

Contoh-Contoh Alat Pembayaran Non Tunai

Apa saja contoh alat pembayaran non tunai itu? Secara umum ia dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu berbasis kertas, berbasis kartu, dan berbasis elektronik.

Berbasis kertas

1. Cek

Cek berisi perintah tidak bersyarat kepada bank penyimpan dana untuk membayar suatu jumlah tertentu pada saat diunjukkan. Pembayaran dapat berupa tunai atau pemindahbukuan. Dana hanya dapat dikeluarkan dalam mata uang rupiah. Cek dapat dipindahtangankan.

2. Bilyet giro

Sama seperti cek, bilyet giro juga merupakan surat perintah agar bank menarik uang sebesar yang tertera. Hanya saja, bedanya pada bilyet giro dana hanya dapat dipindahbukukan, tidak bisa dibayarkan dengan tunai. Perbedaan lain adalah ia tidak bisa dipindahtangankan.

3. Nota debit

Alat pembayaran non tunai berbasis kertas berikutnya adalah nota debit. Ini adalah jenis dokumen yang ditujukan sebagai bukti transaksi pengurangan utang dalam proses jual beli. Ia dikirim oleh pembeli kepada penjual sebagai pernyataan pengurangan utang–alias mendebit.

Berbasis kartu

1. Kartu kredit

Dalam regulasi, baik kartu debit dan kredit dinamakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu atau APMK. Kartu kredit intinya adalah kartu yang digunakan untuk pembayaran. Kewajiban ini dipenuhi terlebih dulu oleh penerbit kartu untuk kemudian dilunasi oleh pemegang kartu pada waktu yang disepakati.

2. Kartu debit

Jika kewajiban melunasi transaksi pada kartu kredit dilakukan oleh penerbit kartu, maka pada alat pembayaran non tunai yang satu ini hal itu langsung dibebankan ke pemilik kartu. Jumlahnya dikurangi dari simpanan atau saldo si pemegang kartu pada penerbit kartu. Jadi limit transaksi terbatas pada jumlah saldo pemilik.

Kartu sebagai alat pembayaran non tunai dalam transaksi bisnis juga kian diminati lantaran memudahkan dan mempersingkat pekerjaan. Selain kartu kredit dan debit yang diterbitkan bank, ada pula yang dikenal dengan nama kartu korporat.

Salah satunya adalah kartu korporat dari Spenmo, yang tersedia dalam bentuk fisik maupun virtual. Kartu ini dapat diberikan kepada para karyawan untuk mempermudah melakukan berbagai jenis pembayaran, seperti pengeluaran iklan digital maupun subskripsi online perusahaan. Pengeluaran dapat dipantau secara real time serta dapat dibekukan dan dicairkan dengan mudah.

Berbasis elektronik

Kita mengenal alat pembayaran non tunai berbasis elektronik sebagai uang elektronik saja. Nilai uang elektronik adalah sama dengan jumlah yang disetorkan kepada penerbit. Jenisnya terbagi ke dalam dua kelompok yang dibedakan berdasarkan media penyimpanan nilai, yaitu:

1. Berbasis cip

Uang elektronik ini berbentuk fisik kartu yang tertanam cip. Beberapa yang termasuk di dalamnya adalah Flazz da Brizzi.

2. Berbasis server

Uang elektronik ini diakses menggunakan aplikasi di ponsel. Kerap juga disebut e-wallet. Beberapa yang cukup populer adalah Go-pay dan OVO.

Manfaat Alat Pembayaran Non Tunai


Alat pembayaran berbasis non tunai berbasis kertas dapat berupa
Photo by Piqsels.com

Bukan tanpa alasan elektronifikasi transaksi keuangan terus digalakkan. Ada begitu banyak keuntungan atau kelebihan yang dimiliki alat pembayaran non tunai ketimbang tunai. Beberapa di antaranya adalah:

1. Praktis dan efisien

Membawa uang tunai bukan sesuatu yang praktis meski tetap dibutuhkan. Dengan memiliki alat pembayaran non tunai, tak perlu lagi membawa dompet tebal karena berisi berlembar-lembar uang ke mana-mana. Ingat pula bahwa semakin tebal dompet yang diduduki, semakin besar pula tekanan pada tulang belakang. Membawa uang non tunai, secara tidak langsung, bahkan berakibat baik bagi kesehatan fisik.

2. Lebih Aman

Kepraktisan dari non tunai membawa dampak lanjutan, yaitu lebih aman. Anda dapat membayangkan betapa waswasnya jika semua transaksi bisnis, yang kadang mencapai miliaran rupiah, harus menggunakan tunai. Lalu, jika dompet hilang, maka kita hanya bisa pasrah. Namun, jika misalnya kartu debit yang hilang, kita tinggal meminta penerbit memblokirnya saja. Sistem keamanan yang disediakan penyedia alat pembayaran non tunai pun sudah tak perlu diragukan.

3. Jangkauan Luas

Untuk memanfaatkan uang tunai, maka satu-satunya cara adalah harus berinteraksi langsung dengan yang akan menerima. Jika pun mengirim uang ke pihak lain lewat perantara seperti pos, tetap saja harus mendatangi tempat si perantara itu. Sementara alat pembayaran non tunai apalagi yang berbasis server, dapat dilakukan kapan pun, di mana pun, dan ke mana pun.

4. Banyak Promo

Alat pembayaran non tunai seperti kartu kredit dan e-wallet kerap menyediakan beragam manfaat tambahan bagi pengguna dengan tujuan agar produk mereka semakin banyak dipilih. Manfaat tambahannya beragam, misalnya potongan harga atau diskon dan cashback. Ini bisa berlaku di banyak tempat, dari mulai ke toko tertentu hingga transportasi umum. Hal ini dapat terjadi karena penerbit memang bekerja sama dengan pihak-pihak tersebut.

5. Pemantauan Mudah

Salah satu keluhan yang kerap muncul saat menggunakan uang tunai adalah sulitnya memantau pengeluaran. Kadang kita lupa ke mana saja uang dibelanjakan. Dengan alat pembayaran non tunai, hal itu teratasi karena penyedia menyediakan fitur history transaksi. Alat pembayaran non tunai juga dapat membuat kita mengatur batasan pengeluaran. Misalnya, hanya mengisi saldo e-money sebanyak yang dibutuhkan.

Kesimpulan

Di masa sekarang, alat pembayaran non tunai telah menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan. Kita membutuhkannya untuk berbelanja online dari dalam dan luar negeri, memanfaatkan transportasi umum seperti kereta, mengakses jalan tol, dan banyak hal lain. Bahkan alat pembayaran non tunai tidak hanya berguna untuk kegiatan-kegiatan konsumtif, tapi juga berbisnis