Yang bukan kondisi permasalahan ekonomi pada masyarakat indonesia adalah

Yang bukan kondisi permasalahan ekonomi pada masyarakat indonesia adalah

Yang bukan kondisi permasalahan ekonomi pada masyarakat indonesia adalah
Lihat Foto

THINKSTOCKS/ROOBCIO

Ilustrasi ekonomi berbagi (sharing economy)

KOMPAS.com - Permasalahan ekonomi cukup kompleks, terlebih dalam lingkup ekonomi makro yang harus diimbangi dengan kebijakan pemerintah.

Eeng Ahman dalam buku Ekonomi dan Akuntansi (2007) mengatakan pada negara berkembang terdapat beberapa masalah umum dalam pembangunan ekonomi.

Masalah tersebut berkaitan dengan kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan pengangguran.

Namun seiring dengan perkembangan negara, Indoensia terus menghadapi permasalahan lain di bidang ekonomi.

Permasalahan tersebut antara lain:

Kemiskinan merupakan suatu keadaan ketidakmampuan ekonomi. Sehingga seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok karena pendapatannya rendah.

Baca juga: Hasil Survei Roda Tiga Sebut Masalah Ekonomi Masih Jadi PR Utama Jokowi

Kemiskinan terjadi karena beberapa faktor, yaitu rendahnya pendapatan yang menyebabkan rendahnya daya beli.

Selain itu karena rendahnya pendidikan masyarakat sehingga masyarakat tidak mendapatkan hidup yang layak.

Kemiskinan menjadi masalah utama yang dihadapi pemerintah.

Untuk mengatasinya, beberapa program sudah dilakukan pemerintah, seperti Program Inpres Desa Tertinggal.



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2020 tinggal menghitung hari. Tentunya, di sepanjang 2019, ada banyak permasalahan yang ditemui dalam perekonomian Indonesia. Masalah-masalah ini yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tak mencapai target pemerintah dalam APBN yang sebesar 5,3%. Kementerian Keuangan meramal, ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5,05%. Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, proyeksi tersebut sejalan dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global yang kian menurun. Ekonomi dunia tahun ini diramal hanya akan tumbuh 3%, level terendah sejak krisis finansial global pada 2008 silam dan jauh di bawah proyeksi awalnya yang sebesar 3,7%. Apa saja masalah yang dihadapi Indonesia? Berikut hasil rangkuman Kontan.co.id: 1. Tren konsumsi rumah tangga menurun Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2019 ini tercatat sebesar 5,01% (yoy). Padahal pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan konsumsi mencapai 5,17% (yoy). Baca Juga: BI: Kewajiban neto posisi investasi Indonesia menurun di kuartal III 2019 Padahal, konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi yang besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu sebesar 56,5%. Beberapa komponen dalam konsumsi rumah tangga yang mengalami penurunan dari kuartal sebelumnya adalah komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga sebesar 1,07% dari kuartal sebelumnya menjadi 4,55%. Selain itu ada juga pencatatan penurunan lain untuk komponen transportasi dan komunikasi sebesar 0,34% dari kuartal sebelumnya sehingga menjadi 4,35%. 2. Andil ekspor bersih terhadap pertumbuhan menurun Founder lembaga riset dan kebijakan ekonomi Sigma Phi Indonesia, Arif Budimanta menilai, meskipun ekonomi masih tumbuh positif, tetapi realisasi data pertumbuhan terbaru ini menjadi peringatan bahwa perekonomian nasional tengah menghadapi problem struktural sehingga belum mampu tumbuh cepat seperti yang diinginkan Presiden Jokowi yakni di atas 7%. "Selain itu, ekonomi nasional diperburuk dengan kondisi ekonomi global yang melambat dan risiko ketidakpastian yang meningkat," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Selasa (5/11). Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Yang bukan kondisi permasalahan ekonomi pada masyarakat indonesia adalah

5 Permasalahan Ekonomi Makro di IndonesiaPermasalahan ekonomi makro yang tidak segera ditangani dengan serius, dapat menimbulkan efek samping yang parah. Tidak hanya berdampak pada ekonomi nasional, tetapi masyarakat pun juga mengalami beberapa kesulitan di banyak sektor. 

Lantas apa saja sih permasalahan ekonomi makro? Berikut adalah beberapa permasalahan yang dapat mengancam jika tidak segera ditindaklanjuti. 

1. Pertumbuhan Ekonomi Terganggu

Dampak dari permasalahan ekonomi makro yang merasakan dampak adalah kalangan bisnis, pengusaha dan produksi. Misalnya pabrik besar dan perusahaan maupun usaha bisnis lainnya. Tidak dapat dipungkiri, jika perusahaan mengalami kesulitan sampai terjadi kebangkrutan, dampak paling luas pun akan merambah ke pertumbuhan ekonomi. 

Ketika pertumbuhan ekonomi terganggu tentu saja akan berdampak pada pertumbuhan sektor perekonomian yang lain. Contoh kasus yang hangat kita rasakan saat ini. Kasus masker akibat pandemic corona. Karena virus Covid-19 harga semakin melambung tinggi. 

Masyarakat rela berdesak-desakan membeli masker, sekalipun dengan harga yang sangat tinggi. Pihak penjual pun memanfaatkan momen ini untuk meraup keuntungan tiga bahkan empat kali lipat dari hari biasa. Sedangkan dari pihak pabrik, tidak bisa memproduksi masker dengan permintaan sangat tinggi dalam waktu singkat. 

Alasannya tentu saja dari segi operator karyawan, tingginya permintaan masker 10 kali lipat lebih banyak, didukung dengan pembelian bahan pokok untuk memproduksi masker. Skala lebih kompleks lagi, permasalahan ekonomi makro tentu saja akan mengganggu kelangsungan bisnis pemula maupun pelaku bisnis lama. 

Baca juga : Perbedaan Ekonomi Mikro Dan Makro yang Wajib Kamu Tahu

2. Tajamnya Angka Pengangguran dan Kemiskinan

Permasalahan ekonomi makro yang tidak dapat dihindari, semakin banyak pengangguran. Akibat perusahaan yang tidak mampu bersaing dan bertahan, akhirnya bangkrut. Mau tidak mau harus melakukan PHK karyawan demi bisa berdiri. Harusnya bisa merekrut karyawan baru, justru menambah angka pengangguran. 

Padahal, satu perusahaan anggap saja bisa mempekerjakan 35 karyawan. Jika dikalikan 10 perusahaan sudah berapa karyawan yang diserap? Sedangkan jika 10 perusahaan hanya tersisa 5 perusahaan yang bertahan, sisanya bangkrut, maka akan menyumbang 175 karyawan menganggur. 

Ada satu hal yang perlu kita pahami kenapa terjadi perusahaan atau usaha bisnis yang mengalami kebangkrutan? Jawabannya sederhana. Karena banyak perusahaan yang menjual produk barang mereka untuk kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sedangkan di masa sulit, di sektor lain juga banyak yang melakukan pengurangan karyawan (angka pengangguran meningkat). 

Maka hasil perekonomian uang pun juga mengenai dampak. Tingkat jual beli semakin menurun, karena tidak ada sirkulasi uang. Tentu saja angka kemiskinan pun juga semakin besar. Banyak masyarakat bawah yang kesulitan makan akibat pekerjaan yang sulit. Realitanya memang angka kemiskinan di Indonesia lebih tinggi. 

Baca juga : 9 Rekomendasi Buku Ekonomi Best Seller

3. Terjadinya Krisis Nilai Tukar Uang Terhadap Utang Luar Negeri

Seperti yang kamu tahu bahwa Indonesia memiliki permasalahan ekonomi makro. Salah satunya bentuk utang ke luar negeri. Nah, ketika terjadi permasalahan ekonomi makro, maka bisa menimbulkan krisis nilai tukar, dimana devisa negara akan mendapatkan dampak terburuk. 

Devisa negara salah satu sektor yang akan mendapatkan dampak terburuknya. Selain itu juga, dampak ini juga akan dirasakan oleh investor maupun perusahaan yang memiliki kerjasama luar negeri atau menjalankan kerjasama ekspor impor penjualan. Tentu saja mereka akan mengalami masalah yang sangat serius. 

Tidak perlu jauh-jauh, contoh sederhana perusahaan yang ada di Indonesia mendapatkan suntikan dana dari pihak luar. Ketika terjadi permasalahan ekonomi makro, maka suntikan dana yang sudah diberikan akan ditarik atau dikembalikan. Jika suntikan sedikit mungkin tidak masalah, bagaimana jika nominalnya banyak? Tentu saja ini bisa berdampak langsung terhadap keberlangsungan perusahaan sekaligus anak karyawannya. 

Belum lagi masalah utang di luar negeri. Tidak hanya utang negara, perusahaan yang memiliki utang di luar negeri pun akan mendapatkan dampak. Dimana hutang tersebut tidak mendapatkan perlindungan dari negara. Dampak buruknya, dapat menimbulkan pembengkakan utang dalam sekali waktu saja. 

Baca juga : Pengertian Ekonomi Makro : Tujuan dan Ruang Lingkupnya

4. Terjadi Inflasi

Terjadinya inflasi tinggi akan berpengaruh pada tingginya utang luar negeri yang mempengaruhi dunia perbankan di Indonesia. Bentuk kesulitan yang paling terasa masalah likuiditas. Akibatnya terjadi kemacetan di sektor usaha akibat terlalu besar beban utang negara. 

Perusahaan swasta maupun non swasta pun juga mendapatkan pengaruhnya. Akibat terjadinya inflasi, dimana asset-aset yang mereka miliki pun terkuras akibat tidak bisa meminjam pinjaman bank. Belum lagi dengan UKM yang tidak bisa meminjam uang atau mengawali usaha lewat hutang bank sebagai modal. Masalah inflasi di Indonesia pernah terjadi di tahun 2004 yang mencapai 10,5%

5. Kekalahan Daya Saing

Dampak yang akan berpengaruh akan mengalami kekalahan daya saing. Tentu saja konteks daya saing dalam hal ini adalah daya saing melawan perusahaan besar yang memiliki power besar. Sehingga pasaran secara nasional pun menjadi lesu dan terkesan lamban. 

Masalah ini akan semakin parah jika masyarakat memiliki kebiasaan dan rasa bangga membeli akan produk-produk dari luar. Tentu saja ini akan memperlancar arus ekonomi mereka, dan mematikan perputaran ekonomi di dalam Negeri. 

Itu sebabnya di masa pandemic seperti ini, sangat disarankan untuk membeli produk UKM-UMKM untuk menyeimbangkan perekonomian. Agar tetap terjadi perputaran perekonomian. Agar ekonomi semakin menguat. Tentu saja cara ini diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi local daripada pertumbuhan ekonomi luar. Agar suplai produk domestic tetap terjaga. 

Bukan malah justru sebaliknya. Tetap mencari produk luar dalam kondisi susah. Saat masyarakat membeli produk luar, itu sama artinya membantu dalam memperlambat perputaran perekonomian dan melemahkan ekonomi di dalam negeri. Memang dari segi kualitas dan bahan, produk luar lebih baik. Tetapi dalam kondisi inflasi, bukankah seharusnya lebih mementingkan produk dalam negeri terlebih dulu. 

Namun ya kembali lagi, semua tergantung dari cara berfikir masing-masing individu. Itu pun kembali keputusan personal dan hak masyarakat dalam membeli produk. Jawaban yang pasti, produk dalam negeri harus siap untuk bersaing melawan produk-produk dari luar untuk merebut perhatian masyarakat lokal dengan produk yang dihasilkan. 

Dari beberapa permasalahan ekonomi makro di atas, tentu saja kita menjadi lebih paham, sekaligus memahami perekonomian luar negeri mampu mempengaruhi perekonomian lokal. Belum lagi ditambah dengan permasalahan yang sifatnya sangat kompleks dan luas. Tidak hanya bisa diselesaikan oleh satu dua orang. Tetapi oleh banyak pihak. 

Baca juga : Prinsip Apakah Yang Diterapkan dalam Ekonomi Islam?

Nah, semoga dengan ulasan tentang permasalahan ekonomi makro inipun membukakan wawasan. Tidak hanya melihat dari ekonomi mikronya saja. Tetapi juga dilihat secara ekonomi makro. Memang banyak berbeda permasalahan ekonomi makro dengan permasalahan ekonomi mikro. 

Nah, buat kamu yang tertarik mendalami ilmu tentang dunia perekonomian internasional, tidak ada salahnya fokus dan mempelajari cabang ilmu satu ini. Kamu bisa baca dan beli buku ekonomi dari Toko Buku Deepublish. Siapa tahu kamu salah satu calon duta untuk Indonesia.

Buku Terkait