Usaha mempertahankan kemerdekaan republik indonesia dilakukan dengan cara

Usaha mempertahankan kemerdekaan republik indonesia dilakukan dengan cara

Usaha mempertahankan kemerdekaan republik indonesia dilakukan dengan cara
Lihat Foto

Hafidz Mubarak A

Pelari jarak jauh putri Triyaningsih mencium bendera saat upacara pengukuhan Kontingen Indonesia untuk SEA Games XXX 2019 di Hall Basket GBK, Senayan, Jakarta, Rabu (27/11/2019). Upacara tersebut untuk mengukuhkan kontingen Indonesia yang akan bertanding pada SEA Games 2019 di Manila, Filipina dan selanjutnya akan dilepas oleh Presiden Joko Widodo di Istana Bogor. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.

Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi 

KOMPAS.com - Kemerdekaan Indonesia merupakan momentum penting bagi Indonesia karena telah berakhirnya masa penjajahan, berakhirnya masa penderitaan rakyat dan merupakan lahirnya kembali NKRI.

Tidak mudah untuk mendapatkan kemerdekaan. Para pahlawan harus mengorbankan jiwa dan raga untuk membela tanah air dan mendapatkan kemerdekaan. 

Setiap warga negara Indonesia berhak dan wajib ikut serta dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hak dan kewajiban tersebut tidak hanya tertuang dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi harus tercermin di setiap perilaku warganya. 

Berikut beberapa upaya mempertahankan Kemerdekaan NKRI, yaitu: 

Baca juga: Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Berbagai Daerah

Cinta tanah air

Cinta tanah air artinya berbakti kepada negara dan bersedia berkorban membela negara. Cinta tanah air menjadi sikap penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Cinta tanah air perlu ditanamkan dan dikembangkan dalam jiwa setiap individu sejak dini.

Melestarikan budaya Indonesia

Dengan melestarikan budaya milik kita sendiri, maka budaya itu akan bertahan dan tetap menjadi identitas suku. 

Selain itu, budaya juga bisa menjadi warisan leluhur untuk belajar dan memahami berbagai makna hidup. 

Misalnya saja pada tarian tradisional, ada berbagai filosofi atau makna kehidupan yang bisa kita terapkan sehari-hari. Begitu juga dengan pakaian adat, rumah adat, atau berbagai kebudayaan lain yang bisa menjadi identitas.

Sikap toleransi kepada sesama juga penting dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Memiliki sikap toleransi dan menghargai kepada sesama, seperti teman, orang asing, hingga keluarga akan menumbuhkan persatuan. 

Kalau persatuan di antara setiap orang kuat, maka hal ini tidak akan menimbulkan perpecahan yang memecah persatuan antar masyarakat. 

Hal ini juga membuat masyarakat tidak mudah dipengaruhi oleh pihak lain untuk memecah bangsa. Terlebih Indonesia adalah negara yang memiliki banyak suku dengan berbagai kebudayaan di setiap daerahnya.

Baca juga: Perjuangan Fisik dan Diplomasi dalam Mempertahankan Kemerdekaan

Mengetahui sejarah dan perjuangan leluhur 

Untuk mencapai kemerdekaan saat ini, leluhur kita berjuang untuk mengusir penjajah yang menguasai Indonesia.

Dengan mengetahui sejarah Indonesia dan perjuangan leluhur untuk mencapai kemerdekaan, maka hal ini akan membuat kita lebih menghargai berbagai upaya yang sudah dilakukan. 

Hasilnya, generasi kita akan menjadi lebih menghargai kemerdekaan yang sudah didapatkan dan berusaha untuk selalu mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih sekarang.

Rela berkorban 

Rela berkorban yaitu bersedia dengan senang hati, ikhlas, dan tidak mengharapkan imbalan. Bersedia memberikan segala sesuatu yang dimiliki untuk kepentingan bangsa dan negara.

Sikap yang mencerminkan rela berkorban, yakni: 

  • Menghindari sikap egois
  • Melakukan kegiatan kemanusiaan demi bangsa dan negara
  • Mengedepankan kepentingan sosial dibandingkan kepentingan pribadi

Baca juga: Sikap Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Skip to content

Pasca-Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia masih berjuang keras untuk mempertahankan kemerdekaannya.

Usaha mempertahankan kemerdekaan republik indonesia dilakukan dengan cara

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA Drama kolosal Pertempuran Palagan Ambarawa memeriahkan peringatan Hari Juang Kartika di Lapangan Jenderal Soedirman, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (15/12/2016). Dalam kesempatan itu, ditekankan kembali peran TNI dalam menjaga [...]

This entry was posted in Kronologi and tagged Agresi Militer Belanda, HUT RI, kemerdekaan, kemerdekaan republik indonesia, Kemerdekaan RI, Konferensi Meja Bundar, Linggarjati, Palagan Ambarawa, perang kemerdekaan, Pertempuran Surabaya, proklamasi, proklamasi kemerdekaan indonesia, sejarah, sejarah perjuangan.

error: Content is protected !!

tirto.id - Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak berhenti pada 17 Agustus 1945 saat Soekarno-Hatta mendeklarasikan proklamasi Indonesia. Tantangan dan hambatan usai kemerdekaan Indonesia tetap ada sehingga harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia dengan beragam cara perjuangan.

Bangsa Indonesia menempuh dua cara dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yaitu perjuangan fisik dan diplomasi. Mengutip dari E-Modul Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia, perjuangan diplomasi adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui perundingan atau menggunakan jalur damai. Sementara itu, perjuangan fisik adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui pertempuran atau menggunakan jalur kekerasan atau bersenjata.

Peristiwa Mempertahankan Kemerdekaan dengan Perjuangan Fisik

Bangsa Indonesia dihadapkan pada beberapa keadaan yang mengharuskan untuk berjuang secara fisik. Ada beberapa peristiwa sebagai wujud mempertahankan Indonesia, antara lain:

1. Pertempuran di Surabaya (10 November 1945)

Pasukan Inggris di bawah pimpinan Brigjen AWS Mallaby tiba di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Mereka menyerbu dan menduduki gedung-gedung pemerintah serta menyebar selebaran yang memerintahkan kepada semua orang Indonesia untuk menyerahkan senjata. Apabila imbauan tersebut dilanggar, maka rakyat Indonesia akan dihukum mati.

Rakyat Surabaya menolak imbauan Sekutu dan melakukan perlawanan. Perlawanan baku tembak terjadi pada 31 Oktober 1945 yang mengakibatkan Brigjen Mallaby tewas di Bank Internio (Jembatan Merah). Penggantinya Mayjen Mansergh, mengeluarkan ultimatum: "Bahwa siapa yang membunuh Mallaby harus menyerahkan diri selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pagi. Jika tidak menyerahkan diri, maka pasukan sekutu akan menyerang Kota Surabaya."

Rakyat Surabaya tidak mengindahkan ultimatum tersebut. Rakyat Surabaya di bawah pimpinan Bung Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo melakukan perlawanan. Ribuan rakyat meninggal dalam pertempuran itu. Oleh karena itu, tiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

b. Pertempuran Medan Area (10 Desember 1945)

Pertempuran ini terjadi karena sekutu di bawah pimpinan Brigjen. TED Kelly dan pimpinan NICA, yaitu Raymond Westerling melakukan berbagai tindakan yang membuat marah rakyat, di antaranya:

-Membebaskan tawanan Belanda dan mempersenjatai KNIL (10 Oktober 1945);

-Melarang rakyat membawa senjata (18 Oktober 1945);

-Menduduki tempat penting dan menyerang Medan (10 Desember 1945).

Rakyat Medan berusaha merebut kembali wilayah-wilayah yang telah dikuasai oleh sekutu. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya peristiwa Medan Area.

c. Pertempuran Ambarawa (15 Desember 1945)

Pertempuran Ambarawa disebabkan oleh sekutu yang dipimpin Brigjen Bethel yang dibonceng NICA dengan sepihak membebaskan tawanan Sekutu yang ada di Magelang dan Ambarawa. Tindakan sekutu ini dianggap telah melanggar kedaulatan RI.

Setelah TKR mengadakan konsolidasi, Divisi V Kolonel Sudirman memperkuat wilayah Ambarawa dengan taktik Supit Urang, yaitu dengan menyerang dari berbagai arah. Terjadilah pertempuran yang dahsyat pada tanggal 15 Desember 1945.

Dalam pertempuran ini, TKR dibantu kesatuan-kesatuan dari daerah lain, yaitu dari Surakarta dan Salatiga. Pertempuran Ambarawa dimenangkan pihak TKR. Namun dalam tertempuran tersebut, Kolonel Isdiman gugur dan diperingati sebagai Hari Infanteri.

Peristiwa Mempertahankan Kemerdekaan dengan Perjuangan Diplomasi

Selain perjuangan fisik, masyarakat Indonesia juga mempertahankan kemerdekaan melalui perjuangan diplomasi. Melansir dari E-Modul Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, beberapa peristiwa mempertahankan kemerdekaan dengan perjuangan diplomasi, sebagai berikut:

1. Perjanjian Linggarjati

Perjanjian Linggarjati pada 10 November 1946 bertujuan untuk menyelesaikan pertikaian Indonesia-Belanda. Pihak Indonesia dipimpin oleh dr. Sudarsono, Jenderal Sudirman, dan Jenderal Oerip Soemohardjo.

Inggris mengirim Lord Killearn sebagai penengah setelah komisi gencatan senjata terbentuk. Pihak Belanda diwakili oleh Prof. S. Schermerhorn dan Dr. Hj. Van Mook.

Setelah naskah perjanjian ditandatangani, muncul pro dan kontra di masyarakat mengenai hasil perundingan tersebut. Tanggal 25 Maret 1947 pihak Indonesia menyetujui perjanjian Linggarjati. Hasil perundingan tersebut menghasilkan 17 pasal.

2. Perundingan Renville

Berdasarkan Keputusan Kerajaan Belanda No. 51 tanggal 15 Desember 1947, wakil- wakil pemerintah Belanda yang hadir dalam perundingan Renville dengan penuh kehati-hatian menghindari kata “delegasi”.

Hal tersebut untuk menjelaskan bahwa persoalan Indonesia adalah masalah dalam negeri. Oleh karena itu, Keputusan Kerajaan Belanda menyebut penunjukkan suatu komisi untuk melakukan pembicaraan-pembicaraan sesuai Resolusi DK PBB tanggal 25 Agustus 1947.

Hasil dari perundingan Renville, antara lain:

-Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik Indonesia;

-Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda;

-TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur.

3. Perjanjian Roem Royen

Perjanjian Roem Royen berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang masing-masing menyetujui pernyataan pihak lainnya. Isi pernyataan ini ditandatangani pada 7 Mei 1949 oleh ketua perwakilan kedua negara, yaitu Mr. Moh. Roem dan Dr. Van Roiyen, oleh karena itu terkenal dengan sebutan Roem Royen Statements.

Turut serta pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat, yang tidak bersyarat. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta akan berusaha mendesak supaya politik demikian diterima oleh pemerintah Republik Indonesia selekas-lekasnya setelah dipulihkan di Yogyakarta.

Baca juga:

  • Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
  • Kondisi Politik dan Ekonomi Indonesia pada Awal Kemerdekaan

Baca juga artikel terkait Kemerdekaan Indonesia atau tulisan menarik lainnya Nurul Azizah
(tirto.id - azz/agu)

Penulis : Nurul Azizah
Editor : Agung DH