OPTIMALISASI PENGELOLAAN LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN6 April 2016/6 Comments/in Inaugural Lectures /byOleh : Show Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu, Yang terhormat Pada kesempatan yang berbahagia ini, ijin dan per¬kenankanlah saya memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala ridla, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga pada hari ini saya memperoleh kesempatan dan kepercayaan untuk menyampai¬kan pidato pengukuhan saya sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Tanah (Pengelolaan Tanah) pada Fakultas Pertanian, Universitas sebelas Maret. OPTIMALISASI PENGELOLAAN LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN Hadirin yang saya hormati, Penurunan produksi bahan pangan nasional yang dirasakan saat ini lebih disebabkan oleh semakin sempitnya luas lahan pertanian yang produktif (terutama di pulau Jawa) sebagai akibat alih fungsi seperti konversi lahan sawah, ditambah isu global tentang meningkatnya degradasi lahan (di negara berkembang). Salah satu alternatif pilihan yang diharapkan dapat meningkatkan potensi produksi tanaman dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan adalah pendayagunaan lahan kering. Selain karena memang tersedia cukup luas, sebagian dari lahan kering belum diusahakan secara optimal sehingga memungkinkan peluang dalam pengembangannya. Hadirin yang saya hormati,
Hadirin yang saya hormati, Hadirin yang saya hormati, Hadirin yang saya hormati, Hadirin yang saya hormati,
Beberapa tindakan untuk menanggulangi faktor pembatas biofisik lahan, sudah barang tentu diperlukan sentuhan inovasi teknologi guna meningkatkan produktivitasnya. Teknologi penge¬lola¬an lahan kering yang umum dilakukan meliputi : a) Tindakan konservasi tanah dan air,
Cara mekanik seperti pengolahan tanah menurut kontur, pem¬buatan guludan, terras terbukti berhasil di Cina Selatan, Bali (Indonesia), Nepal dan Hugo (Filipina), namun dibutuhkan biaya mahal dan memakan waktu serta tenaga (Syekhfani, 1991). Lebih lanjut dikatakan oleh Syekhfani, (1991). bahwa pendekatan secara kombinasi antara cara mekanik dan vegetatif adalah yang umum dilakukan karena lebih menguntungkan. b) Pengelolaan kesuburan tanah (pemupukan, pengapuran dan penambahan bahan organik). c) Pemanfaatan Agrokimia Hadirin yang saya hormati,
Hasil Praktek Lapang Kesesuaian Lahan yang dilakukan mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian di Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri, menyebutkan bahwa sebagian besar intensifikasi usahatani lahan kering yang dilakukan oleh petani masih bersifat tradisional, artinya pemilihan jenis tanaman dan pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan belum ditujukan untuk lebih dikembangkan secara produktif. Usahatani tanaman pertanian bahan pangan seperti tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedele, kacang tanah, kacang hijau, dan beberapa jenis tanaman lain, demikian juga tanaman sayuran seperti kacang panjang, terong, mentimun, cabai merah, kangkung, kubis, dan bayam, sudah banyak dilakukan petani, namun pengembangannya belum secara optimal. Upaya untuk lebih mengoptimalkan usahatani lahan kering, dilakukan dengan mengatur pola tanam agar dapat mengurangi resiko kegagalan panen, misalnya dengan pola tumpangsari atau tumpang gilir, memilih tanaman yang toleran terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik pada lokasi tertentu, sehingga akan memperbesar peluang panen dan mengatur perubahan cara tanam, cara pengolahan tanah dan waktu tanam. a) memilih jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi agro¬klimat setempat, Ke depan (sebagai tantangan), yang harus dilakukan adalah melibatkan peran serta petani (sebagai pelaku aktif) dan masya¬rakat pedesaan dalam meningkatkan dan mengembangkan lahan kering yang ada secara optimal dan lestari dengan memanfaatkan pilihan teknologi yang benar untuk meningkatkan produktivitas pertanian, pendapatan petani, dan kesejahteraan masyarakat (Soemarno, 2007). Menggunakan teknologi yang murah, seder¬hana, dan efektif dalam rangka optimalisasi pengembangan lahan kering (saat ini) perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Seperti teknologi pengelolaan padi gaga dan palawija sebagai bagian dari sistem usaha tani (farming system) yang dipilih harus disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi. Namun, pada kenyataan¬nya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas penyampaian teknologi pengelolaan yang ada, karena akses penyuluh apalagi petani relatif terbatas. Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang secara langsung lebih mendekatkan sumber teknologi dengan petani sebagai calon pengguna tekno¬logi. Hadirin yang saya hormati, Hadirin yang saya hormati,
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada hadirin sekalian yang telah dengan sabar mengikuti pidato pengukuhan saya. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin. Wabillahi taufiq wal hidayah Abdurachman, A. dan S. Sutono. 2005. Teknologi pengendalian erosi lahan berlereng. dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering : Menuju pertanian produktif dan ramah lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Minardi, S. 2006. Pengaruh Penggunaaan Macam Bahan Organik dan Pupuk P Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis Pada Andisol Tawangmangu. Agrineca. Vol. 7 No. 2. Juli 2007. Santoso, D., I P.G. Wigena, Z. Eusof, and C.Xuhui. 1995. The Asian land management of sloping lands network: Nutrient balance study on sloping land. In A.Maglinao and A. Sajjapongse (Eds.). International Workshop on Conser¬vation Farming for Sloping Upland in South East Asia: Challenge, Opportunities, and Prospects. IBSRAM Proc. No. 14. Bangkok, Thailand. p. 103108 Share this entry
6 replies
Leave a ReplyWant to join the discussion?Feel free to contribute! Leave a Reply Cancel replyYour email address will not be published. Required fields are marked * Name * Email * Website Comment
Δ This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed. |