Upacara ngaben dapat kita temui jika berkunjung di daerah

Berkenalan Dengan Upacara Adat Khas Bali – Hallo sahabat lentera, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas salah satu warisan budaya Bali yang dikenal oleh dunia.

Apalagi kalau bukan upacara adat Bali. Bali adalah salah satu nama Pulau di Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya dan adat istiadatnya.

Pulau Bali seringkali disebut atau dijuluki dengan  Pulau Dewata yang selalu menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.

Bahkan beberapa para wisatawan juga tertarik untuk melihat berbagai jenis upacara adat yang ada di Bali.

Bali memang memiliki macam macam upacara adat yang bisa diikuti dan bisa dilihat karena memang terbuka untuk umum.

Hal tersebut dilakukan untuk menarik para wisatawan dan juga sebagai ajang untuk mengenalkan budaya Bali ke masyarakat luas, baik masyarakat dalam negeri maupun luar negeri.

Nama Upacara Adat Bali 

Upacara ngaben dapat kita temui jika berkunjung di daerah
by balitour.id

Meskipun sejumlah tempat di Bali terkadang memiliki tradisi dan upacara adat sendiri.

Namun secara umum Bali memiliki upacara adat yang digelar dan dilaksanakan oleh hampir seluruh masyarakat Bali terutama yang beragama hindu.

Tata cara pelaksanaan upacara khas Bali tersebut tetap mengacu pada tempat (desa) yang berlangsung, waktu upacara adat dalam keadaan dan situasi upacara tersebut dilangsungkan.

Seperti contoh jika ada warga Bali yang keadaan ekonominya kurang mampu, upacara adat ini tetap dapat dilakukan dengan tingkatan kecil yang tidak mengurangi makna upacara adat tersebut. Jadi, upacara Bali tersebut sangat fleksibel.

Berikut adalah nama-nama upacara tradisional Suku Bali yang hampir diikuti dan dilaksanakan oleh seluruh warga Bali yang beragama hindu:

Upacara Ngaben 

Upacara ngaben dapat kita temui jika berkunjung di daerah
by balitour.id

Ngaben adalah jenis upacara adat yang dilakukan untuk orang meninggal. Setelah seseorang meninggal, tubuh orang tersebut dibakar dan abunya dihanyutkan ke laut.

Ada beberapa pendapat tentang asal kata ngaben. Ada yang mengatakan ngaben berasal dari kata beya yang artinya bekal.

Ada yang mengatakan juga, ngaben berasal dari kata ngabu yang artinya menjadi abu.

Ngaben adalah salah satu upacara khas Bali yang dilakukan warga lokal penganut hindu di Bali. 

Jenis upacara adat ngaben sangat terkenal  ke masyarakat mancanegara dan sangat ditunggu untuk disaksikan. 

Sejarah Upacara Ngaben 

Ngaben adalah upacara penyucian roh (atma) sebagai fase pertama umat Hindu Bali dengan melakukan pembakaran jenazah.

Dalam keyakinan masyarakat Hindu Bali, badan manusia terdiri dari badan kasar, badan halus dan karma.

Ketika manusia meninggal, badan kasar inilah yang mati, sedangkan roh (atma) tidak mati. Nah, upacara ngaben adalah proses penyucian atma/roh saat meninggalkan badan kasar.

Upacara ngaben ini diadopsi dari sastra pada keyakinan uman Hindu India.

Keyakinan itu menyatakan bahwa untuk mempercepat proses pengembalian badan kasar ke Panca Maha Bhuta dilakukan dengan ngaben atau Kremasi.

Upacara kremasi ini diyakini sudah berlangsung sejak jaman bharata yudha di India pada tahun 400 SM.

Sejak agama hindu masuk ke Bali pada tahun 768 sekitar abad ke 8, maka muncullah beragam budaya Bali. Sejak saat itu juga upacara ngaben Bali dilakukan.

Macam Macam Upacara Ngaben 

Upacara ngaben terdiri dari 3 jenis, diantaranya:

Upacara ngaben sawa wedana adalah jenis upacara ngaben yang melibatkan jenazah yang masih utuh (tanpa dikubur terlebih dahulu). Biasanya upacara adat ini dilakukan dalam kurun waktu 3-7 hari terhitung dari meninggalnya orang tersebut.

Upacara ngaben asti wedana adalah jenis upacara ngaben yang melibatkan kerangka jenazah yang pernah dikubur.

Upacara ngaben swasta adalah jenis upacara ngaben yang tanpa melibatkan jenazah maupun kerangka mayat karena beberapa hal.

Alasannya seperti meninggal di luar negri atau tempat yang jauh, jenazah tidak ditemukan, dll.

Tahapan Upacara Ngaben 

Ketika ada yang meninggal, maka keluarga akan mendatangi pendeta untuk menanyakan hari baik dilakukan ngaben.

Pada umumnya, waktu pelaksanaan tidak lebih dari 7 hari sejak meninnggal.

Setelah mendapat hari baik ada beberapa tahapan upacara ngaben, diantaranya :

  • Ngulapin. Upacara untuk memanggil roh yang meninggal.
  • Nyiramin/Ngemandusin. Upacara memandikan dan membersihkan jenazah.
  • Ngajum Kajang. Upacara yang ditujukan sebagai kemantapan keluarga yang ditinggalkan, melepas kepergian untuk perjalanannya ke alam selanjutnya.
  • Ngaskara. Upacara penyucian roh.
  • Mameras.Upacara untuk menuntun jalan dan karma baik yang mereka lakukan bagi yang sudah memiliki cucu.
  • Papegatan. Upacara yang bertujuan untuk memutuskan hubungan duniawi yang akan menghalangi perjalan roh.
  • Pakiriman Ngutang. Upacara mengusung jenazah dan semua perlengkapan upacara menuju kuburan.
  • Ngeseng. Upacara pembakaran jenazah.
  • Nganyud. Upacara menghanyutkan abu jenazah ke laut, atau sungai.
  • Makelud. Upacara untuk membersihkan serta menyucikan kembali lingkungan keluarga dari kesedihan setelah ditinggalkan.

Makna Upacara Ngaben 

Berikut beberapa makna upacara ngaben :

  • Makna dari pembakaran jenazah secara langsung maupun simbolis bermakna melepas roh dari belenggu dunia, sehingga jenazah kembali dengan tenang dan bertemu dengan Tuhan.
  • Makna upacara ngaben yang lain jika ditinjau dari pihak keluarga yaitu mereka telah ikhlas melepas kepergiannya.

Keunikan Upacara Ngaben

Keunikan upacara ngaben atau ngaben ceremony terletak pada peralatan yang digunakan selama prosesi.

Contoh keunikan upacara ngaben (ngaben ceremony) yaitu jenazah yang akan dibakar dalam sebuah patung.

Patung yang digunakan pada umumnya berbentu lembu atau sering disebut lembu ngaben.

Keunikan upacara ngaben (ngaben cermony) lainnya yaitu prosesi upacara adat membutuhkan waktu panjang dan biaya yang besar.

Biaya Ngaben 

Biaya ngaben bisa dibilang cukup mahal karena prosesnya yang panjang.

Biaya ngaben sendiri sekitar 150-200 juta rupiah.

Nah, untuk menanggung biaya ngaben dan tenaga lainnya, masyaraat kita sering melakukan pengabenan atau ngaben massal atau bersama.

Jadi, jasad orang yang meninggal dikebumikan terlebih dahulu sebelum biaya mencukupi untuk upacara adat.

Upacara Adat Galungan 

Hari raya galungan adalah upacara adat Bali yang bertujuan untuk merayakan kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan).

Upacara galungan dirayakan setiap 6 bulan sekali atau dalam kalender Bali setiap 210 hari, tepatnya di hari Rabu (Budha) Kliwon wuku Dungulan.

Umat Hindu dalam upacara adat tersebut diharapkan mampu membedakan antara kebaikan dan keburukan, sehingga kebahagiaan bisa diraih dengan kemampuan memenangkan dharma dalam diri manusia.

Ciri khas hari Raya Galungan yaitu penjor yang akan terpasang sepanjang jalan. Kemudian 10 hari setelah upacara galungan, dirayakan hari Raya Kuningan.

Biasanya, ketika hari Raya Galungan digelar semua aktivitas di Bali dihentikan, termasuk juga penerbangan baik keluar maupun kedalam Bali.

Upacara Adat Bali Melasti 

Upacara ngaben dapat kita temui jika berkunjung di daerah

Upacara adat Bali melasti yaitu upacara yang dilakukan oleh seluruh umat Hindu. Kebiasaan ini masih dalam rangkaian hari raya nyepi yang umumnya 2-4 hari sebelum nyepi dilakukan upacara melasti.

Upacara melasti dilakukan dengan mengususng pralingga atau pratima Ida Bharata dan perlengkapan degan hati tulus, ikhlas, tertib dan khidmat menuju lautan, danau atau sumber mata air yang di anggap suci.

Proses Kegiatan Melasti 

Upacara melasti atau melasti ceremony dilakukan dengan beberapa proses. Berikut proses kegiatan melasti :

  • Upacara melasti dilaksanakan dengan persembahyangan bersama menghadap laut.
  • Setelah upacara melasti usai, pratima dan segala perlengkapan diusung ke Balai Agung di Pura desa.
  • Sebelum ngrupuk dan nyejer dilakukan, maka umat melakukan persembahyangan.

Makna Upacara Melasti 

Menurut ajaran umat Hindu, melasti adalah menghanyutkan kotoran alamm menggunakan air kehidupan.

Dalam upacara melasti atau melasti ceremony, laut dianggap sebagai simbol Tirtha Amertha.

Upacara melasti bermakna sebagai proses membersihkan lahir batin manusia dan alam dengan menghanyutkan kotoran dengan air kehidupan.

Upacara adat melasti atau melasty ceremony ini juga bertujuan untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan rangkaian Hari Raya Nyepi.

Upacara Adat Nyepi 

Upacara adat nyepi yaitu jenis upacara adat yang dilakukan ketika hari raya nyepi. Hari raya nyepi juga dikenal sebagai hari raya tahun baru Bali berdasarkan penanggalan tahun isaka yang biasanya dilaksanakan pada bulan maret-april bulan masehi.

Kebiasaan penyambutan tahun baru nyepi tergolong unik, sesuai dengan namanya nyepi, semua aktivitas warga Bali di tutup dan tidak boleh mengadakan aktivitas sama sekali, tidak boleh bikin gaduh, bepergian ke luar rumah dan menyalakan lampu.

Pada hari raya nyepi, hanya tempat-tempat penting seperti rumah sakit yang boleh dibuka. Makna hari raya nyepi bagi umat hindu yaitu agar dapat mengendalikan hawa nafsu, mengekang dan mengendalikan seluruh keinginan dan kesenangan.

Hari raya nyepi adalah waktu yang paling baik untuk melakukan tapa brata, yoga dan semedi. Sehingga dapat membuka lembaran baru dengan hati yang putih dan bersih. 

Upacara Adat Ngerupuk 

Upacara ngerupuk adaah rangkaian acara adat dalam hari raya nyepi Bali. Setiap penganut hindu wajib melakukan persembahan kepada sang Bhuta Kala dengan banten meracu, baik di tingkat rumah, banjar, desa kecamatan hingga tingkat Provinsi Bali yang biasa dilakukan di perempatan jalan raya utama di desa atau kota.

Tujuan dari tradisi adat ngerupuk adalah untuk memberikan persembahan kepada Bhuta Kala, agar tidak menganggu kehidupan manusia ketika melakukan brata penyepian.

Perayaan adat ngerupuk biasanya dilaksanakan sehari sebelum perayaan nyepi, setelah upacara mecaru. Pada perayaan adat ini dilakukan pawai ogoh-ogoh sebagai simbol Bhuta Kala yang diarak keliling desa dibarengi warga Bali dengan membawa obor.

Tradisi Adat Megibung di Karangasem Bali 

Tradisi megibung adalah tradisi makan bersama ketika ada hajatan atau upacara adat seperti pernikahan, otonan, acara tiga bulanan atau upacara adat lainnya. Jenis tradisi adat ini hingga saat ini masih bertahan di Kabupaten Karangasem.

Namun, seiring berkembangnya zaman yang semakin modern, warga Bali lebih sering menyiapkan makanan prasmanan (makan jalan) ketika adat hajatan dan upacara adat lainnya.

Tradisi adat mengibung atau makan bersama terdiri dari 5-6 orang yang dinamakan “sele” duduk mengitari “gibungan” yaitu segepok nasi di atas dulang atau nampan lengkap dengan sayur dan lauk pauknya.

Tradisi Adat Mesuryak 

Tradisi Bali Mesuryak adalah warisan budaya leluhur yang hanya bisa dijumpai di desa Bongan, Kabupaten Tabana.

Tradisi adat ini digelar dengan tujuan sebagai penghormatan terhadap para leluhur secara suka cita, bersorak beramai-ramai dengan memberikan perbekalan seperti beras dan uang.

Tradisi adat ini bersorak beramai-ramai dan dibarengi dengan melempar uang ke udara untuk diperebutkan oleh warga Bali dinamakan tradisi Mesuryak. 

Tradisi adat ini digelar setiap 6 bulan sekali yaitu pada Hari Raya Kuningan. Rangkaian prosesi ini berkaitan dengan perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Setelah leluhur hadir di tengah upacara adar yang dimulai dari hari Raya Galungan, kemudian pada saat hari raya Kuningan diantar kembali ke Nirwana dengan berbagai sesajian dan perbekalan.

Upacara Adat Mepandes 

Upacara adat mepandes adalah upacara adat yang bertujuan untuk menghilangkan 6 musuh (sad ripu) dalam diri manusia. Keenam musuh tersebut adalah hawa nafsu, amarah, ketamakan, mabuk, kebingungan dan iri hati.

Upacara adat ini berlangsung dengan upacara potong gigi bagi penganut Agama Hindu yang sudah remaja atau dewasa. Upacara adat mepandes merupakan kewajiban orang tua yang wajib dibayar oleh orang tua selama mereka hidup dengan anak-anaknya.

Prosesi adat potong gigi dilakukan oleh seorang sangging yang dipotong adalah 6 buah gigi depan atas.

Upacara Adat Otonan 

Upacara adat otonan berkaitan dnegan kelahiran seorang anak. Upacara adat ini digelar ketika usia bayi mencapai 6 bulan (210 hari). Selanjutnya setiap 6 bulan berikutnya dilakukan di hari lahirnya.

Dalam budaya Bali, hari lahir sangat brpengaruh terhadap watak seseorang. Jika wataknya kurang baik, biasanya masyarakat Bali melakukan upacara adat lagi dengan harapan agar bisa merubah perilaku orang tersebut.

Upacara adat otonan ini tidak perlu mewah, yang penting nilai ritualnya yang paling diperhatikan. 

Jenis upacara tradisional ini dilakukan untuk memanjatkan puja dan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widi atay jiwa yang diberikan di tubuh manusia agar diberi keselamatan dan kesejahteraan hidup.

Upacara Adat Tumpek Unduh 

Tradisi adat tumpek tunduh atau yang biasa disebut dengan tumpek wariga atau tumpek ngatag. Upacara adat ini dirayakan setiap 6 bulan sekali di hari Saniscara (Sabtu) Kliwon, tepat 25 hari sebelum dilaksanakan Hari Raya Galungan,  diadakan terlebih dahulu pemujaan Tumperk Unduh.

Tumpek unduh adalah bentuk persembahan kepada tuhan (Dewa Sangkara) sebagai penguasa tumbuh-tumbuhan atas manifestasi yang diberikan kepada manusia.

Selain itu, makna dari upacara adat ini sebagai tanda syukur manusia atas segala limpahan makanan yang berasal dari tumbuhan dan diharapkan manusaia agar tetap dapat menjada keharmonisan dengan alam terutama dengan tumbuhan.

Salah satu bentuk pelaksanaan Tri Hita Karana adalah agar tercipta keseimbangan dan hubungan baik dengan alam. 

Upacara Adat Mekotek 

Tradisi atau upacara adat mekotek atau yang dikenal dengan nama gerebeg mekotek. Tradisi Bali ini digelar setiap 6 bulan (210 hari) sekali, bertepatan dengan perayaan hari raya Kuningan (10 hari setelah galungan).

Prosesi adat ini digelar dengan tujuan untuk menolak bala atau melindungi diri dari serangan penyakit dan untuk memohon keselamatan.

Pada awalnya, tradisi mekotek menggunakan tongkat besi. Namun, untuk menghindari agar peserta tidak terluka, digunakanah kayu pulet sepanjang 2-3,5 meter yang kulitnya sudah dikupas sehingga terlihat halus.

Tongkat-tongkat tersebut dipadukan menjadi satu formasi membentuk sebuah kerucut dengan suara tek-tek kayu yang saling berbenturan, sehingga tradisi Bali tersebut dikenal dengan nama Mekotek.

Upacara Adat Saraswati 

Upacara selanjutnya yang dapat kita temui di Bali adalah upacara Saraswati. Saraswati adalah upacara adat yang diselenggarakan untuk merayakan ilmu pengetahuan.

Upacara ini dilakukan untuk memuja dan mengagungkan Dewi Saraswati yang dipercaya membawa ilmu pengetahuan di bumi hingga membuar semua orang di dunia ini menjadi pintar dan terpelajar. t

Upacara Saraswati diadakan setiap 210 hari sekali pada hari Sabti Umanis Watugunung. 

Dalam upacara saraswati yaitu segala hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan seperti buku dan kitab akan didoakan.

Acara adat tersebut juga berisi pentas seni seperti tarian adat, pembacaan cerita hingga malam sastra selama semalam penuh.

Upacara Adat Mekare-Kare

Upacara mekare-kare adalah upacara adu kekuatan dan kehebatan oleh para kaum lelaki dari masyarakat Bali.

Upacara adat ini biasanya dilakukan setiap awal bulan Juni dalam setahun. 

Semua pria Bali akan melakukan perang dengan menggunakan daun pandan. Biasanya daun pandan yang digunakan ada 2, yang satu sebagai perisai atau pelindungnya.

Dalam upacara adat ini, peserta diberi satu helai daun pandan dan satu perisai sebagai pelindungnya.

Upacara mekare-kare dilakukan setiap tahunnya untuk menghormati indra yang merupakan dewa perang dalam Agama Hindu.

Dengan melakukan upacara ini, semua pria di Bali akan dianggap kuat dan mampu dalam melakukan perang.

Upacara Adat Tumpek Landep

Kata tumpek sendiri berasal dari kata “Metu” yang bermakna bertemu dan “Mpek” artinya akhir. Jadi Tumpek adalah pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta diakhiri oleh Saniscara (hari sabtu).

Kata Landep adalah berarti tajam atau runcing, maksudnya upacara ini dilakukan untuk beberapa pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris.

Pada perayaan adat tumpek landep, umat Hindu memuja Sang Hyang Pasupati yang telah memberikan anugerah kecerdasan bagi manusia, sebagai tanda wujud terima kasih kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati.

Keunikan Upacara Adat Bali 

Upacara ngaben dapat kita temui jika berkunjung di daerah

Tradisi Bali memang selalu menarik untuk dibahas. Salah satunya upacara ngaben berasal dari daerah Bali.

Ternyata salah satu tradisi Bali yang berupa upacara adat memiliki beberapa keunikan yang sayang untuk dilewatkan.

Berikut beberapa keunikan upacara adat Bali :

  • Rombongan orang orang Berpakaian adat Bali yang menuju ke Pura.
  • Bali tampak cantik dengan banyaknya penjor.
  • Menyaksikan atraksi debus di tradisio ngurek.
  • Melihat pembuatan sajian ngelawar
  • Orang-orang menuju kuburan.

Nah, bagaiama? Itulah beberapa keunikan upacara adat Bali.

Penutup 

Demikianlah materi mengenai upacar adat atau tradisi adat Bali berserta penjelasannya. Semoga dapat menambah wawasan dan semoga bermanfaat.

Jangan lupa baca juga rumah adat Bali dan senjata tradisional Bali.

Terimakasih sudah berkunjung ke website kita 🙂