Untuk mempercepat pematangan gonad induk yang dilakukan pada saat pemeliharaan adalah

1 PERCEPATAN PEMATANGAN GONAD DAN PENINGKATAN KUALITAS TELUR IKAN NILEM (Osteochilus hasellti, CV) MELALUI PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PAKAN NURBETY TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul percepatan pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur ikan nilem (Osteochilus hasellti, CV) melalui penambahan vitamin E dalam pakan adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2016 Nurbety Tarigan NRP B

3

4 RINGKASAN NURBETY TARIGAN. Percepatan Pematangan Gonad dan Peningkatan Kualitas Telur Ikan Nilem (Osteochilus hasellti, CV) Melalui Penambahan Vitamin E Dalam Pakan. Dibimbing oleh IMAN SUPRIATNA, MOHAMAD AGUS SETIADI, dan RIDWAN AFFANDI. Ikan nilem merupakan ikan air tawar yang termasuk ke dalam famili Cyprinidae yang banyak dibudidayakan di daerah Jawa Barat. Ikan nilem sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk perikanan unggul air tawar. Saat ini, kualitas dan produksi telur ikan nilem mengalami penurunan sehingga dikhawatirkan akan terjadi penurunan populasi ikan nilem di masa yang akan datang. Pemberian pakan bermutu di dalam pakan akan menentukan suksesnya reproduksi dan meningkatkan kualitas telur yang akan dihasilkan nantinya. Salah satu unsur nutrisi yang harus ada di dalam pakan bermutu adalah vitamin E. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh vitamin E dengan dosis berbeda yang dicampur ke dalam pakan untuk mempercepat pematangan gonad dan menentukan dosis vitamin E terbaik dalam pakan untuk mempercepat pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur ikan nilem. Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2015 hingga April Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Induk ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan nilem yang belum pernah mengalami pemijahan dan dipelihara selama 6 minggu. Dosis vitamin E yang dicampurkan kedalam pakan yaitu 0, 125, 250, dan 375 mg kg -1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan vitamin E dalam pakan mampu mempercepat pematangan gonad ikan dan meningkatkan kualitas telur ikan nilem pada minggu ke 6 pemeliharaan. Penambahan vitamin E dalam pakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase kematangan gonad (TKG), gonad somatik indeks (GSI), fekunditas, diameter telur, tingkat kematangan telur, komposisi kimiawi telur, persentase telur tenggelam, energi reproduksi, dan hepato somatik indeks (HSI) (P. Penambahan vitamin E dengan dosis 375 mg kg -1 di dalam pakan merupakan dosis yang terbaik untuk mempercepat pematangan gonad ikan nilem pada minggu ke 6 selama pemeliharaan dengan persentase tingkat perkembangan gonad tingkat IV (TKG IV) 100 %, GSI %, fekunditas butir/ekor, diameter telur 0.31 mm, persentase tingkat kematangan telur %, kandungan protein dan lemak masing-masing dan 21.43% di telur, persentase telur yang tenggelam 92.66%, energi reproduksi kkal/g, dan HSI 0.34 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vitamin E mempunyai peran dalam mempercepat pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur ikan nilem. Kata kunci : Ikan nilem, gonad, matang, telur, vitamin E

5 SUMMARY NURBETY TARIGAN. Acceleration of Gonad Maturation and Improvement of The Quality Eggs on Nilem Fish (Osteochilus hasellti, CV) Through Addition of Vitamin E in Feed. Under Supervised by IMAN SUPRIATNA, MOHAMAD AGUS SETIADI, and RIDWAN AFFANDI. Nilem fish (Osteochilus hasellti) is one type of freshwater fish which belongs to family of cyprinidae and widely cultivated in the area of West Java. It is very potential to be develop into a flagship product of freshwater aquaculture in the future. At this time the quality and egg production of nilem fish which previously farmed has decreased. One of the efforts which can be done to improve the quality and production of fish throught improvementing the parent fish such as providing vitamin and increasing of protein and fatty acid in the died. Feeding qualified to parent fish will determine the succesfully reproduction. Suplementation of vitamin E fortified in feed is one of the way which can be done. The effects of vitamin E fortified in feed on gonad maturation and the quality of nilem fish eggs were studied. The aim of this study was to perform the determining the best doses of vitamin E in feed to accelerate on gonad maturation and improving the quality of nilem fish egg. The study was conducted from December 2015 until April This study used a completely randomized design with four treatments and three replications. In this research used a flock of fish brood which is never experienced spawning. There are 4 doses of vitamin E which used the following by 0, 125, 250, and 375 mg kg -1. The results showed that fortified of vitamin E in feed afford accelerate the maturation of the gonad and increase the quality of nilem fish egg at six weeks maintenanced. Vitamin E in feed significantly affected to the percentage of gonad development, gonado somatic index (GSI), fecundity, diameter of eggs, the percentage of egg maturity, the chemical composition of eggs, the percentage of eggs that sink, energy reproduction, and hepato somatic index (HSI) (P. The result showed that the best dose of vitamin E to reach gonad maturity were 375 mg kg -1 with six weeks maintenanced. The percentage of gonad maturity level IV was 100%, GSI was 11.50%, fecundity was eggs/individual, the diameter of the eggs were 0.31 mm, the percentage of mature eggs 64.44%, protein and fat contained of egg was and 27.88% respectively, the percentage of sink egg 92.66%, energy reproduction was kkal/g, and HSI was 0.34%. These results supported the potentially of feed additives such as vitamin E plays a critical role in enhancing gonad maturation in nilem fish thereby methods to improve fish production both in quality and quantity. Keywords : Nilem fish, gonad, maturation, egg, vitamin E

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 PERCEPATAN PEMATANGAN GONAD DAN PENINGKATAN KUALITAS TELUR IKAN NILEM (Osteochilus hasellti, CV) MELALUI PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PAKAN NURBETY TARIGAN Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi Reproduksi SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8 Penguji pada Ujian Tesis: drh Ni Wayan Kurniani Karja, MP PhD

9

10 PRAKATA Puji dan syukur Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-nya sehingga laporan hasil penelitian ini dapat berhasil diselesaikan dengan judul Percepatan Pematangan Gonad dan Peningkatan Kualitas Telur Ikan Nilem (Osteochilus hasellti, CV) Melalui Penambahan Vitamin E Dalam Pakan. Selama pelaksanaan penelitian sampai penulisan tesis ini penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ungkapan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof Dr Drh Iman Supriatna sebagai ketua komisi pembimbing 2. Bapak Prof Dr Drh Mohamad Agus Setiadi sebagai anggota pembimbing dan selaku Ketua Program Studi Biologi Reproduksi 3. Bapak Prof Dr Ir Ridwan Affandi DEA sebagai anggota pembimbing atas kesabarannya dalam memberi arahan, dukungan serta bantuan selama menyelesaikan pendidikan. 4. Kepala direktur lembaga pengelolaan dana pendidikan (LPDP) Kementrian Keuangan Republik Indonesia yang telah membantu membiayai penulis selama melakukan penelitian ini. 5. Bapak Reza Samsudin M.Si peneliti Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Sempur-Bogor yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. 6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan dan mendidik di masa lalu, kini dan hari esok serta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan bantuan serta doa yang berharga dalam menyelesaikan pendidikan. 7. Teman-teman angkatan 2014 dan 2015 Program Studi Biologi Reproduksi atas kebersamaan selama kuliah dengan penuh perhatian, membantu baik moril dan materil hingga terselesainya pendidikan ini. 8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan doa pada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Saran dan kritik sangat diharapkan oleh penulis demi perbaikan karena penulis menyadari laporan ini masih belum sempurna. Semoga laporan ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2016 Nurbety Tarigan

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN Vii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 Kerangka Pemikiran 3 Hipotesis Penelitian 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 Biologi Ikan Nilem 6 Biologi Reproduksi Ikan Nilem 6 Kematangan Gonad Ikan 7 Tingkat Kematangan Telur 8 Kualitas Telur Ikan 8 Kebutuhan Nutrien Induk Ikan 9 Peran Vitamin E Pada Reproduksi Ikan 10 Kualitas Air 11 3 MATERI DAN METODE PENELITIAN 12 Waktu dan Tempat Penelitian 12 Bahan Penelitian 12 Alat Penelitian 12 Rancangan Penelitian 12 Prosedur Kerja 12 Analisis Data Penelitian 17 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 19 Hasil 19 Kelulusan Hidup Ikan (SR) 19 Laju Pertumbuhan Ikan (SGR) 19 Persentase Tingkat Kematangan Gonad (TKG) 20 Perkembangan Struktur Histologis Gonad 21 Gonado Somatik Indeks (GSI) 22 Fekunditas 23 Diameter Telur 24 Persentase Telur yang Matang (TKT) 25 Persentase Telur yang Tenggelam 25 Komposisi Kimiawi Telur 26 Energi Reproduksi 27 Hepato Somatik Indeks (HSI) 28 Kualitas Air 29

12 Pembahasan 29 5 SIMPULAN DAN SARAN 34 DAFTAR PUSTAKA 35 LAMPIRAN 39 RIWAYAT HIDUP 43

13 DAFTAR TABEL 1 Hasil Proksimat pakan uji ikan nilem 14 2 Pengamatan perkembangan tingkat kematangan gonad secara 15 morfologi 3 Nilai rata - rata parameter yang diamati selama penelitian 19 4 Komposisi kimiawi dalam telur ikan nilem 26 5 Hasil pengukuran kualitas air 29 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penambahan vitamin E dalam pakan 4 2 Komposisi TKG ikan nilem selama penelitian 20 3 Perkembangan gonad secara histologis 21 4 Nilai gonado somatik indeks (GSI) 23 5 Hubungan dosis vitamin E dengan fekunditas 24 6 Hubungan dosis vitamin E dengan diameter telur 24 7 Hubungan dosis vitamin E dengan persentase telur yang matang 25 8 Hubungan dosis vitamin E dengan persentase telur yang tenggelam 26 9 Energi reproduksi Nilai hepato somatik indeks (HSI) 28 DAFTAR LAMPIRAN 1 Analisis proksimat 40 2 Pembuatan preparat histologi 42

14

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam family cyprinidae dan banyak dibudidayakan di daerah Jawa Barat khususnya di wilayah Priangan (Tasikmalaya, Garut, dan Ciamis). Ikan nilem sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk unggulan perikanan budidaya air tawar dimasa yang akan datang (Mulyasari et al. 2010). Hal ini karena, dari aspek biologi ikan nilem mampu menghasilkan telur yang banyak dan telur ikan nilem sangat digemari oleh masyarakat khususnya di daerah Priangan (Jawa Barat). Dari aspek ekonomi, telur ikan nilem juga dapat dijadikan sebagai bahan pembuat saus (Subagja et al. 2006). Ikan nilem yang berukuran 5-7 g juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan siap saji seperti baby fish, dendeng, pepes, dan ikan goreng karena memiliki daging dengan cita rasa yang gurih dan renyah (Raharjo dan Marlina 2007). Selain itu, telur ikan nilem juga banyak diekspor ke negara tertentu seperti Singapura, Taiwan dan Malaysia. Dari sisi lingkungan, ikan nilem juga berperan sebagai biocleaning agent karena memakan detritus dan perifiton sehingga dapat membersihkan keramba jaring apung (Hermawan dan Jubaedah 2013). Sedangkan dari aspek budidaya, ikan nilem memiliki tingkat kelangsungan hidup dan reproduksi yang cukup tinggi (Cholik et al. 2005) serta tahan terhadap berbagai penyakit (Subagja et al. 2006). Pada saat ini kualitas dan produksi telur induk ikan nilem yang dibudidayakan telah mengalami penurunan. Hal ini dapat terlihat dari ketersediaan induk ikan nilem yang berukuran relatif lebih kecil sehingga menghasilkan telur yang sedikit. Telur ikan yang sedikit akan menyebabkan ketersediaan benih ikan nilem menjadi terbatas (Subagja et al. 2007). Penurunan kualitas dan produksi telur ikan nilem disebabkan karena kegiatan budidaya masih dilakukan secara tradisional dan mulai ditinggalkan oleh para petani ikan sehingga dikhawatirkan akan terjadi penurunan populasi ikan dimasa yang akan datang. Tercermin dari data Statistik Perikanan Budidaya, rasio produksi dan mutu ikan nilem mengalami penurunan setiap tahunnya dari tahun 2009 hingga 2013 sebesar 11.96, 28.72, 6.78, dan 6.96 ton/tahun. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu ikan dan produksi ikan adalah melalui perbaikan induk ikan dengan berbagai cara seperti pemberian vitamin dan peningkatan kandungan protein dan asam lemak dalam pakan induk ikan (Utomo 2009). Izquierdo et al. (2001) melaporkan bahwa pemberian pakan yang bermutu pada induk ikan akan memberikan pengaruh positif untuk peningkatan mutu reproduksi, kualitas telur, dan mampu menghasilkan benih yang berkualitas sehingga keberadaan populasi ikan ini tetap lestari dan terjaga dimasa yang akan datang. Pemberian pakan yang bermutu pada induk ikan akan menentukan suksesnya reproduksi dan meningkatkan kualitas telur yang akan dihasilkan (Utomo 2009). Protein dan kandungan asam lemak yang tinggi dalam pakan ikan merupakan faktor utama yang sangat berperan pada keberhasilan reproduksi, kualitas telur dan kelangsungan benih yang akan dihasilkan (Meinelt et al. 2004). Affandi (2009) menyatakan bahwa protein yang terkandung dalam pakan sebagian

16 2 akan digunakan sebagai sumber energi, protein yang tinggi akan meningkatkan kelebihan energi sehingga menyebabkan terjadinya penimbunan energi dalam bentuk protein dan asam lemak dan glikogen dalam tubuh. Novianto et al. (2013) menyatakan bahwa pemberian pakan protein 37% dapat meningkatkan perkembangan oosit ikan induk ikan nilem. Selain protein, asam lemak juga dibutuhkan dalam pakan terutama asam lemak esensial. Asam lemak esensial akan berperan untuk memelihara struktur dan fungsi membran sel serta sebagai sumber energi. Selain unsur protein dan lemak didalam pakan, unsur nutrisi yang harus ada dalam pakan ikan adalah vitamin E (Suria et al. 2006). Napitu et al. (2013) mengungkapkan bahwa vitamin E memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan percepatan reproduksi ikan dan peningkatan kualitas telur. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mempertahankan keberadaan asam lemak dan mencegah terjadinya oksidasi lemak pada membran sel serta dapat mempercepat sekresi hormon reproduksi estradiol 17β (Roy dan Mollah 2009). Vitamin E juga berperan sebagai pendukung peran enzim sitokrom P450 untuk mensintesis kolesterol dalam mempercepat pembentukan hormon reproduksi yakni estradiol 17β. Pakan yang bermutu merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pematangan gonad. Pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur sangat ditentukan oleh kualitas pakan (Tang dan Affandi 2001). Dalam proses pematangan gonad, vitelogenin yang disintesis oleh hati akan diangkut ke ovari melalui pembuluh darah sehingga ovari akan menyerap kuning telur sebagai nutrisi. Terserapnya nutrisi secara optimal pada telur menyebabkan ukuran telur meningkat dan proses pematangan gonad dapat dipercepat. Arfah et al. (2013) melaporkan bahwa pemberian vitamin E pada ikan komet (Carassius auratus) sebanyak 375 mg kg -1 dalam pakan dapat mempercepat pematangan gonad dan meningkatkan nilai fekunditas, gonado somatik indeks (GSI), dan diameter telur sedangkan Yulfiperus (2001) menyatakan bahwa pemberian vitamin E dalam pakan sebanyak 190 mg kg -1 dalam pakan dapat meningkatkan kualitas telur ikan patin (Pangasius sutchi). Pemberian vitamin E di dalam pakan pada induk ikan nilem (Osteochilus hasselti) untuk mempercepat pematangan gonad dan meningkatkan kualitas telur induk ikan nilem belum pernah dilakukan. Dari rumusan masalah diatas informasi mengenai pemberian vitamin E dalam pakan untuk mempercepat pematangan gonad ikan nilem (Osteochilus hasselti) masih perlu dikaji sehingga dapat meningkatkan produksi dan mutu ikan nilem dimasa yang akan datang. Perumusan Masalah Ikan nilem merupakan ikan yang memiliki banyak keunggulan sehingga sangat potensial untuk dikembangkan dalam usaha budidaya dimasa yang akan datang. Namun, saat ini produksi dan mutu ikan nilem khususnya di daerah Tasikmalaya (Jawa Barat) telah mengalami penurunan. Hal ini dapat terlihat dari ketersediaan induk ikan nilem yang berukuran relatif lebih kecil sehingga menghasilkan telur yang sedikit pula. Telur yang sedikit akan menghasilkan benih ikan yang terbatas.

17 Penurunan mutu dan produksi telur ikan nilem disebabkan karena kegiatan budidaya ikan nilem masih dilakukan secara tradisional dan ikan ini juga mulai ditinggalkan oleh para petani ikan untuk dibudidaya sehingga dikhawatirkan akan terjadi penurunan populasi ikan secara drastis dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu, salah satu usaha yang dapat meningkatkan mutu dan produksi ikan nilem melalui pemberian pakan bermutu. Pemberian pakan yang bermutu diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap mutu dan produksi ikan nilem. Pemberian pakan yang bermutu pada ikan akan menentukan keberhasilan reproduksi, meningkatkan kualitas telur dan menentukan kualitas benih ikan yang akan dihasilkan. Benih yang berkualitas akan menghasilkan indukan ikan yang berkualitas sehingga keberadaan populasi ikan nilem dapat terjaga dan lestari dimasa yang akan datang. Pakan yang bermutu adalah pakan yang memiliki kadar protein dan asam lemak yang tinggi sehingga dapat dijadikan sumber energi pada saat memasuki fase reproduksi. Selain protein dan lemak, unsur yang penting ada dalam pakan yakni vitamin E. Vitamin E memainkan peranan penting dalam reproduksi ikan. Vitamin E akan berperan sebagai antioksidan sehingga memelihara keberadaan asam lemak pada sel dari oksidasi lemak dan meningkatkan fluiditas membran sel. Asam lemak yang dipertahankan oleh vitamin E akan menstimulasi percepatan pengeluaran hormon reproduksi seperti estradiol 17β. Hormon estradiol 17β akan menstimulasi terjadinya pembentukan bakal kuning telur (vitelogenin) di hati yang akan siap diangkut ke organ ovari melalui darah (vitelogenesis) pada masa reproduksi. Adanya proses pembentukan vitelogenesis akan memicu pembentukan dan pertumbuhan gonad, mempercepat pematangan gonad dan meningkatkan kualitas telur dapat menghasilkan benih ikan yang berkualitas nantinya. Dari rumusan masalah diatas, pemberian vitamin E dalam pakan untuk mempercepat pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur pada ikan nilem masih perlu dikaji sehingga ketersediaan mutu induk ikan nilem dan produksi ikan nilem tetap terjaga dimasa yang akan datang. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh penambahan vitamin E dalam pakan dan menentukan dosis vitamin E terbaik di dalam pakan untuk mempercepat pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur ikan nilem (Osteochilus hasselti). Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar mengenai pemberian dosis vitamin E yang terbaik dalam pakan untuk dapat mempercepat kematangan gonad induk ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan dapat dijadikan dasar pembuatan pakan induk nilem dalam kegiatan budidaya. 3 Kerangka Pemikiran Protein, lemak dan vitamin E merupakan nutrien yang harus tersedia di dalam pakan karena sangat dibutuhkan sebagai bahan untuk pembentukan telur

18 4 dan menentukan kualitas telur saat memasuki fase reproduksi. Lemak dan protein dalam pakan akan berperan sebagai lipoprotein dan asam lemak juga dijadikan sebagai sumber energi utama untuk mendukung proses reproduksi. Selain protein dan lemak, vitamin juga dibutuhkan dalam pakan saat fase reproduksi ikan. Vitamin E berperan sebagai antioksidan untuk mempertahankan asam lemak dari oksidasi lemak. Terjaganya keberadaan asam lemak selama fase reproduksi akan mempercepat pengeluaran hormon reproduksi yaitu estradiol 17β. Hormon estradiol 17β merupakan stimulator untuk meransang pembentukan/biosintesis kuning telur (vitelogenin) di organ hati sehingga kandungan fosfolipid semakin meningkat. Meningkatnya kandungan fosfolipid dan vitelogenin di hati menyebabkan terjadinya proses alokasi kuning telur menuju oosit (vitelogenesis) semakin cepat terjadi. Kandungan fosfolipid dan kuning telur akan diserap secara optimal oleh oosit pada saat proses vitelogenesis sehingga mempercepat pertumbuhan dan pematangan oosit. Terserapnya materi nutrien secara optimal oleh oosit menyebabkan meningkatnya kualitas telur yang akan dihasilkan oleh induk ikan. Kualitas telur yang baik akan menghasilkan benih yang berkualitas pula nantinya. Ikan Pakan + vitamin E Lingkungan Input Vitelogenesis Proses Terbentuknya vitelogenin Perkembangan gonad Kecepatan pematangan gonad Output Produksi telur ikan {kuantitas (fekunditas) dan kualitas (mutu telur)} Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penambahan vitamin E dalam pakan untuk mempercepat reproduksi dan peningkatan kualitas telur ikan nilem (Osteochilus hasellti).

19 5 Hipotesis Penelitian H0 : Penambahan vitamin E dalam pakan tidak dapat mempercepat pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur ikan nilem (Osteochilus hasselti). H1: Penambahan vitamin E dalam pakan dapat mempercepat pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur ikan nilem (Osteochilus hasselti).

20 6 2 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Nilem (Osteochilus hasellti) Ikan nilem dilihat dari morfologinya dikelompokkan kedalam ordo cypriniformes dan termasuk pada family cyprinidae. Bentuk tubuh ikan nilem agak memanjang, pipih, ujung mulut runcing dengan moncong (rostral) terlipat, memiliki bintik hitam besar pada bagian ekor, dan memiliki sungut pada bagian mulutnya. Menurut Kottelat (1993) ikan nilem memiliki bintik-bintik bewarna sepanjang barisan sisik yang tidak terlalu jelas dan memiliki bintik bulat besar pada batang ekor. Memiliki warna sirip ekor, dubur, dan perut kemerahan serta ukuran panjang total ikan nilem dapat mencapai 350 mm. Menurut Sumantadinata (1981) induk ikan betina yang matang kelamin dicirikan dengan perut yang relatif membesar dan lunak bila dipegang, dari lubang genital keluar cairan jernih kekuningan, lubang genital bewarna kemerah-merahan dan menonjol, memiliki permukaan operculum yang lembut, naluri pergerakan lambat, lebih jinak, postur tubuh gemuk, warna tubuh kelabu kekuningan, dan lubang genital berbentuk bulat dan memiliki telur agak melebar dan membulat sedangkan ciri ikan jantan sudah matang kelamin yaitu mudah mengeluarkan sperma jika perutnya diurut, naluri pergerakan lincah, postur tubuh dan perut ramping, warna tubuh kehijauan dan terkadang gelap, lubang urogenital agak menonjol serta mempunyai permukaan perut keras. Ikan nilem merupakan ikan herbivora yang mampu memanfaatkan beberapa jenis tanaman sebagai sumber makanan (Reza et al. 2010). Meinelt et al. (2004) menyatakan bahwa pakan buatan dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan reproduksi ikan nilem juga dapat diberikan pada indukan ikan nilem. Biologi Reproduksi Ikan Nilem (Osteochilus hasellti) Rochmatin et al. (2014) menyatakan bahwa ikan nilem dapat memijah sepanjang tahun. Ukuran pertama kali matang gonad untuk ikan nilem betina adalah 10 cm yang memiliki fekunditas sebanyak butir sedangkan Subagdja et al. (2013) melaporkan bahwa ikan nilem betina pertama kali matang gonad berukuran 8.2 cm, memiliki fekunditas berkisar butir. Cholik et al. (2005) melaporkan bahwa ikan nilem betina mampu menghasilkan telur sebanyak butir dan mampu memijah sepanjang tahun. Perbedaan fekunditas dipengaruhi oleh faktor kondisi dan lingkungan yang berbeda terutama ketersediaan makanan. Fujaya (2001) melaporkan bahwa fekunditas pada setiap individu betina tergantung pada umur, ukuran, dan bobot spesies serta kondisi lingkungan yaitu ketersediaan makanan, suhu, kualitas air dan musim. Berdasarkan sebaran dan proporsi tahapan perkembangan oosit ikan nilem dikategorikan sebagai ikan dengan perkembangan oositnya bersifat asinkronus karena ikan nilem dapat memijah beberapa kali dalam musim reproduksinya (Murua dan Rey 2003). Wijayanti et al. (2005) menyatakan bahwa ikan nilem termasuk ikan asinkronus batch spawner dan Triyana (2002) melaporkan bahwa

21 telur ikan nilem berwarna transparan dan bersifat demersial dan memiliki diameter telur berkisar mm. Kematangan Gonad Ikan Kematangan gonad adalah tahapan tertentu pada ikan sebelum dan sesudah memijah. Perkembangan gonad ikan dapat diamati secara makroskopis yaitu dengan mengamati rongga perut ikan sedangkan untuk pengamatan mikroskopis yaitu dengan histologi gonad. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad (Fernandez et al. 2012). Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai (Sulistyo et al. 2000). Effendie (1997) menyatakan bahwa pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh. Lagler et al. (1977) menyatakan bahwa perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pertumbuhan gonad sampai ikan dewasa kelamin dan tahap pematangan gonad. Tahap pertama berlangsung mulai dari ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai dewasa dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan normal. Selama fase reproduksi ikan, perkembangan oosit di dalam ovari menyebabkan terjadinya peningkatan nilai gonad somatik indeks (GSI), penurunan hepato somatik indeks (HSI), peningkatan fekunditas, dan diameter telur. Perkembangan oosit disebabkan oleh adanya pengalokasian kuning telur di ovari secara optimal selama proses vitelogenesis yang distimulasi oleh hormon steroid yaitu estradiol 17β (Utomo 2009). Gonad somatik indeks (GSI) merupakan suatu perhitungan persen dari berat tubuh ikan yang dialokasikan untuk material gonad. Seiring perkembangan gonad, gonad akan semakin besar dan matang hingga fase pemijahan. Selama fase pematangan gonad sebagian besar energi yang tersimpan di dalam hati akan dialokasikan ke ovari untuk proses vitelogenesis. Nilai GSI akan meningkat sebelum memijah dan akan mengalami penurunan setelah memijah (Sulistyo et al. 2000). Hepato somatik indeks (HSI) merupakan nilai persen sebagai hasil dari perbandingan berat hati dengan berat tubuh yang dikalikan dengan 100 (Sulistyo et al. 2000). Asupan makanan yang tersimpan dalam bentuk lipid, protein, dan karbohidrat di dalam hati akan diubah menjadi energi yang digunakan pada saat memasuki fase reproduksi (Lucifora et al. 2002). Nilai HSI akan mengalami penurunan pada saat ikan mengalami proses pematangan telur sehingga nilai HSI akan mengikuti kebalikan dari nilai GSI, hal ini disebabkan karena terjadinya alokasi energi pada saat vitelogenesis sehingga bobot hati akan mengalami penurunan dalam penyimpanan maternal lemak (Nacimento et al. 2014). Diameter telur merupakan parameter yang sangat diperlukan untuk menilai kualitas telur induk ikan, sedangkan fekunditas merupakan jumlah telur yang dihasilkan pada suatu induk ikan. Diamater telur dan fekunditas merupakan parameter yang sering digunakan untuk menilai keberhasilan pemijahan induk ikan nantinya. Keberhasilan pemijahan induk ikan sangat dipengaruhi oleh volume kuning telur yang merupakan cadangan makanan bagi embrio selama perkembangan sehingga semakin maksimal kuning telur yang diserap oleh telur maka semakin terjamin keberhasilan hidup benih ikan yang dihasilkan nantinya. 7

22 8 (Prihardianto et al. 2012). Peningkatan nilai fekunditas dan diameter telur disebabkan karena adannya peningkatan akumulasi kuning telur di dalam oosit dan nutrien optimal yang berasal dari pakan sehingga menyebabkan pembentukan telur semakin meningkat dan ukuran sel telur juga semakin membesar. Tingkat Kematangan Telur Kematangan telur pada ikan ditandai dengan adanya germinal vesicle migration (GMV) yaitu bermigasinya germinal vesicle ke bagian tepi dan selanjutnya akan siap melebur (Yurisman 2009). Bermigasinya germinal vesicle ke daerah tepi disebabkan oleh adanya ransangan steroid dari gonadotropin yaitu maturation promoting factor (MPF). Maturation promoting factor (MPF) merupakan salah satu metabolik dari hormon progesteron yang akan meransang gelembung germinal untuk bermigasi ke daerah pinggir dan akan meransang sel teka serta sel ganulosa untuk mengeluarkan hormon steroid ke dalam darah menuju gonad sehingga inti akan melebur dibawah mikrofil yang disebut dengan germinal vesicle break down (GVBD) dan menyebabkan folikel telur menjadi pecah sehingga mengalami ovulasi (Lam 1985). Pergerakan inti pada telur dibagi ke dalam 3 fase yaitu fase vitelogenik yang dicirikan dengan adanya inti telur dibagian tengah, fase awal matang dicirikan dengan inti telur berada pada tepi, dan fase matang dicirikan dengan inti telur yang sudah mengalami peleburan atau sudah mengalami GVBD (Hardy et al. 2012). Pada telur yang belum mengalami kematangan akan berada pada fase istrahat (dorman). Pada fase istrahat inti telur tidak menunjukkan perubahan pada beberapa saat sehingga belum terjadi migasi inti ke bagian pinggir perifer dan inti sel belum mengalami peleburan. Pada telur yang belum matang tidak terjadi perubahan inti disebabkan karena hormon gonadotropin yang ada pada tubuh ikan belum mampu memacu kematangan telur (Yurisman 2009). Kualitas Telur Ikan Telur merupakan hasil dari proses gametogenesis yang telah mengalami proses pertumbuhan. Pertumbuhan sel telur sangat tergantung dari gonadotropin dan sinyal lingkungan. Selama terjadi pertumbuhan sel telur, sel telur akan mengalami perubahan diamater telur. Perkembangan diameter telur disebabkan karena adanya akumulasi kuning telur selama proses pembentukan kuning telur (vitelogenesis). Akibat dari vitelogenesis, ukuran telur menjadi besar, gelembung kuning telur semakin banyak, dan jumlah butiran telur yang terbentuk semakin banyak. Pada saat proses vitelogenesis ruangan pada sitoplasma yang sudah matang akan diisi oleh bola-bola kecil kuning telur yang saling bersatu dengan yang lain hingga menjadi kuning telur (Hijriyanti 2012). Kualitas telur merupakan kemampuan telur untuk dapat menghasilkan benih yang baik. Kualitas telur sangat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor fisik, genetik, dan komposisi kimia selama tahap perkembangan telur. Komponen kimia yang terkandung dalam telur adalah protein, lipid, karbohidrat, dan vitamin (Yulfiperus et al. 2003). Bobe et al. (2010) menyatakan bahwa kualitas telur dipengaruhi oleh status nutrisi dari induk, manajemen induk, serta kondsi lingkungan. Pada ikan nilem, persentase telur yang tenggelam merupakan indikator telur yang berkualitas baik

23 dalam menilai keberhasilan penyebaran dan penetasan telur nantinya. Telur kualitas baik memiliki warna yang transparan, terang, dan memiliki sifat tenggelam di dalam air. Persentase telur yang tenggelam merupakan faktor penting dalam proses penyebaran dan penetasan telur ikan. Tenggelamnya telur disebabkan oleh adanya perbedaan berat jenis telur dan air. Menurut penelitian Wanatabe et al. (1985) melaporkan bahwa pemberian vitamin E dalam pakan dapat meningkatkan daya apung telur ikan red seabrem sebesar 96%. Adanya kandungan vitamin E yang optimal dalam pakan akan menghasilkan telur berkualitas, normal, dan dapat tenggelam di permukaan air sedangkan telur abnormal akan mengapung di atas permukaan air. Kebutuhan Nutrien Induk Ikan Pakan merupakan komponen penting dalam proses pematangan gonad. Hal ini disebabkan karena pada saat proses vitelogenesis terjadi, gonad membutuhkan nutrien-nutrien tertentu yang berasal dari pakan. Utomo (2009) menyatakan bahwa pakan adalah salah satu komponen yang harus tersedia dalam proses pematangan gonad, selain itu kualitas telur juga ditentukan oleh kandungan nutrien yang ada pada pakan. Untuk mendapatkan kualitas gonad yang baik dibutuhkan nutrisi yang cukup memadai pula. Kualitas gonad sangat ditentukan oleh kualitas pakan yang bermutu. Kebutuhan nutrien pada induk ikan selama perkembangan gonad sangat mungkin berbeda dari kebutuhan nutrien pada ikan muda. Selama proses pertumbuhan ikan memerlukan asupan nutrisi berupa protein, lemak, dan karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh ikan. Selama pertumbuhan dan proses pematangan gonad, ikan memerlukan energi yang diperoleh dari pakan berkualitas mengandung protein, lemak, dan karbohidrat yang cukup tinggi (Henderson dan Morgan 2002). Protein merupakan molekul kompleks yang terdiri dari asam amino baik esensial maupun non esensial. Protein dengan kandungan asam amino sangat diperlukan untuk pertumbuhan ikan, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan enzim, dan beberapa hormon. Protein juga berguna sebagai sumber energi (Budiyanto 2002). Kebutuhan protein untuk pertumbuhan ikan berkisar pada 30-40% (Hepher 1988). Protein dalam pakan akan mempengaruhi reproduksi. Protein merupakan komponen penyusun kuning telur yang akan menentukan besar ukuran telur. Besar ukuran telur merupakan indikator kualitas telur (Kamler 1992). Menurut Djajasewaka et al. (2006) kebutuhan protein pada pakan 27-42% dapat menunjang pertumbuhan gonad pada ikan nilem (Osteochilus hasellti). Lemak merupakan sebagai komponen pakan yang berperan dalam penyediaan energi dan komponen penyusun membran. Lemak adalah komponen kedua setelah protein sebagai komponen esensial yang dibutuhkan untuk pematangan gonad (Tang dan Affandi 2001). Watanabe et al. (1985) menyatakan bahwa lemak merupakan nutrien yang sangat penting dalam penentuan perkembangan induk agar dapat menghasilkan kualitas telur yang lebih baik. Dari hasil penelitian Djajasewaka et al. (2006) lemak dalam pakan dapat meningkatkan kualitas telur ikan nilem (Osteoshilus hasellti). Selain lemak, vitamin mempunyai fungsi yang spesifik sebagai biokatalisator atau sebagai koenzim. Sebagai contoh 9

24 10 adalah sebagai koenzim metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan lain-lain (Budiyanto 2002). Peran Vitamin E pada Reproduksi Ikan Vitamin E merupakan nutrisi yang dibutuhkan di dalam pakan, bersifat tidak dapat larut dalam air namun larut di dalam lemak, aseton, alkohol dan benzena. Martin et al. (1990) menyatakan bahwa vitamin E terdiri dari 6 jenis yaitu alfa, beta, gama, delta, eta, dan tocoferol. Tocoferol merupakan jenis vitamin E yang memiliki keaktifan paling tinggi dalam mempercepat reproduksi dengan rumus kimia C 29 H 50 O 2. Fungsi dari vitamin E pada proses reproduksi adalah sebagai antioksidan untuk melindungi asam lemak tidak jenuh pada fosofolipid penyusun membran sel telur dengan lipoprotein. Dengan meningkatnya pemberian vitamin E melalui pakan, jumlah oksidasi asam lemak jenuh akan menurun. Vitamin E akan menjaga kestabilan selaput-selaput mikrosom dari serangan radikal bebas (Darwisito 2006). Menurut Utomo (2009) menyatakan bahwa vitamin E memainkan peranan penting dalam proses reproduksi ikan. Vitamin E akan mendukung proses fisiologis seperti pemijahan, fertilisasi, dan kualitas telur yang akan dihasilkan (Watanabe et al. 1985). Vitamin E merupakan vitamin yang memiliki peran yang sangat penting untuk perkembangan gonad (Verakunpiya et al. 1996). Vitamin E akan menjaga keberadaan asam lemak sehingga meningkatkan fluiditas membran sel dan mempercepat pembentukan hormon prostaglandin. Hormon prostaglandin akan mengaktifkan camp yang disebabkan oleh homon luteinizing hormon (LH) sehingga akan terjadi peningkatan fluiditas membran sel dan peningkatan aksi gonadotropin dalam pembentukan telur (Roy dan Mollah 2009). Vitamin E juga berperan sebagai enzim sitokrom P450 untuk mensintesis kolesterol untuk pembentukan hormon estradiol 17β. Hormon estradiol 17β akan menstimulasi sintesis vitelogenesis di hati. Ketersediaan asam lemak yang tinggi akan mempengaruhi penambahan diameter dan volume kuning telur. Penambahan diameter dan volume kuning telur disebabkan karena proses vitelogenesis sehingga mempercepat pertumbuhan dan pematangan oosit (Khoironi 2002). Menurut Mokoginta et al. (2000) pada ikan salmon bahwa vitamin E diangkut dari jaringan periferal melalui hati menuju gonad. Vitamin E akan didisitribusikan ke berbagai organ. Asam lemak berantai panjang dari vitamin E diserap pada segmen usus kemudian menuju ke hati diangkut dalam gabungan kilomikron (α-tocoferol dan trigliserida). Vitamin E (α tocoferol) dibawa ke saluran limfatik bersama very low density lipid (VLDL) dan akan masuk ke dalam sirkulasi darah. Sebagian lagi α-tocoferol masuk ke hati melalui ductus torakikus dan bergabung dengan VLDL dan high density lipid (HDL). Setelah melewati hati, vitamin E yang sudah bergabung dengan VLDL dan HDL kembali ke pembuluh darah. VLDL dan HDL dikonversi menjadi low density lipid (LDL) dengan bantuan enzim lipoprotein lipase. Vitamin E dalam bentuk LDL ini diangkut ke jaringan adiposa dalam bentuk lipopotein (Hamre 2011). Pada fase reproduksi, vitamin E banyak didistribusikan ke jaringan adiposa oosit. Pada jaringan adiposa oosit, vitamin E lebih banyak terkumpul pada bagian mitokondria, retikulum endoplasma, dan membran plasma karena memiliki afinitas spesifik terhadap vitamin E (Martin et al. 1990).

25 Berdasarkan hasil penelitian Nachimento et al. (2014) mengemukakan bahwa pemberian vitamin E sebanyak 400 mg kg -1 dalam pakan dapat mempercepat pematangan gonad dan mempercepat pemijahan ikan nila (Oreocromis niloticus). Verakunpiya et al. (1996) pemberian vitamin E sebanyak 245 mg kg -1 pakan dapat memberikan hasil terbaik untuk pematangan gonad ikan yellow tail. Kualitas Air Menurut Bijaksana et al. (2009) menyatakan bahwa faktor yang perlu diperhatikan dalam hubungan kualitas air untuk usaha budidaya antara lain : suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (ph), dan kadar amoniak. Ikan nilem hidup di lingkungan air tawar dengan kisaran ph antara , suhu o C, DO yang ideal bagi kehidupan ikan nilem berkisar mg/l, dan kadar amoniak ppm (Hermawan dan Jubaedah 2013). 11

26 12 3 MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 hingga April 2016 di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan IPB. Proses pembuatan pakan dan analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan IPB sedangkan pembuatan preparat histologi dilakukan di Laboratorium Histopatologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Hewan IPB dengan SKEH nomor 030/ACUC/11/2016. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ikan nilem yang berukuran cm dengan bobot tubuh ±10 g, pakan (pelet), vitamin E berbentuk serbuk dengan kemurnian 68%, alkohol 70%, formalin 10%, formalin 4%, larutan formaldehid, asam asetat, alkohol 95%, larutan bouin, xylol, larutan hematoksilin, aquades, asam sulfat, natrium hidroksida, kloroform, parafin, dan metanol. Alat Penelitian \ Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas peralatan bedah, akuarium, aerator, filter air, tangguk, nampan, kertas milimeter laminating, timbangan digital, mikroskop, termometer, ph meter, cawan petri, tabung erlenmeyer, tabung homogenize, mikrotom, botol sampel, kamera dan peralatan tulis. Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap perlakuan percobaan diberikan 12 ekor ikan sehingga dibutuhkan 120 ekor ikan nilem sebagai bahan percobaan dalam penelitian ini. Perlakuan yang diberikan berupa pemberian vitamin E dalam pakan dengan berbagai dosis sebagai berikut : Perlakuan 0 (P0) : tanpa diberi penambahan vitamin E dalam pakan (kontrol) Perlakuan I (P1) : diberi vitamin E sebanyak 125 mg kg -1 pakan Perlakuan II (P2) : diberi vitamin E sebanyak 250 mg kg -1 pakan Perlakuan III (P3) : diberi vitamin E sebanyak 375 mg kg -1 pakan Prosedur Kerja Penelitian A Persiapan Calon Induk dan Pakan Penyediaan Calon Induk Penyediaan calon induk dilakukan untuk menentukan ukuran ikan yang siap dilakukan pemeliharaan. Calon indukan ikan diperoleh dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Sempur - Bogor dengan kondisi sehat dan tidak cacat. Calon

27 induk ikan yang dipersiapkan berukuran 2-3 cm berjenis kelamin jantan dan betina. Aklimatisasi dan Pemeliharaan Calon Induk Aklimatisasi dan pemeliharaan calon induk ikan dilakukan melalui adaptasi terlebih dahulu di dalam wadah bak sehingga ikan dapat menyesuaikan diri pada lingkungannya. Wadah yang digunakan selama pemeliharaan calon induk berupa bak yang berukuran 180x180x75 cm berjumlah 1 buah. Ukuran calon induk ikan yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 2-3 cm. Calon induk ikan ditebar sebanyak 300 ekor dengan jenis kelamin jantan dan betina di dalam 1 bak. Bak pemeliharaan dilengkapi dengan aerasi dan sebelum pemeliharaan calon induk dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari. Selama pemeliharaan calon induk ikan diberi makan berupa pelet buatan dengan kandungan protein 35% dengan pemberian frekuensi pakan sebanyak 3 kali/hari. Calon induk ikan dipelihara selama 2 bulan di dalam bak hingga mencapai ukuran ikan cm. Pengukuran kualitas air seperti pengukuran suhu menggunakan termometer, ph menggunakan indikator ph meter, oksigen terlarut menggunakan DO meter, kadar amoniak diukur menggunakan spektrofotometer, dan dilakukan penyaringan air menggunakan filter air untuk membersihkan air dari sisa-sisa pakan agar kandungan amoniak tidak terlalu tinggi dilakukan setiap 1 minggu selama pemeliharaan. Penyeleksian Calon Induk Betina Penyeleksian calon induk ikan dilakukan untuk memilih calon indukan ikan dari stok yang tersedia berjenis kelamin betina yang sudah siap memasuki fase reproduksi. Calon induk ikan yang telah mencapai ukuran cm dan memiliki kondisi yang sehat. Calon induk ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan berjenis kelamin betina berdasarkan pengamatan morfologi dan anatomi. Ciri-ciri calon induk kelamin betina secara morfologi seperti permukaan operculum (tutup insang) yang bila diraba terasa halus, perut membuncit, permukaan lebih lunak serta memiliki bentuk lubang genital yang membulat dibagian ventral dekat anus dan bewarna agak kemerah-merahan serta biasanya memiliki sifat lebih jinak bila dibandingkan dengan calon induk jantan. Untuk memastikan calon induk ikan yang diseleksi secara morfologi berjenis betina, maka dilakukan pengambilan sampel untuk dilakukan pengamatan secara anatomi yakni dengan membedah salah satu indukan ikan melalui lubang genital sampai ke belakang operculum menggunakan peralatan bedah dan dilakukan pengamatan organ reproduksi primernya yaitu ovari. Penyediaan Pakan Uji Pakan uji yang digunakan adalah pakan komersial. Pakan terlebih dahulu dilakukan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein dan kadar lemak serta kadar karbohidrat yang terkandung dalam pakan (Lampiran 1), setelah dilakukan analisis proksimat, vitamin E dengan tingkat kemurnian 68% yang digunakan dicampurkan ke dalam pakan secara merata dengan dosis vitamin E yang berbeda, selanjutnya pakan dikeringkan hingga mencapai kadar air 10 %. Hasil uji proksimat pakan perlakuan disajikan pada Tabel 1. 13

28 14 Tabel 1 Hasil proksimat pakan uji pada pemeliharaan ikan nilem (Osteochilus hasellti) Komposisi Dosis vitamin E (mg kg -1 pakan) proksimat (% bobot P0 P1 P2 P3 kering) Kadar Air Protein Lemak Karbohidrat Serat Kasar Kadar Abu GE(kkal/100 g) Keterangan : GE = Gross energy (Watanabe 1988) 1 g protein = 5.6 kkal GE 1 g lemak = 9.4 kkal GE 1 g karbohidrat = 4.1 kkal GE B Perlakuan Ikan Penelitian Pemeliharaan Induk dan Perlakuan Penelitian Induk ikan berjenis kelamin betina yang sudah memasuki fase reproduksi dilakukan seleksi berdasarkan ukuran panjang tubuh cm dengan bobot badan g yang dijadikan sebagai hewan coba. Induk ikan nilem betina hasil seleksi dari stok sebanyak 120 ekor dengan kondisi baik dan mampu beradaptasi dengan lingkungan dilakukan pemeliharaan di dalam wadah akuarium. Akuarium yang digunakan berukuran 30x30x40 cm sebanyak 12 buah yang dilengkapi dengan aerasi dan filter. Induk ikan ditebar sebanyak 12 ekor/akuarium yang sudah berada pada tingkat kematangan gonad I (TKG I). Selanjutnya pemeliharaan induk dilakukan selama enam minggu. Sebelum pemberian perlakuan pada ikan, ikan dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari. Setelah dipuasakan kemudian dilakukan pemberian perlakuan dosis vitamin E pada pakan masing masing dengan dosis 125 mg kg -1, 250 mg kg -1, 375 mg kg -1, dan tanpa pemberian vitamin E sebagai kontrol. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation. Pakan diberikan sebanyak 3 kali/hari pada jam 08.00, 12.00, dan WIB selama 6 minggu pemeliharaan. C Pengumpulan Data dan Parameter Pengamatan 1 Perhitungan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan (SR) Selama enam minggu pemeliharaan sebelum dilakukan pengamatan setiap 2 minggu dilakukan perhitungan tingkat kelangsungan hidup ikan selama penelitian dari setiap perlakuan. Tingkat kelangsungan hidup ikan dihitung menggunakan rumus menurut Effendie (1979) sebagai berikut : SR (%) = x 100 Keterangan : SR : Tingkat kelangsungan hidup ikan Nt : Jumlah individu ikan uji pada akhir percobaan (ekor) No : Jumlah individu ikan uji pada awal percobaan (ekor)

29 2 Perhitungan Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) Selama enam minggu pemeliharaan dari masing masing perlakuan dilakukan perhitungan SGR. Perhitungan laju pertumbuhan spesifik (SGR) dihitung menggunakan rumus menurut Zonneveld et al sebagai berikut : SGR (%) = [ - T] x 100 Keterangan : SGR = Laju pertumbuhan spesifik = Berat rata - rata ikan pada akhir penelitian (g) = Berat rata - rata ikan pada awal penelitian (g) T = Lama pemeliharaan (hari) 3 Pengukuran Panjang Dan Berat Tubuh Ikan Selama 6 minggu pemeliharaan dilakukan pengamatan setiap 2 minggu sekali pada masing-masing perlakuan. Jumlah sampel yang diamati setiap 2 minggu berjumlah 2 ekor. Pengambilan sampel ikan dilakukan secara acak dari setiap ulangan perlakuan kemudian dilakukan penimbangan bobot tubuh, pengukuran panjang tubuh ikan menggunakan kertas milimeter yang sudah di laminating, sedangkan penimbangan bobot tubuh menggunakan timbangan digital. 4 Pengamatan Persentase Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Pengamatan persentase TKG ikan secara morfologi setiap 2 minggu sekali dapat dilakukan dengan melakukan pembedahan melalui lubang genital induk hingga belakang operculum. Pengamatan persentase TKG secara morfologi menggunakan metode menurut Effendie (1992). Pengamatan TKG ikan nilem lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pengamatan tingkat kematangan gonad ikan nilem secara morfologi TKG Struktur morfologi gonad I Ovarium seperti benang, terletak pada kanan dan kiri rongga (Tahap muda) perut, bewarna bening dan permukaan licin II Ukuran ovari lebih besar dibanding TKG I, bewarna putih (Tahap kekuning-kuningan, butiran telur belum dapat dilihat oleh perkembangan) mata telanjang, 2 lobus kanan dan kiri belum terbentuk III (Tahap dewasa) IV (Tahap matang) Ovarium bewarna kuning, butiran telur sudah dapat dilihat secara langsung tetapi belum dapat dipisahkan antar butir telur lainnya, terdiri dari 2 lobus yakni lobus kanan dan lobus kiri, ovari sudah mengisi 1/3 rongga perut Ovari semakin membesar, sudah mengisi 2/3 rongga perut, butiran telur tampak jelas dan sudah bisa dipisahkan, butiran lemak tidak tampak V Ovarium berkerut dan terdapat sisa butir telur didekat (Tahap salin) pelepasan Persentase TKG secara morfologi pada ikan nilem selama pemeliharaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 15 TKG (%) = x 100

30 16 Sedangkan untuk pengamatan ovari secara histologis dilakukan dengan membuat preparat histologis menggunakan metode mikroteknik dengan cara mengambil gonad kemudian difiksasi dengan larutan bouin dan penyiapan preparat histologi gonad sesuai dengan prosedur (Lampiran 2). 5 Perhitungan Gonad Somatik Indeks (GSI) dan Hepato Somatik Indeks (HSI) Pengamatan gonad secara kuantitatif dilakukan dengan mengambil gonad dan hati kemudian menimbangnya menggunakan timbangan digital untuk mendapatkan nilai GSI dan HSI. Setiap 2 minggu pengamatan selama pemeliharaan, nilai GSI dan HSI dihitung menggunakan rumus menurut Sulistyo et al sebagai berikut : GSI (%) = x 100 Sedangkan nilai HSI dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : HSI (%) = x Perhitungan Fekunditas Fekunditas ikan dari setiap ikan dapat diperoleh dengan menghitung jumlah telur dari tiga bagian sub sampel pada ovari dari setiap sampel ikan yakni bagian atas, tengah dan bawah sebanyak 5% dari bobot gonad kemudian butiran telur dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : F = x X Keterangan: F = Fekunditas (butir telur/g bobot tubuh) G = Bobot total gonad (g) X = Jumlah telur pada sampel gonad (butir) Q = Bobot pada sampel gonad (g) 7 Pengukuran Diameter Telur Pengamatan diameter telur diukur dengan cara mengeluarkan butiran telur dari ovari sebanyak 30 butir dari setiap perlakuan kemudian butiran telur difiksasi menggunakan alkohol 70% terlebih dahulu kemudian butiran telur direndam dengan formalin 4% setelah itu diamati dibawah mikroskop yang dilengkapi mikrometer dengan perbesaran 40 kali. 8 Pengamatan Persentase Telur Matang (TKT) Pengamatan persentase telur yang matang dilakukan di akhir penelitian. Persentase telur yang matang diamati pada telur yang sudah berada pada TKG IV. Butiran telur dikeluarkan dari ovari sebanyak 50 butir kemudian butiran telur direndam selama 15 menit menggunakan larutan transparan yang terdiri atas alkohol 95% sebanyak 85 ml, formaldehid 35% sebanyak 10 ml, dan asam asetat sebanyak 5 ml. Sesudah perendaman telur, dilakukan pengamatan kondisi telur secara mikroskopis dengan mengamati inti sel (germinal vesicle) pada sel telur di

31 bawah mikroskop. Kondisi telur yang matang dicirikan dengan migrasinya germinal vesicle ke bagian tepi sel telur. Persentase telur yang matang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : 17 TKT (%) = x Persentase Telur Tenggelam Pada ikan nilem, penilaian telur yang tenggelam merupakan telur yang memiliki kualitas baik. Telur yang diamati adalah telur yang sudah berada pada tahap TKG IV dari setiap perlakuan dikeluarkan dari ovari sebanyak 50 butir kemudian butiran telur dimasukkan ke dalam akuarium yang berisi air secara bersamaan setelah itu diamati persentase telur yang tenggelam. Persentase telur yang tenggelam dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Telur tenggelam (%) = x Analisis Komposisi Kimiawi Telur Analisis komposisi kimiawi dilakukan menggunakan analisis proksimat (Lampiran 1) dengan cara mengkoleksi ovari ikan dari setiap perlakuan sebanyak 15 g kemudian ovari dianalisa di laboratorium untuk mengetahui kandungan protein, lemak, dan karbohidrat telur. 11 Pengukuran Energi Reproduksi Pengukuran energi reproduksi dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Pengukuran energi reproduksi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Energi reproduksi = x Pengukuran Kualitas Air Pengukuran kualitas air dilakukan satu minggu sekali meliputi pengukuran suhu, ph, DO, dan kadar amoniak. Pengukuran suhu dilakukan menggunakan termometer, termometer dicelupkan ke dalam air selama 2 menit kemudian termometer diangkat dan dicatat suhu yang tertera pada termometer. Pengukuran ph dilakukan menggunakan ph meter. Elektroda ph meter dicelupkan ke dalam air selama 1 menit kemudian diangkat dan dicatat nilai yang tertera pada ph meter. Pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan alat DO meter. Alat DO meter dicelupkan ke dalam air selama 2 menit kemudian dicatat nilai yang tertera pada alat DO meter. Pengukuran kadar amoniak dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer. Analisis Data Penelitian Data berupa laju pertumbuhan spesifik (SGR), persentase TKG, GSI, fekunditas, diameter telur, persentase telur yang matang, persentase telur yang tenggelam, komposisi kimiawi telur, energi reproduksi, dan nilai HSI dianalisis

32 18 menggunakan sidik ragam. Sidik ragam dilakukan dengan menggunakan progam komputer SPSS 11.0 for Windows. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan s dengan selang kepercayaan 95%. Parameter berupa histologis ovari dan pengukuran kualitas air dianalisa secara deskriptif.

33 19 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil pengamatan parameter-parameter yang diukur pada perlakuan penambahan vitamin E dengan dosis yang berbeda dalam pakan pada ikan nilem selama pemeliharaan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai rata- rata kelulusan hidup (SR), laju pertumbuhan spesifik (SGR), tingkat kematangan gonad (TKG), gonad somatik indeks (GSI), fekunditas, diameter telur, persentase telur yang matang (TKT), persentase telur tenggelam, dan hepato somatik indeks (HSI) pada ikan nilem (Osteochilus hasellti). Parameter SR (%) SGR (%) TKG IV (%) GSI (%) Fekunditas (butir/ekor) Diameter telur (mm) TKT (%) ± 0.74a 6.00a 2.52 ± 0.37a Kadar vitamin E (mg kg-1 pakan) ±0.26b 5.22 ±0. 66bc 8.9 ±1.16b 33.33b 83.33c 100d 3.80 ± 1.07a 8.52 ± 2.13b ± 1.74c 6.717a 7.027a b c 0.21 ± 0.01a 0.27 ± 0.02b ± 13.87ab 0.28 ± 0.01bc ± 16.78ab 0.31 ± 0.01c ± 1.92a Telur tenggelam (%) ±3.46a 82.66± 5.77ab ±3.05bc HSI (%) 0.90 ± 0.19a 0.60 ± 0.25ab 0.30 ± 0.05b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada menunjukkan perbedaan yang nyata (P 0.05) ± 5.09c ±2.30c 0.34 ± 0.50b baris yang sama Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan vitamin E dalam pakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter yang diamati sebagaimana disajikan pada Tabel 3 (P 0.05). Meningkatnya dosis vitamin E di dalam pakan menyebabkan meningkatnya nilai parameter yang diukur sebagaimana telah disajikan pada Tabel 3. Kelulusan Hidup Ikan (SR) Persentase SR ikan nilem yang diperoleh selama 42 hari pemeliharaan dari setiap perlakuan yakni 100%. Hal ini membuktikan bahwa selama penelitian ikan nilem yang dipelihara berada dalam kondisi yang sehat dan kondisi lingkungan yang mendukung proses kehidupan ikan selama pemeliharaan. Laju Pertumbuhan Ikan (SGR) Nilai SGR ikan nilem selama 42 hari pemeliharaan pada perlakuan vitamin E dengan dosis yang berbeda lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanpa pemberian vitamin E (kontrol). Nilai persentase SGR ikan nilem pada perlakuan

34 20 vitamin E dosis yang berbeda di dalam pakan selama penelitian berkisar %. Persentase nilai SGR yang terbaik terdapat pada perlakuan vitamin E 375 mg kg -1 pakan sebesar 8.9%. Persentase Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Tingkat kematangan gonad (TKG) merupakan tahapan tertentu pada ikan sebelum dan sesudah melakukan pemijahan. Data hasil pengamatan komposisi TKG ikan nilem selama 6 minggu pemeliharaan disajikan pada Gambar Persentase TKG (%) TKG II TKG III TKG IV 0 P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Gambar 2 Komposisi tingkat kematangan gonad ikan nilem (Osteochilus hasellti) dengan dosis vitamin E yang berbeda di dalam pakan selama pemeliharaan Gambar 2 menunjukkan terjadinya pertumbuhan gonad pada ikan nilem selama 6 minggu pengamatan. Pada pengamatan minggu ke 2 perlakuan tanpa penambahan vitamin E (P0) masih banyaknya ditemukan gonad ikan yang berada pada tahap 2 (TKG II) dan masih sedikitnya gonad ikan yang sudah memasuki tahap 3 (TKG III). Pada pengamatan minggu ke 4 masih ditemukan gonad yang berada pada TKG II dan III dengan persentase yang sama dan tidak ditemukannya gonad yang berada pada tahap 4 (TKG IV). Pada pengamatan minggu ke 6, perlakuan P0 sudah ditemukan sedikit gonad ikan yang sudah berada pada TKG IV namun masih ditemukan gonad ikan pada TKG II dan gonad yang berada pada TKG III ditemukan dengan persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan gonad TKG II dan IV. Pada perlakuan vitamin E 125 mg kg -1 (P1), minggu ke 2 pengamatan sudah sedikit ditemukan gonad ikan yang berada pada TKG II dan sudah banyak ditemukan gonad ikan pada TKG III namun belum ditemukan gonad ikan pada TKG IV. Pada minggu ke 4 persentase gonad ikan pada TKG II semakin sedikit, persentase gonad ikan pada TKG III masih ditemukan dan sudah ditemukan gonad ikan pada TKG IV. Pada minggu ke 6 sudah banyak ditemukan gonad ikan pada TKG IV dengan persentase yang lebih tinggi dan tidak ditemukan lagi gonad ikan pada TKG II.

35 Perlakuan vitamin E 250 mg kg -1 (P2) pada minggu ke 2 masih ditemukan gonad ikan pada TKG II dan III dengan persentase yang sama. Pada minggu ke 4 mulai ditemukan gonad ikan pada TKG IV dan TKG III sedangkan TKG II sudah ditemukan lagi. Pada minggu ke 6 mayoritas gonad ikan berada pada TKG IV dan masih ditemukan sedikit gonad ikan pada TKG III. Pada perlakuan vitamin E 375 mg kg -1 (P3) pada minggu ke 2 sedikit ditemukan gonad ikan pada TKG II, persentase gonad TKG III lebih banyak ditemukan namun gonad pada TKG IV belum ditemukan. Pada minggu ke 4 gonad pada TKG II tidak lagi ditemukan, gonad pada TKG III masih ditemukan dengan persentase yang sedikit dan gonad yang sudah berada pada TKG IV sudah ditemukan dengan persentase yang lebih tinggi. Pada minggu ke 6 gonad pada TKG II dan III sudah tidak ditemukan lagi dan seluruh gonad berada pada TKG IV. Perkembangan Struktur Histologis Gonad Ikan Nilem Perkembangan gonad secara histologis setiap 2 minggu juga diamati. Perkembangan gonad secara histologis diamati pada perwakilan perlakuan dosis vitamin E sebanyak 375 mg kg -1 pakan. Hasil pengamatan perkembangan gonad ikan nilem selama 6 minggu pemeliharaan disajikan pada Gambar Gambar 3 Perkembangan gonad ikan nilem secara histologis selama 6 minggu pemeliharaan pada perlakuan dosis vitamin E 375 mg kg -1 pakan Keterangan: Og : oogonia, Os: Oosit, N : nukleus, Ovt : oosit dengan kuning telur, dan Ov: Ovum Gambar 3 menunjukkan bahwa setiap 2 minggu pengamatan perkembangan ovari mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara histologis. Pada pengamatan minggu ke 0 perkembangan gonad berada pada tahap TKG I (dara), di dalam ovari masih di dominasi oleh oogonia (Og) dengan rataan diameter telur mm dan memiliki ukuran yang kecil karena butiran telur belum terbentuk.