Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai gubernur yang

Muslim | Published at 2021-11-15 06:48:35

Umar bin Abdul Aziz dipecat sebagai Gubernur Madinah di era Khalifah Al Walid bin Abdul Malik. Hal ini dilakukan khalifah karena kebijakan Umar bin Abdul Aziz dinilai bisa mengancam keberlangsungan Dinasti Umayyah.

Kalangan sejarawan berpendapat bahwa pada masa Khalifah Al Walid bin Abdul Malik Dinasti Umayyah mengalami masa keemasan. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari dukungan para gubernur dan bawahannya yang cemerlang.

Selain Umar bin Abdul Aziz yang menjadi Gubernur Madinah yang meliputi wilayah Hijaz, di wilayah Timur ada Hajjaj bin Yusuf, dan di Barat ada Musa bin Nusayr.

Berbeda dengan kolega-koleganya sesama gubernur yang lebih menonjolkan prestasinya melalui serangkaian penaklukkan, Umar bin Abdul Aziz lebih mengedepankan soft power politic.

Sebagai sosok yang diamanahi mengelola tanah suci, Umar menghadapi tantangan yang lumayan pelik. Ia harus berhadapan dengan serangkain luka politik dari masa lalu, hasil konflik antarsahabat utama. Dan sebagian besar atau mungkin semua rentetan luka itu, disebabkan oleh para pendahulu Umar bin Abdul Aziz.

Abu Ja\'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Amali ath-Thabari, lebih dikenal sebagai Ibnu Jarir atau ath-Thabari dalam buku The History of al-Tabari menilai bahwa Umar bin Abdul Aziz bisa dikatakan berhasil membangun rekonsiliasi di antara kelompok-kelompok yang bertikai kala itu.

Umar bin Abdul Aziz adalah sepupu dari Khalifah Al Walid. Ayahnya adalah Abdul Aziz, adik dari Abdul Malik bin Marwan.

Menurut riwayat Waqidi yang dikutip Tabari disebutkan seyogyanya, pengganti Abdul Malik adalah Abdul Aziz. Tapi karena Abdul Aziz keburu wafat, maka kedudukan tersebut diwariskan pada Al Walid.

Dewan Syuro

Umar bin Abdul Aziz terkenal sebagai bangsawan yang saleh. Ia menjabat sebagai gubernur Madinah pada tahun 87 H, atau setahun setelah Al Walid dinobatkan sebagai khalifah. Ketika itu usianya 25 tahun.

Ia datang bersama caravan yang berisi 30 unta, dan berhenti di Dar Marwan. Ketika penduduk Madinah mendengar kedatangannya, mereka langsung berdatangan menyambutnya.

Kemudian ia memanggil 10 orang berpengaruh untuk menduduki posisi sebagai dewan syuro di Madinah.

Kesepuluh orang tersebut antara lain; Urwah bin al-Zubayr, Ubaydallah bin Abdallah bin Utbah, Abu Bakr bin Abd al-Rahman, Abu Bakr bin Sulayman bin Abi Hathmah, Sulayman bin Yasar, al-Qasim bin Muhammad, Salim bin Abdallah bin Umar, Abdallah bin Abdallah bin Umar, Abdallah bin Amin bin Rabiah, dan Kharijah bin Zayd.

Maka hadirlah kesepuluh orang tersebut di hadapan Umar bin Abdul Aziz. Setelah Umar mempersilakan mereka duduk, ia lalu berpidato, setelah mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT, ia berkata:

"Aku memanggil kalian untuk sesuatu yang kalian akan mendapatkan perhargaan atasnya, yaitu kalian akan membantu untuk memutuskan apa yang benar.

Aku tidak akan membuat satupun keputusan tanpa meminta pendapat kalian, atau setidaknya pendapat tersebut yang akan digunakan.

Apabila kalian melihat ada yang melampaui batas, atau melihat sebuah ketidakadilan dalam pemerintahanku yang sampai pada kalian, aku mohon kalian melaporkannya kepadaku."

Mendengar ini mereka menjawab, "Semoga Allah memberimu kebaikan." Selanjutnya mereka semua bubar.

Layak Dikunjungi

Penduduk Madinah merasakan perbedaan yang positif sejak dipimpin oleh Umar bin Abdul Aziz. Mereka mengirimkan surat kepada Al Walid yang isinya ucapan teriman kasih karena Al Walid sudah menunjuk Umar sebagai gubernur di Madinah.

Sejak dipimpin oleh Umar bin Abdul Azziz, Madinah menjadi tempat yang layak dikunjungi. Ia merenovasi Masjid Nabawi dan memuliakan ummul mukminin dengan merenovasi juga rumah-rumah mereka.

Salah satu yang cukup monumental, adalah perlakuannya kepada pengikut Ali bin Abi Thalib atau kelompok Syiah. Selama turun temurun, para pemimpin dinasti Umayyah memperlakukan kelompok ini sangat diskriminatif. Baru di bawah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz lah kelompok ini diperlakukan secara baik dan tanpa diskriminasi.

Tapi sayangnya, karena sikapnya yang seperti ini, usia jabatan Umar bin Abdul Aziz hanya berlangsung 4 tahun. Setelah itu kedudukkan dicopot oleh Al Walid.

Surat yang Bocor

Cerita tentang mencopotan kedudukan Umar sebagai gubernur Madinah ini bermula ketika begitu banyak kelompok Syiah dari Irak datang mengungsi ke kota Madinah.

Di Irak, mereka diperlakukan dengan keras oleh Hajjaj bin Yusuf. Maka ketika mendengar munculnya seorang gubernur yang adil di Madinah mereka memohon perlindungan ke sana.

Mendengar keluhan mereka, Umar bin Abdul Aziz akhirnya menulis surat kepada Al Walid. Ia menginformasikan semua perbuatan Hajjaj kepada kelompok ini. Tapi isi surat itu bocor dan diketahui oleh Hajjaj bin Yusuf.

Iapun akhirnya menulis surat yang sejenis kepada Al Walid. Ia mengatakan dalam suratnya bahwa, perlakuan kerasnya kepada kelompok Syiah tersebut semata-mata untuk mengamankan posisi dan legitimasi dinasti Umayyah.

Justru sebaliknya, Hajjaj berbalik mengecam sikap Umar yang dinilainya terlalu lunak kepada kelompok tersebut. Sikap Umar tersebut menurut Hajjaj bisa melemahkan posisi dinasti Umayyah.

Hajjaj bin Yusuf memiliki posisi tersendiri bagi Al Walid. Ia tidak bisa menegasikan peran sentral Hajjaj dalam mengokohkan pondasi kekuasaan Dinasti Umayyah. Maka setelah membaca surat dari Hajjaj, Al Walid membalas surat tersebut dengan berkata, "Ajukan aku beberapa nama", kemudian Hajjaj mengajukan dua nama, Uthman bin Hayyan dan Khalid bin Abdullah.

Setelah mendapatkan rekomendasi nama dari Hajjaj, maka Umar pun langsung dicopot. Al-Walid kemudian menunjuk Uthman bin Hayyan sebagai Gubernur Makkah, dan Khalid bin Abdullah menjadi Gubernur Madinah.

Tapi bagaimanapun kuatnya, Hajjaj bin Yusuf hanya seorang abdi. Dalam skema perebutan kekuasan Khalifah, ia tidak berdaya. Sebagaimana sudah diamanatkan oleh Abdul Malik, bahwa khalifah pengganti Al-Walid adalah Sulaiman bin Abdul Malik.

Hubungan Sulaiman dengan Hajjaj tidaklah baik. Maka ketika Hajjaj mendengar kabar bahwa Al-Walid menderita sakit, ia langsung berdoa agar ia lebih baik diwafatkan sebelum Sulaiman naik takhta. Dan doanya terkabul. Dia wafat hanya beberapa bulan sebelum Sulaiman naik takhta.

Selanjutnya Al Walid wafat pada tahun 96 H. Maka naiklah Sulaiman bin Abdul Malik menjadi Khalifah. Nah, pada masa pemerintahan Sulaiman inilah karier politik Umar bin Abdul Aziz bangkit kembali. Sulaiman mengangkat Umar bin Abdul Aziz sebagai tangan kanannya dan sebagai penasihat utama. Tangga politik inilah di kemudian hari yang mengantarkan Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah, pengganti Sulaiman bin Abdul Malik.

Original Article

#Hikmah

Umar bin Abdul-Aziz (bahasa Arab: عمر بن عبد العزيز, bergelar Umar II, lahir pada tahun 63 H / 682 – Februari 720; umur 37–38 tahun)[1] adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 (umur 34–35 tahun) mencapai 720 (selama 2–3 tahun). Tidak seperti khalifah Bani Umayyah sebelumnya, ia bukan merupakan keturunan dari khalifah sebelumnya, tetapi ditunjuk langsung, dimana ia merupakan sepupu dari khalifah sebelumnya, Sulaiman.

Biografi

Keluarga

Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan saudara kandung yang lebih muda dari Khalifah Abdul-Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang Kenalan Nabi yang sangat dekat.

Silsilah

Umar dilahirkan sekitar tahun 682. Beberapa tradisi menyatakan ia dilahirkan di Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia lahir di Mesir. Umar dibesarkan di Madinah, di bawah asuhan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak.

Kisah Umar bin Khattab bersesuaian dengan kelahiran Umar II

Menurut tradisi Muslim Sunni, silsilah keturunan Umar dengan Umar bin Khattab terkait dengan suatu kejadian terkenal yang terjadi pada masa kekuasaan Umar bin Khattab.

"Khalifah Umar sangat terkenal dengan aktivitas yang dipekerjakannya beronda pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam ia mendengar diskusi seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah cairan dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari”Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini”Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tetapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”.Umar yang mendengar kesudahan menangis. Betapa agungnya hati anak gadis itu.Ketika pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu.Kata Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang lebih dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Ketika matang Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.

Kehidupan awal

682 – 715

Umar dibesarkan di Madinah, di bawah asuhan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal di sana mencapai kematiannya ayahnya, dimana kesudahan ia dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kesudahan segera meninggal dan ia diangkatkan pada tahun 706 sebagai gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I

715 – 715: era Al-Walid I

Tidak seperti sebagaian akbar penguasa pada saat itu, Umar membentuk suatu dewan yang kesudahan bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus susut dan dapat dihabiskan di Madinah, sebagai tambahan banyak orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan al-Walid I untuk melepas Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj dan melepas Umar dari letaknya. Tetapi semenjak itu, Umar sudah memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.

Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas area di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah turut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan masyarakat Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga banyak dari mereka yang mencucurkan cairan mata. Bertutur Said Al Musayyib: "Sungguh diri sendiri berkeinginan supaya rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa benarnya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya atur metode hidup ia yang sederhana"[2]

715 – 717: era Sulaiman

Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa pemerintahan al-Walid I dan kesudahan dilanjutkan oleh saudara al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, yang juga merupakan sepupu Umar selalu mengagumi Umar, dan menolak untuk menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.

Kedekatan Umar dengan Sulaiman

Sulaiman bin Abdul-Malik merupakan sepupu langsung dengan Umar. Mereka berdua sangat akrab dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik, dunia dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat kukuh dan stabil.

Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.

Sulaiman berdiskusi kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?" dengan niat supaya dapat membakar semangat Umar ketika melihat daya pasukan yang telah dilatih.Namun jawab Umar, "Diri sendiri masih lihat dunia itu masih makan selang satu dengan yang lain, dan engkau adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".Khalifah Sulaiman bertutur lagi "Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita ini?"Balas Umar lagi, "Bahkan yang sangat hebat dan mengagumkan adalah orang yang mengenali Allah kesudahan mendurhakai-Nya, mengenali setan kesudahan mengikutinya, mengenali dunia kesudahan condong kepada dunia".

Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun ia menerima dengan hati membuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.

Menjadi khalifah

Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.

Zaman pemerintahannya sukses memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari[3] atau 60 dirham perbulan. Sebab itu banyak berbakat sejarah menjuluki ia dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat, ia meninggal sebab dibunuh (diracun) oleh pembantunya.

Sebelum menjabat

Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah menasihati ia, "Wahai Amirul Mukminin, selang perkara yang menyebabkan engkau dilindungi di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di kehidupan setealh didunia kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang benar, maka siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Diri sendiri melihat Umar Ibn Abdul Aziz".

Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman, ia memerintahkan supaya para menteri dan para gubernur berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.

Naiknya Umar sebagai Amirul Mukminin

Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan meminta keterangan ke mana-mana, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".
Umar bin Abdul-Aziz bentuk seraya bertutur, "Wahai manusia, sesungguhnya letak ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah diri sendiri menantinya, sesungguhnya diri sendiri mencabut bai’ah yang benar dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah ditampik dan Umar pulang ke rumah.

Ketika pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur.


Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat ayahnya dan bertutur, "Apakah yang masih engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?".

Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini"."Sah apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya akan tahu.Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kesudahan ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".

Apa pula kata anaknya apabila mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru “Ayah, siapa pula yang menjamin ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan sekarang adalah tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, ia memanggil anaknya mendekati ia, mengucup kedua belah mata anaknya sambil bertutur “Segala puji untuk Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong diri sendiri di atas agamaku”

Pemerintahan Umar bin Abdul-Aziz

Hari kedua dilantik menjadi khalifah, ia menyampaikan khutbah umum. Dihujung khutbahnya, ia bertutur “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad saw dan tiada kitab selepas al-Quran, diri sendiri bukan penentu hukum malah diri sendiri pelaksana hukum Allah, diri sendiri bukan berbakat bid’ah malah diri sendiri seorang yang mengikut sunnah, diri sendiri bukan orang yang sangat baik dikalangan kamu sedangkan diri sendiri cuma orang yang sangat berat tanggungannya dikalangan kamu, diri sendiri mengucapkan ucapan ini sedangkan diri sendiri tahu diri sendiri adalah orang yang sangat banyak dosa di sisi Allah” Ia kesudahan duduk dan menangis "Alangkah akbarnya ujian Allah kepadaku" sambung Umar Ibn Abdul Aziz.

Ia pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Ia mejawab “Wahai isteriku, diri sendiri telah diuji oleh Allah dengan jawatan ini dan diri sendiri masih teringat kepada orang-orang yang miskin, ibu-ibu yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, diri sendiri teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Diri sendiri tahu mereka semua ini akan mendakwaku di kehidupan setealh didunia kelak dan diri sendiri bertanya-tanya diri sendiri tidak dapat jawab hujjah-hujjah mereka sebagai khalifah kerana diri sendiri tahu, yang menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw’’ Isterinya juga turut mengalir cairan mata.

Umar Ibn Abdul Aziz mula memeritah pada usia 36 tahun sepanjang tempoh 2 tahun 5 bulan 5 hari. Pemerintahan ia sangat menakjubkan. Pada waktu inilah diistilahkan tiada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat sehingga harta zakat yang menggunung itu terpaksa diiklankan kepada sesiapa yang tiada pembiayaan untuk bernikah dan juga hal-hal lain.

Surat dari Raja Sriwijaya

Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada Umar bin Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut berbunyi:[4]

Dari Rajadiraja...; yang adalah keturunan seribu raja ..... .... kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Aku telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan aku akan Anda mengirimkan kepada aku seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada aku, dan menjelaskan kepada aku hukum-hukumnya.

Hari-hari terakhir Umar bin Abdul-Aziz

Umar bin Abdul-Aziz wafat dikarenakan oleh sakit dampak diracun oleh pembantunya. Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah sehingga ditegur oleh menteri kepada isterinya, "Gantilah baju khalifah itu", dibalas isterinya, "Itu saja pakaian yang khalifah miliki".

Apabila ia ditanya “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau bersedia mewasiatkan sesuatu kepada anak-anakmu?”

Umar Abdul Aziz menjawab: "Apa yang akan kuwasiatkan? Diri sendiri tidak memiliki apa-apa"

"Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?"

"Jika anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, diri sendiri tidak bersedia meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah"

Pada waktu lain, Umar bin Abdul-Aziz memanggil semua anaknya dan berkata: "Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama : menjadikan kamu semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga (kerana tidak menggunakan uang rakyat). Sesungguhnya wahai anak-anakku, diri sendiri telah memilih surga." (beliau tidak berkata : diri sendiri telah memilih kamu susah)

Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunan Umar bin Abdul-Aziz adalah golongan yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.

Pustaka

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama umar
  2. ^ Abdurrahman, Jamal (2007). Keagungan Generasi Salaf (disertai kisah-kisahnya) (dalam bahasa Indonesia). Darus Sunnah. 
  3. ^ (Arab) Jalaluddin Suyuthi (w. 911 H). Tarikh al-Khulafa (Sejarah Para Khalifah).
  4. ^ Azra, Azyumardi (2004). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Masa zaman XVII dan XVIII (dalam bahasa Indonesia). Prenada Media. hlm. 27–28. 


edunitas.com

Page 2

Umar bin Abdul-Aziz (bahasa Arab: عمر بن عبد العزيز, bergelar Umar II, kelahiran pada tahun 63 H / 682 – Februari 720; umur 37–38 tahun)[1] adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 (umur 34–35 tahun) mencapai 720 (selama 2–3 tahun). Tidak seperti khalifah Bani Umayyah sebelumnya, ia bukan adalah keturunan dari khalifah sebelumnya, tetapi ditunjuk langsung, dimana ia adalah sepupu dari khalifah sebelumnya, Sulaiman.

Biografi

Keluarga

Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan saudara kandung yang lebih muda dari Khalifah Abdul-Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sbg salah seorang Kenalan Nabi yang sangat tidak jauh.

Silsilah

Umar dilahirkan sekitar tahun 682. Beberapa tradisi menyatakan ia dilahirkan di Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia kelahiran di Mesir. Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak.

Kisah Umar bin Khattab berkaitan dengan kelahiran Umar II

Menurut tradisi Muslim Sunni, silsilah keturunan Umar dengan Umar bin Khattab terkait dengan suatu kejadian terkenal yang terjadi pada masa kekuasaan Umar bin Khattab.

"Khalifah Umar sangat terkenal dengan aktivitas yang dipekerjakannya beronda pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam ia mendengar diskusi seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah cairan dalam susu ini supaya terlihat jumlah sebelum terbit matahari”Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini”Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.Balas si anak “Bila Amirul Mukminin tidak tahu, tetapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”.Umar yang mendengar kesudahan menangis. Betapa agungnya hati anak gadis itu.Saat pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu.Kata Umar, "Semoga kelahiran dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.Asim yang taat tanpa jumlah tanya segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang semakin dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Saat matang Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.

Kehidupan permulaan

682 – 715

Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal di sana mencapai kematiannya ayahnya, dimana kesudahan ia dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kesudahan segera meninggal dan ia diangkatkan pada tahun 706 sbg gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I

715 – 715: era Al-Walid I

Tidak seperti sebagaian akbar penguasa pada saat itu, Umar membentuk suatu dewan yang kesudahan bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh tidak sama dengan pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus susut dan dapat dihabiskan di Madinah, sbg tambahan jumlah orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan al-Walid I untuk melepas Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj dan melepas Umar dari letaknya. Tetapi semenjak itu, Umar sudah memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.

Pada era Al-Walid I ini juga tercatat mengenai keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas lahan di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah turut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan penduduk Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga jumlah dari mereka yang mencucurkan cairan mata. Bertutur Said Al Musayyib: "Sungguh diri sendiri berkeinginan supaya rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa beradanya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya atur metode hidup ia yang sederhana"[2]

715 – 717: era Sulaiman

Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa pemerintahan al-Walid I dan kesudahan dilanjutkan oleh saudara al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, yang juga adalah sepupu Umar selalu mengagumi Umar, dan menolak untuk menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.

Kedekatan Umar dengan Sulaiman

Sulaiman bin Abdul-Malik adalah sepupu langsung dengan Umar. Mereka berdua sangat erat dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik, dunia dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat kukuh dan stabil.

Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.

Sulaiman berdiskusi kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?" dengan niat supaya dapat membakar semangat Umar saat melihat daya pasukan yang telah dilatih.Namun jawab Umar, "Diri sendiri masih lihat dunia itu masih makan selang satu dengan lainnya, dan engkau adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".Khalifah Sulaiman bertutur lagi "Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita ini?"Balas Umar lagi, "Bahkan yang sangat hebat dan mengagumkan adalah orang yang mengenali Allah kesudahan mendurhakai-Nya, mengenali setan kesudahan mengikutinya, mengenali dunia kesudahan condong kepada dunia".

Bila Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun ia menerima dengan hati membuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.

Menjadi khalifah

Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di bai'at sbg khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.

Zaman pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tidak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari[3] atau 60 dirham perbulan. Sebab itu jumlah ahli sejarah menjuluki ia dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat, ia meninggal sebab dibunuh (diracun) oleh pembantunya.

Sebelum menjabat

Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah menasihati ia, "Wahai Amirul Mukminin, selang perkara yang menyebabkan engkau dilindungi di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di kehidupan setealh didunia kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang benar, karenanya siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Diri sendiri melihat Umar Ibn Abdul Aziz".

Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sbg penerus kekhalifahan, tetapi dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman, ia memerintahkan supaya para menteri dan para gubernur berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.

Naiknya Umar sbg Amirul Mukminin

Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan meminta keterangan ke mana-mana, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".
Umar bin Abdul-Aziz bangung seraya bertutur, "Wahai manusia, sesungguhnya letak ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah diri sendiri menantinya, sesungguhnya diri sendiri mencabut bai’ah yang berada dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".Umat tetap menghendaki Umar sbg khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sbg khalifah ditampik dan Umar pulang ke rumah.

Saat pulang ke rumah, Umar berfikir mengenai tugas baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang lebar dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur.


Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat ayahnya dan bertutur, "Apakah yang masih engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?".

Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini"."Sah apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya akan tahu.Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk saat zuhur, kesudahan ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".

Apa pula kata anaknya apabila mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru “Ayah, siapa pula yang menjamin ayah masih hidup sehingga saat zuhur nanti sedangkan sekarang adalah tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, ia memanggil anaknya mendekati ia, mengucup kedua belah mata anaknya sambil bertutur “Segala puji untuk Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong diri sendiri di atas agamaku”

Pemerintahan Umar bin Abdul-Aziz

Hari kedua dilantik menjadi khalifah, ia menyampaikan khutbah umum. Dihujung khutbahnya, ia bertutur “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad saw dan tiada kitab selepas al-Quran, diri sendiri bukan penentu hukum malah diri sendiri pelaksana hukum Allah, diri sendiri bukan ahli bid’ah malah diri sendiri seorang yang mengikut sunnah, diri sendiri bukan orang yang sangat baik dikalangan kamu sedangkan diri sendiri cuma orang yang sangat berat tanggungannya dikalangan kamu, diri sendiri mengucapkan ucapan ini sedangkan diri sendiri tahu diri sendiri adalah orang yang sangat jumlah dosa di sisi Allah” Ia kesudahan duduk dan menangis "Alangkah akbarnya ujian Allah kepadaku" sambung Umar Ibn Abdul Aziz.

Ia pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Ia mejawab “Wahai isteriku, diri sendiri telah diuji oleh Allah dengan jawatan ini dan diri sendiri masih teringat kepada orang-orang yang miskin, ibu-ibu yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, diri sendiri teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Diri sendiri tahu mereka seluruh ini akan mendakwaku di kehidupan setealh didunia kelak dan diri sendiri bertanya-tanya diri sendiri tidak dapat jawab hujjah-hujjah mereka sbg khalifah kerana diri sendiri tahu, yang menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw’’ Isterinya juga turut mengalir cairan mata.

Umar Ibn Abdul Aziz mula memeritah pada usia 36 tahun sepanjang tempoh 2 tahun 5 bulan 5 hari. Pemerintahan ia sangat menakjubkan. Pada saat inilah diistilahkan tiada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat sehingga harta zakat yang menggunung itu terpaksa diiklankan kepada sesiapa yang tiada pembiayaan untuk bernikah dan juga hal-hal lain.

Surat dari Raja Sriwijaya

Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada Umar bin Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut berbunyi:[4]

Dari Rajadiraja...; yang adalah keturunan seribu raja ..... .... kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lainnya dengan Tuhan. Aku telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya adalah hadiah yang tidak begitu jumlah, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan aku akan Anda mengirimkan kepada aku seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada aku, dan menjelaskan kepada aku hukum-hukumnya.

Hari-hari terakhir Umar bin Abdul-Aziz

Umar bin Abdul-Aziz wafat dikarenakan oleh sakit dampak diracun oleh pembantunya. Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah sehingga ditegur oleh menteri kepada isterinya, "Gantilah baju khalifah itu", dibalas isterinya, "Itu saja pakaian yang khalifah miliki".

Apabila ia ditanya “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau mau mewasiatkan sesuatu kepada anak-anakmu?”

Umar Abdul Aziz menjawab: "Apa yang akan kuwasiatkan? Diri sendiri tidak memiliki apa-apa"

"Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?"

"Bila anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Bila mereka orang-orang yang tidak soleh, diri sendiri tidak mau meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah"

Pada saat lain, Umar bin Abdul-Aziz memanggil seluruh anaknya dan berkata: "Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama : menjadikan kamu seluruh kaya dan ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga (kerana tidak menggunakan uang rakyat). Sesungguhnya wahai anak-anakku, diri sendiri telah memilih surga." (beliau tidak berkata : diri sendiri telah memilih kamu susah)

Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunan Umar bin Abdul-Aziz adalah kelompok yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.

Pustaka

  1. ^ Kekeliruan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama umar
  2. ^ Abdurrahman, Jamal (2007). Keagungan Generasi Salaf (disertai kisah-kisahnya) (dalam bahasa Indonesia). Darus Sunnah. 
  3. ^ (Arab) Jalaluddin Suyuthi (w. 911 H). Tarikh al-Khulafa (Sejarah Para Khalifah).
  4. ^ Azra, Azyumardi (2004). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Masa seratus tahun XVII dan XVIII (dalam bahasa Indonesia). Prenada Media. hlm. 27–28. 


edunitas.com

Page 3

Umar IIMasa kekuasaanDinobatkanDilantikNama lengkapPendahuluPenggantiPasangan dariAnakWangsaDinastiAyahIbu
717 – 720
717
717
Umar bin Abdul-Aziz
Sulaiman bin Abdul-Malik
Yazid bin Abdul-Malik
Fatimah binti Abdul-Malik
Abdul-Malik bin Umar
Banu Abd Shams
Umayyah
Abdul-Aziz bin Marwan
Ummu Asim Laila binti Asim

Umar bin Abdul-Aziz (bahasa Arab: عمر بن عبد العزيز, bergelar Umar II, lahir pada tahun 63 H / 682 – Februari 720; umur 37–38 tahun)[1] adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 (umur 34–35 tahun) mencapai 720 (selama 2–3 tahun). Tidak seperti khalifah Bani Umayyah sebelumnya, ia bukan adalah keturunan dari khalifah sebelumnya, tetapi ditunjuk langsung, dimana ia adalah sepupu dari khalifah sebelumnya, Sulaiman.

Biografi

Keluarga

Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan saudara kandung yang lebih muda dari Khalifah Abdul-Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang Kenalan Nabi yang sangat tidak jauh.

Silsilah

Umar dilahirkan sekitar tahun 682. Beberapa tradisi menyatakan ia dilahirkan di Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia lahir di Mesir. Umar dibesarkan di Madinah, di bawah asuhan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak.

Kisah Umar bin Khattab bersesuaian dengan kelahiran Umar II

Menurut tradisi Muslim Sunni, silsilah keturunan Umar dengan Umar bin Khattab terkait dengan suatu kejadian terkenal yang terjadi pada masa kekuasaan Umar bin Khattab.

"Khalifah Umar sangat terkenal dengan aktivitas yang dipekerjakannya beronda pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam ia mendengar diskusi seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah cairan dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari”Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini”Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tetapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”.Umar yang mendengar kesudahan menangis. Betapa agungnya hati anak gadis itu.Saat pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu.Kata Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang semakin dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Saat matang Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.

Kehidupan awal

682 – 715

Umar dibesarkan di Madinah, di bawah asuhan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal di sana mencapai kematiannya ayahnya, dimana kesudahan ia dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kesudahan segera meninggal dan ia diangkatkan pada tahun 706 sebagai gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I

715 – 715: era Al-Walid I

Tidak seperti sebagaian akbar penguasa pada saat itu, Umar membentuk suatu dewan yang kesudahan bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus susut dan dapat dihabiskan di Madinah, sebagai tambahan banyak orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan al-Walid I untuk melepas Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj dan melepas Umar dari letaknya. Tetapi semenjak itu, Umar sudah memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.

Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas lahan di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah turut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan masyarakat Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga banyak dari mereka yang mencucurkan cairan mata. Bercakap Said Al Musayyib: "Sungguh diri sendiri berkeinginan supaya rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa benarnya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya atur metode hidup ia yang sederhana"[2]

715 – 717: era Sulaiman

Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa pemerintahan al-Walid I dan kesudahan dilanjutkan oleh saudara al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, yang juga adalah sepupu Umar selalu mengagumi Umar, dan menolak untuk menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.

Kedekatan Umar dengan Sulaiman

Sulaiman bin Abdul-Malik adalah sepupu langsung dengan Umar. Mereka berdua sangat akrab dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik, dunia dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat kukuh dan stabil.

Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.

Sulaiman berdiskusi kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?" dengan niat supaya dapat membakar semangat Umar saat melihat daya pasukan yang telah dilatih.Namun jawab Umar, "Diri sendiri masih lihat dunia itu masih makan selang satu dengan lainnya, dan engkau adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".Khalifah Sulaiman bercakap lagi "Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita ini?"Balas Umar lagi, "Bahkan yang sangat hebat dan mengagumkan adalah orang yang mengenali Allah kesudahan mendurhakai-Nya, mengenali setan kesudahan mengikutinya, mengenali dunia kesudahan condong kepada dunia".

Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun ia menerima dengan hati membuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.

Menjadi khalifah

Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.

Zaman pemerintahannya sukses memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tidak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari[3] atau 60 dirham perbulan. Sebab itu banyak berbakat sejarah menjuluki ia dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat, ia meninggal sebab dibunuh (diracun) oleh pembantunya.

Sebelum menjabat

Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah menasihati ia, "Wahai Amirul Mukminin, selang perkara yang menyebabkan engkau dilindungi di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di kehidupan setealh didunia kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang benar, karenanya siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Diri sendiri melihat Umar Ibn Abdul Aziz".

Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman, ia memerintahkan supaya para menteri dan para gubernur berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.

Naiknya Umar sebagai Amirul Mukminin

Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan meminta keterangan ke mana-mana, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".
Umar bin Abdul-Aziz bentuk seraya bercakap, "Wahai manusia, sesungguhnya letak ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah diri sendiri menantinya, sesungguhnya diri sendiri mencabut bai’ah yang benar dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah ditampik dan Umar pulang ke rumah.

Saat pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur.


Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat ayahnya dan bercakap, "Apakah yang masih engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?".

Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini"."Sah apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya akan tahu.Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kesudahan ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".

Apa pula kata anaknya apabila mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru “Ayah, siapa pula yang menjamin ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan sekarang adalah tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, ia memanggil anaknya mendekati ia, mengucup kedua belah mata anaknya sambil bercakap “Segala puji untuk Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong diri sendiri di atas agamaku”

Pemerintahan Umar bin Abdul-Aziz

Hari kedua dilantik menjadi khalifah, ia menyampaikan khutbah umum. Dihujung khutbahnya, ia bercakap “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad saw dan tiada kitab selepas al-Quran, diri sendiri bukan penentu hukum malah diri sendiri pelaksana hukum Allah, diri sendiri bukan berbakat bid’ah malah diri sendiri seorang yang mengikut sunnah, diri sendiri bukan orang yang sangat adun dikalangan kamu sedangkan diri sendiri cuma orang yang sangat berat tanggungannya dikalangan kamu, diri sendiri mengucapkan ucapan ini sedangkan diri sendiri tahu diri sendiri adalah orang yang sangat banyak dosa di sisi Allah” Ia kesudahan duduk dan menangis "Alangkah akbarnya ujian Allah kepadaku" sambung Umar Ibn Abdul Aziz.

Ia pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Ia mejawab “Wahai isteriku, diri sendiri telah diuji oleh Allah dengan jawatan ini dan diri sendiri masih teringat kepada orang-orang yang miskin, ibu-ibu yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, diri sendiri teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Diri sendiri tahu mereka semua ini akan mendakwaku di kehidupan setealh didunia kelak dan diri sendiri bertanya-tanya diri sendiri tidak dapat jawab hujjah-hujjah mereka sebagai khalifah kerana diri sendiri tahu, yang menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw’’ Isterinya juga turut mengalir cairan mata.

Umar Ibn Abdul Aziz mula memeritah pada usia 36 tahun sepanjang tempoh 2 tahun 5 bulan 5 hari. Pemerintahan ia sangat menakjubkan. Pada waktu inilah diistilahkan tiada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat sehingga harta zakat yang menggunung itu terpaksa diiklankan kepada sesiapa yang tiada pembiayaan untuk bernikah dan juga hal-hal lain.

Surat dari Raja Sriwijaya

Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada Umar bin Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut berbunyi:[4]

Dari Rajadiraja...; yang adalah keturunan seribu raja ..... .... kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lainnya dengan Tuhan. Aku telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya adalah hadiah yang tidak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan aku akan Anda mengirimkan kepada aku seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada aku, dan menjelaskan kepada aku hukum-hukumnya.

Hari-hari terakhir Umar bin Abdul-Aziz

Umar bin Abdul-Aziz wafat dikarenakan oleh sakit dampak diracun oleh pembantunya. Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah sehingga ditegur oleh menteri kepada isterinya, "Gantilah baju khalifah itu", dibalas isterinya, "Itu saja pakaian yang khalifah miliki".

Apabila ia ditanya “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau bersedia mewasiatkan sesuatu kepada anak-anakmu?”

Umar Abdul Aziz menjawab: "Apa yang akan kuwasiatkan? Diri sendiri tidak memiliki apa-apa"

"Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?"

"Jika anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, diri sendiri tidak bersedia meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah"

Pada waktu lain, Umar bin Abdul-Aziz memanggil semua anaknya dan berkata: "Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama : menjadikan kamu semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga (kerana tidak menggunakan uang rakyat). Sesungguhnya wahai anak-anakku, diri sendiri telah memilih surga." (beliau tidak berkata : diri sendiri telah memilih kamu susah)

Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunan Umar bin Abdul-Aziz adalah golongan yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.

Pustaka

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama umar
  2. ^ Abdurrahman, Jamal (2007). Keagungan Generasi Salaf (disertai kisah-kisahnya) (dalam bahasa Indonesia). Darus Sunnah. 
  3. ^ (Arab) Jalaluddin Suyuthi (w. 911 H). Tarikh al-Khulafa (Sejarah Para Khalifah).
  4. ^ Azra, Azyumardi (2004). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Masa zaman XVII dan XVIII (dalam bahasa Indonesia). Prenada Media. hlm. 27–28. 


edunitas.com

Page 4

Umar IIMasa kekuasaanDinobatkanDilantikNama lengkapPendahuluPenggantiPasangan dariAnakWangsaDinastiAyahIbu
717 – 720
717
717
Umar bin Abdul-Aziz
Sulaiman bin Abdul-Malik
Yazid bin Abdul-Malik
Fatimah binti Abdul-Malik
Abdul-Malik bin Umar
Banu Abd Shams
Umayyah
Abdul-Aziz bin Marwan
Ummu Asim Laila binti Asim

Umar bin Abdul-Aziz (bahasa Arab: عمر بن عبد العزيز, bergelar Umar II, lahir pada tahun 63 H / 682 – Februari 720; umur 37–38 tahun)[1] adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 (umur 34–35 tahun) mencapai 720 (selama 2–3 tahun). Tidak seperti khalifah Bani Umayyah sebelumnya, ia bukan adalah keturunan dari khalifah sebelumnya, tetapi ditunjuk langsung, dimana ia adalah sepupu dari khalifah sebelumnya, Sulaiman.

Biografi

Keluarga

Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan saudara kandung yang lebih muda dari Khalifah Abdul-Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang Kenalan Nabi yang sangat tidak jauh.

Silsilah

Umar dilahirkan sekitar tahun 682. Beberapa tradisi menyatakan ia dilahirkan di Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia lahir di Mesir. Umar dibesarkan di Madinah, di bawah asuhan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak.

Kisah Umar bin Khattab bersesuaian dengan kelahiran Umar II

Menurut tradisi Muslim Sunni, silsilah keturunan Umar dengan Umar bin Khattab terkait dengan suatu kejadian terkenal yang terjadi pada masa kekuasaan Umar bin Khattab.

"Khalifah Umar sangat terkenal dengan aktivitas yang dipekerjakannya beronda pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam ia mendengar diskusi seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah cairan dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari”Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini”Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tetapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”.Umar yang mendengar kesudahan menangis. Betapa agungnya hati anak gadis itu.Saat pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu.Kata Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang semakin dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Saat matang Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.

Kehidupan awal

682 – 715

Umar dibesarkan di Madinah, di bawah asuhan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal di sana mencapai kematiannya ayahnya, dimana kesudahan ia dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kesudahan segera meninggal dan ia diangkatkan pada tahun 706 sebagai gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I

715 – 715: era Al-Walid I

Tidak seperti sebagaian akbar penguasa pada saat itu, Umar membentuk suatu dewan yang kesudahan bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus susut dan dapat dihabiskan di Madinah, sebagai tambahan banyak orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan al-Walid I untuk melepas Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj dan melepas Umar dari letaknya. Tetapi semenjak itu, Umar sudah memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.

Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas lahan di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah turut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan masyarakat Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga banyak dari mereka yang mencucurkan cairan mata. Bercakap Said Al Musayyib: "Sungguh diri sendiri berkeinginan supaya rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa benarnya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya atur metode hidup ia yang sederhana"[2]

715 – 717: era Sulaiman

Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa pemerintahan al-Walid I dan kesudahan dilanjutkan oleh saudara al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, yang juga adalah sepupu Umar selalu mengagumi Umar, dan menolak untuk menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.

Kedekatan Umar dengan Sulaiman

Sulaiman bin Abdul-Malik adalah sepupu langsung dengan Umar. Mereka berdua sangat akrab dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik, dunia dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat kukuh dan stabil.

Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.

Sulaiman berdiskusi kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?" dengan niat supaya dapat membakar semangat Umar saat melihat daya pasukan yang telah dilatih.Namun jawab Umar, "Diri sendiri masih lihat dunia itu masih makan selang satu dengan lainnya, dan engkau adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".Khalifah Sulaiman bercakap lagi "Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita ini?"Balas Umar lagi, "Bahkan yang sangat hebat dan mengagumkan adalah orang yang mengenali Allah kesudahan mendurhakai-Nya, mengenali setan kesudahan mengikutinya, mengenali dunia kesudahan condong kepada dunia".

Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun ia menerima dengan hati membuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.

Menjadi khalifah

Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.

Zaman pemerintahannya sukses memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tidak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari[3] atau 60 dirham perbulan. Sebab itu banyak berbakat sejarah menjuluki ia dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat, ia meninggal sebab dibunuh (diracun) oleh pembantunya.

Sebelum menjabat

Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah menasihati ia, "Wahai Amirul Mukminin, selang perkara yang menyebabkan engkau dilindungi di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di kehidupan setealh didunia kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang benar, karenanya siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Diri sendiri melihat Umar Ibn Abdul Aziz".

Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman, ia memerintahkan supaya para menteri dan para gubernur berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.

Naiknya Umar sebagai Amirul Mukminin

Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan meminta keterangan ke mana-mana, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".
Umar bin Abdul-Aziz bentuk seraya bercakap, "Wahai manusia, sesungguhnya letak ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah diri sendiri menantinya, sesungguhnya diri sendiri mencabut bai’ah yang benar dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah ditampik dan Umar pulang ke rumah.

Saat pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur.


Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat ayahnya dan bercakap, "Apakah yang masih engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?".

Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini"."Sah apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya akan tahu.Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kesudahan ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".

Apa pula kata anaknya apabila mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru “Ayah, siapa pula yang menjamin ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan sekarang adalah tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, ia memanggil anaknya mendekati ia, mengucup kedua belah mata anaknya sambil bercakap “Segala puji untuk Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong diri sendiri di atas agamaku”

Pemerintahan Umar bin Abdul-Aziz

Hari kedua dilantik menjadi khalifah, ia menyampaikan khutbah umum. Dihujung khutbahnya, ia bercakap “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad saw dan tiada kitab selepas al-Quran, diri sendiri bukan penentu hukum malah diri sendiri pelaksana hukum Allah, diri sendiri bukan berbakat bid’ah malah diri sendiri seorang yang mengikut sunnah, diri sendiri bukan orang yang sangat adun dikalangan kamu sedangkan diri sendiri cuma orang yang sangat berat tanggungannya dikalangan kamu, diri sendiri mengucapkan ucapan ini sedangkan diri sendiri tahu diri sendiri adalah orang yang sangat banyak dosa di sisi Allah” Ia kesudahan duduk dan menangis "Alangkah akbarnya ujian Allah kepadaku" sambung Umar Ibn Abdul Aziz.

Ia pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Ia mejawab “Wahai isteriku, diri sendiri telah diuji oleh Allah dengan jawatan ini dan diri sendiri masih teringat kepada orang-orang yang miskin, ibu-ibu yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, diri sendiri teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Diri sendiri tahu mereka semua ini akan mendakwaku di kehidupan setealh didunia kelak dan diri sendiri bertanya-tanya diri sendiri tidak dapat jawab hujjah-hujjah mereka sebagai khalifah kerana diri sendiri tahu, yang menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw’’ Isterinya juga turut mengalir cairan mata.

Umar Ibn Abdul Aziz mula memeritah pada usia 36 tahun sepanjang tempoh 2 tahun 5 bulan 5 hari. Pemerintahan ia sangat menakjubkan. Pada waktu inilah diistilahkan tiada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat sehingga harta zakat yang menggunung itu terpaksa diiklankan kepada sesiapa yang tiada pembiayaan untuk bernikah dan juga hal-hal lain.

Surat dari Raja Sriwijaya

Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada Umar bin Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut berbunyi:[4]

Dari Rajadiraja...; yang adalah keturunan seribu raja ..... .... kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lainnya dengan Tuhan. Aku telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya adalah hadiah yang tidak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan aku akan Anda mengirimkan kepada aku seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada aku, dan menjelaskan kepada aku hukum-hukumnya.

Hari-hari terakhir Umar bin Abdul-Aziz

Umar bin Abdul-Aziz wafat dikarenakan oleh sakit dampak diracun oleh pembantunya. Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah sehingga ditegur oleh menteri kepada isterinya, "Gantilah baju khalifah itu", dibalas isterinya, "Itu saja pakaian yang khalifah miliki".

Apabila ia ditanya “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau bersedia mewasiatkan sesuatu kepada anak-anakmu?”

Umar Abdul Aziz menjawab: "Apa yang akan kuwasiatkan? Diri sendiri tidak memiliki apa-apa"

"Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?"

"Jika anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, diri sendiri tidak bersedia meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah"

Pada waktu lain, Umar bin Abdul-Aziz memanggil semua anaknya dan berkata: "Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama : menjadikan kamu semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga (kerana tidak menggunakan uang rakyat). Sesungguhnya wahai anak-anakku, diri sendiri telah memilih surga." (beliau tidak berkata : diri sendiri telah memilih kamu susah)

Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunan Umar bin Abdul-Aziz adalah golongan yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.

Pustaka

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama umar
  2. ^ Abdurrahman, Jamal (2007). Keagungan Generasi Salaf (disertai kisah-kisahnya) (dalam bahasa Indonesia). Darus Sunnah. 
  3. ^ (Arab) Jalaluddin Suyuthi (w. 911 H). Tarikh al-Khulafa (Sejarah Para Khalifah).
  4. ^ Azra, Azyumardi (2004). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Masa zaman XVII dan XVIII (dalam bahasa Indonesia). Prenada Media. hlm. 27–28. 


edunitas.com

Page 5

Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau semakin dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab:عمر ابن الخطاب) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad S.A.W. yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga adalah satu di selang empat orang Khalifah yang digolongkan bagi Khalifah yang diberi segala sesuatu yang diajarkan (Khulafaur Rasyidin).

Genealogi

Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah ketika itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani Makhzum.[2] Umar mempunyai julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-Faruk yang artiannya orang yang mampu memisahkan selang kebenaran dan kebatilan.

Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia mampu membaca dan menulis, yang pada masa itu adalah sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

Biografi

Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh masyarakat Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah ketika itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup bagi anggota dari pelaksanaan norma budaya Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Nabi Muhammad S.A.W., Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya ketika itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku menangis ketika menggali kubur bagi putriku. Ia maju dan yang belakang sekali menyisir janggutku".

Umar juga dikenal bagi seorang peminum berat, beberapa catatan menyebut bahwa pada masa pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum dikurangi larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.

Memeluk Islam

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara membuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan menyebut bahwa kaum Muslim ketika itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat patut bagi pandai strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat bagi orang yang paling jumlah dan paling sering menggunakan dayanya bagi menyiksa pengikut Nabi Muhammad S.A.W.

Pada puncak kebenciannya terhadap petuah Nabi Muhammad S.A.W., Umar memutuskan bagi mencoba membunuh Nabi Muhammad S.A.W., namun ketika dalam perjalanannya ia bersua dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad S.A.W. bernama Nu'aim bin Abdullah yang yang belakang sekali memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, petuah yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. yang bersedia dibunuhnya ketika itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud bagi menghukum saudara kandung yang lebih mudanya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu masih membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan yang belakang sekali berkeinginan supaya bacaan tersebut mampu ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyalakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu membelanyani menciptakan nyaris seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad S.A.W. yang belakang sekali memeluk petuah yang sangat dibencinya tersebut, hasilnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia susut atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini dikenali selalu membelanya.

Kehidupan di Madinah

Pada tahun 622 M, Umar turut bersama Nabi Muhammad S.A.W. dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Nabi Muhammad S.A.W. Ia dianggap bagi seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal bagi orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad S.A.W. dan petuah Islam pada setiap kesempatan yang mempunyai bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia turut menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad S.A.W.

Wafatnya Nabi Muhammad

Pada ketika kabar wafatnya Nabi Muhammad S.A.W. pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah sampai bagi umat Muslim secara keseluruhan, Umar dikabarkan bagi salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya bagi pemakaman. Dampak syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Nabi Muhammad S.A.W. tidaklah wafat melainkan hanya masih tidak sadarkan diri, dan akan kembali sewaktu-waktu.[3]

Sisa dari pembakaran Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, ia menjumpai Umar masih menahan Muslim lainnya dan lantas menyebut (|cquote! :"Saudara-saudara! Barangsiapa bersedia menyembah Nabi Muhammad S.A.W., Nabi Muhammad S.A.W. sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa bersedia menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."! |)

Sisa dari pembakaran Bakar mengingatkan bagi para pemeluk Islam yang masih terguncang, termasuk Umar ketika itu, bahwa Nabi Muhammad S.A.W., seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Sisa dari pembakaran Bakar yang belakang sekali membacakan ayat dari Al Qur'an[4] dan mencoba bagi mengingatkan mereka kembali bagi petuah yang diajarkan Nabi Muhammad S.A.W. yaitu kefanaan makhluk yang dibuat. Setelah peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan. ya Allah

Masa kekhalifahan Sisa dari pembakaran Bakar

Pada masa Sisa dari pembakaran Bakar menjabat bagi khalifah, Umar adalah salah satu penasehat kepalanya. Setelah meninggalnya Sisa dari pembakaran Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk bagi menggantikan Sisa dari pembakaran Bakar bagi khalifah kedua dalam sejarah Islam.

Menjadi khalifah

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Ketika itu mempunyai dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.

Sejarah mencatat jumlah pertempuran luhur yang menjadi permulaan penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil anggota selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang semakin luhur pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam penghabisannya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci bagi memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang bagi salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih bagi salat ditempat lain supaya tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun yang belakang sekali, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.

Umar memainkan jumlah reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi bagi daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan bagi memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai anggota kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam akannya mulai dihitung ketika peristiwa hijrah.

Wafatnya

Umar bin Khattab dibunuh oleh Sisa dari pembakaran Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada ketika ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Sisa dari pembakaran Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang ketika itu adalah negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat, kedudukan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.

Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:

  1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau akan mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu semakin jumlah darinya.
  2. Jika engkau akan memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak mempunyai musuh yang semakin berbahaya terhadapmu selain perut.
  3. Jika engkau akan memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun semakin jumlah dalam memberi bagimu dan semakin santun lembut bagimu selain Allah.
  4. Jika engkau bersedia meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Karena apabila engkau meninggalkannya, artiannya engkau terpuji.
  5. Jika engkau berjaga-jaga bagi sesuatu, maka bersiaplah bagi mati. Karena jika engkau tidak bersiap bagi mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
  6. Jika engkau bersedia menuntut sesuatu, maka tuntutlah kehidupan setealh didunia. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Rujukan

  1. ^ Abdul Ghani, M. Ilyas. 2005. op cit. Hal. 39-41.
  2. ^ Ja'farian, Rasul (2003). Sejarah Islam : sejak wafat Nabi SAW sampai runtuhnya Dinasti Bani Umayah (11 - 132 H). Lentera. ISBN 979-3018-77-1. 
  3. ^ (Hayatu Muhammad, M Husain Haikal)
  4. ^ "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika ia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakangan (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakangan, maka ia tidak mampu mendatangkan mudharat bagi Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan bagi orang-orang yang bersyukur." (Al 'Imran ayat 144)

Lihat pula

Referensi

  • Hayatu Muhammad, Muhammad Husain Haikal [1]
  • Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH Munawar Chalil
  • Donner, Fred, The Early Islamic Conquests, Princeton University Press, 1981
  • Guillaume, A., The Life of Muhammad, Oxford University Press, 1955
  • Madelung, Wilferd, The Succession to Muhammad, Cambridge University Press, 1997
  • "G.LeviDellaVida and M.Bonner "Umar" in Encyclopedia of Islam CD-ROM Edition v. 1.0, Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands 1999"
  • Previte-Orton, C. W (1971). The Shorter Cambridge Medieval History. Cambridge: Cambridge University Press.

Tautan luar


edunitas.com

Page 6

Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau semakin dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab:عمر ابن الخطاب) yaitu salah seorang sahabat Nabi Muhammad S.A.W. yang juga yaitu khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga yaitu satu di selang empat orang Khalifah yang digolongkan bagi Khalifah yang diberi segala sesuatu yang diajarkan (Khulafaur Rasyidin).

Genealogi

Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah ketika itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani Makhzum.[2] Umar mempunyai julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-Faruk yang artiannya orang yang mampu memisahkan selang kebenaran dan kebatilan.

Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia mampu membaca dan menulis, yang pada masa itu yaitu sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

Biografi

Sebelum memeluk Islam, Umar yaitu orang yang sangat disegani dan dihormati oleh masyarakat Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah ketika itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup bagi anggota dari pelaksanaan norma budaya Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Nabi Muhammad S.A.W., Umar dikabarkan menyesali afalnya dan menyadari kebodohannya ketika itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Diri sendiri menangis ketika menggali kubur bagi putriku. Ia maju dan yang belakang sekali menyisir janggutku".

Umar juga dikenal bagi seorang peminum berat, beberapa catatan menyebut bahwa pada masa pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum dikurangi larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.

Memeluk Islam

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara membuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan menyebut bahwa kaum Muslim ketika itu mengakui bahwa Umar yaitu lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat adil bagi pandai strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat bagi orang yang paling jumlah dan paling sering menggunakan dayanya bagi menyiksa pengikut Nabi Muhammad S.A.W.

Pada puncak kebenciannya terhadap petuah Nabi Muhammad S.A.W., Umar memutuskan bagi mencoba membunuh Nabi Muhammad S.A.W., namun ketika dalam perjalanannya ia bersua dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad S.A.W. bernama Nu'aim bin Abdullah yang yang belakang sekali memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, petuah yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. yang bersedia dibunuhnya ketika itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud bagi menghukum saudara kandung yang lebih mudanya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu masih membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan yang belakang sekali berkeinginan supaya bacaan tersebut mampu ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyalakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu membelanyani menciptakan hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad S.A.W. yang belakang sekali memeluk petuah yang sangat dibencinya tersebut, hasilnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia susut atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini dikenali selalu membelanya.

Kehidupan di Madinah

Pada tahun 622 M, Umar turut bersama Nabi Muhammad S.A.W. dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Nabi Muhammad S.A.W. Ia dianggap bagi seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal bagi orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad S.A.W. dan petuah Islam pada setiap kesempatan yang mempunyai bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia turut menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad S.A.W.

Wafatnya Nabi Muhammad

Pada ketika kabar wafatnya Nabi Muhammad S.A.W. pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah sampai bagi umat Muslim secara keseluruhan, Umar dikabarkan bagi salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya bagi pemakaman. Dampak syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Nabi Muhammad S.A.W. tidaklah wafat melainkan hanya masih tidak sadarkan diri, dan akan kembali sewaktu-waktu.[3]

Sisa dari pembakaran Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, ia menjumpai Umar masih menahan Muslim lainnya dan lantas menyebut (|cquote! :"Saudara-saudara! Barangsiapa bersedia menyembah Nabi Muhammad S.A.W., Nabi Muhammad S.A.W. sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa bersedia menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."! |)

Sisa dari pembakaran Bakar mengingatkan bagi para pemeluk Islam yang masih terguncang, termasuk Umar ketika itu, bahwa Nabi Muhammad S.A.W., seperti halnya mereka, yaitu seorang manusia biasa, Sisa dari pembakaran Bakar yang belakang sekali membacakan ayat dari Al Qur'an[4] dan mencoba bagi mengingatkan mereka kembali bagi petuah yang diajarkan Nabi Muhammad S.A.W. yaitu kefanaan makhluk yang dibuat. Setelah peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan. ya Allah

Masa kekhalifahan Sisa dari pembakaran Bakar

Pada masa Sisa dari pembakaran Bakar menjabat bagi khalifah, Umar yaitu salah satu penasehat kepalanya. Setelah meninggalnya Sisa dari pembakaran Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk bagi menggantikan Sisa dari pembakaran Bakar bagi khalifah kedua dalam sejarah Islam.

Menjadi khalifah

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Ketika itu mempunyai dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.

Sejarah mencatat jumlah pertempuran luhur yang menjadi permulaan penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil anggota selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang semakin luhur pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam penghabisannya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci bagi memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang bagi salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih bagi salat ditempat lain supaya tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun yang belakang sekali, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.

Umar memainkan jumlah reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi bagi daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan bagi memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai anggota kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam akannya mulai dihitung ketika peristiwa hijrah.

Wafatnya

Umar bin Khattab dibunuh oleh Sisa dari pembakaran Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada ketika ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz yaitu orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Sisa dari pembakaran Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang ketika itu yaitu negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat, kedudukan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.

Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:

  1. Jika engkau menemukan aib pada seseorang dan engkau akan mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena aibmu semakin jumlah darinya.
  2. Jika engkau akan memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak mempunyai musuh yang semakin berbahaya terhadapmu selain perut.
  3. Jika engkau akan memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun semakin jumlah dalam memberi bagimu dan semakin santun lembut bagimu selain Allah.
  4. Jika engkau bersedia meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Karena apabila engkau meninggalkannya, artiannya engkau terpuji.
  5. Jika engkau berjaga-jaga bagi sesuatu, maka bersiaplah bagi mati. Karena jika engkau tidak bersiap bagi mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
  6. Jika engkau bersedia menuntut sesuatu, maka tuntutlah kehidupan setealh didunia. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Rujukan

  1. ^ Abdul Ghani, M. Ilyas. 2005. op cit. Hal. 39-41.
  2. ^ Ja'farian, Rasul (2003). Sejarah Islam : sejak wafat Nabi SAW sampai runtuhnya Dinasti Bani Umayah (11 - 132 H). Lentera. ISBN 979-3018-77-1. 
  3. ^ (Hayatu Muhammad, M Husain Haikal)
  4. ^ "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika ia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakangan (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakangan, maka ia tidak mampu mendatangkan mudharat bagi Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan bagi orang-orang yang bersyukur." (Al 'Imran ayat 144)

Lihat pula

Referensi

  • Hayatu Muhammad, Muhammad Husain Haikal [1]
  • Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH Munawar Chalil
  • Donner, Fred, The Early Islamic Conquests, Princeton University Press, 1981
  • Guillaume, A., The Life of Muhammad, Oxford University Press, 1955
  • Madelung, Wilferd, The Succession to Muhammad, Cambridge University Press, 1997
  • "G.LeviDellaVida and M.Bonner "Umar" in Encyclopedia of Islam CD-ROM Edition v. 1.0, Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands 1999"
  • Previte-Orton, C. W (1971). The Shorter Cambridge Medieval History. Cambridge: Cambridge University Press.

Tautan luar


edunitas.com

Page 7

Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau semakin dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab:عمر ابن الخطاب) yaitu salah seorang sahabat Nabi Muhammad S.A.W. yang juga yaitu khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga yaitu satu di selang empat orang Khalifah yang digolongkan bagi Khalifah yang diberi segala sesuatu yang diajarkan (Khulafaur Rasyidin).

Genealogi

Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah ketika itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani Makhzum.[2] Umar mempunyai julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-Faruk yang artiannya orang yang mampu memisahkan selang kebenaran dan kebatilan.

Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia mampu membaca dan menulis, yang pada masa itu yaitu sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

Biografi

Sebelum memeluk Islam, Umar yaitu orang yang sangat disegani dan dihormati oleh masyarakat Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah ketika itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup bagi anggota dari pelaksanaan norma budaya Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Nabi Muhammad S.A.W., Umar dikabarkan menyesali afalnya dan menyadari kebodohannya ketika itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Diri sendiri menangis ketika menggali kubur bagi putriku. Ia maju dan yang belakang sekali menyisir janggutku".

Umar juga dikenal bagi seorang peminum berat, beberapa catatan menyebut bahwa pada masa pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum dikurangi larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.

Memeluk Islam

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara membuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan menyebut bahwa kaum Muslim ketika itu mengakui bahwa Umar yaitu lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat adil bagi pandai strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat bagi orang yang paling jumlah dan paling sering menggunakan dayanya bagi menyiksa pengikut Nabi Muhammad S.A.W.

Pada puncak kebenciannya terhadap petuah Nabi Muhammad S.A.W., Umar memutuskan bagi mencoba membunuh Nabi Muhammad S.A.W., namun ketika dalam perjalanannya ia bersua dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad S.A.W. bernama Nu'aim bin Abdullah yang yang belakang sekali memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, petuah yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. yang bersedia dibunuhnya ketika itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud bagi menghukum saudara kandung yang lebih mudanya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu masih membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan yang belakang sekali berkeinginan supaya bacaan tersebut mampu ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyalakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu membelanyani menciptakan hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad S.A.W. yang belakang sekali memeluk petuah yang sangat dibencinya tersebut, hasilnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia susut atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini dikenali selalu membelanya.

Kehidupan di Madinah

Pada tahun 622 M, Umar turut bersama Nabi Muhammad S.A.W. dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Nabi Muhammad S.A.W. Ia dianggap bagi seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal bagi orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad S.A.W. dan petuah Islam pada setiap kesempatan yang mempunyai bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia turut menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad S.A.W.

Wafatnya Nabi Muhammad

Pada ketika kabar wafatnya Nabi Muhammad S.A.W. pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah sampai bagi umat Muslim secara keseluruhan, Umar dikabarkan bagi salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya bagi pemakaman. Dampak syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Nabi Muhammad S.A.W. tidaklah wafat melainkan hanya masih tidak sadarkan diri, dan akan kembali sewaktu-waktu.[3]

Sisa dari pembakaran Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, ia menjumpai Umar masih menahan Muslim lainnya dan lantas menyebut (|cquote! :"Saudara-saudara! Barangsiapa bersedia menyembah Nabi Muhammad S.A.W., Nabi Muhammad S.A.W. sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa bersedia menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."! |)

Sisa dari pembakaran Bakar mengingatkan bagi para pemeluk Islam yang masih terguncang, termasuk Umar ketika itu, bahwa Nabi Muhammad S.A.W., seperti halnya mereka, yaitu seorang manusia biasa, Sisa dari pembakaran Bakar yang belakang sekali membacakan ayat dari Al Qur'an[4] dan mencoba bagi mengingatkan mereka kembali bagi petuah yang diajarkan Nabi Muhammad S.A.W. yaitu kefanaan makhluk yang dibuat. Setelah peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan. ya Allah

Masa kekhalifahan Sisa dari pembakaran Bakar

Pada masa Sisa dari pembakaran Bakar menjabat bagi khalifah, Umar yaitu salah satu penasehat kepalanya. Setelah meninggalnya Sisa dari pembakaran Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk bagi menggantikan Sisa dari pembakaran Bakar bagi khalifah kedua dalam sejarah Islam.

Menjadi khalifah

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Ketika itu mempunyai dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.

Sejarah mencatat jumlah pertempuran luhur yang menjadi permulaan penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil anggota selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang semakin luhur pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam penghabisannya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci bagi memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang bagi salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih bagi salat ditempat lain supaya tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun yang belakang sekali, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.

Umar memainkan jumlah reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi bagi daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan bagi memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai anggota kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam akannya mulai dihitung ketika peristiwa hijrah.

Wafatnya

Umar bin Khattab dibunuh oleh Sisa dari pembakaran Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada ketika ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz yaitu orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Sisa dari pembakaran Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang ketika itu yaitu negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat, kedudukan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.

Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:

  1. Jika engkau menemukan aib pada seseorang dan engkau akan mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena aibmu semakin jumlah darinya.
  2. Jika engkau akan memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak mempunyai musuh yang semakin berbahaya terhadapmu selain perut.
  3. Jika engkau akan memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun semakin jumlah dalam memberi bagimu dan semakin santun lembut bagimu selain Allah.
  4. Jika engkau bersedia meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Karena apabila engkau meninggalkannya, artiannya engkau terpuji.
  5. Jika engkau berjaga-jaga bagi sesuatu, maka bersiaplah bagi mati. Karena jika engkau tidak bersiap bagi mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
  6. Jika engkau bersedia menuntut sesuatu, maka tuntutlah kehidupan setealh didunia. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Rujukan

  1. ^ Abdul Ghani, M. Ilyas. 2005. op cit. Hal. 39-41.
  2. ^ Ja'farian, Rasul (2003). Sejarah Islam : sejak wafat Nabi SAW sampai runtuhnya Dinasti Bani Umayah (11 - 132 H). Lentera. ISBN 979-3018-77-1. 
  3. ^ (Hayatu Muhammad, M Husain Haikal)
  4. ^ "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika ia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakangan (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakangan, maka ia tidak mampu mendatangkan mudharat bagi Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan bagi orang-orang yang bersyukur." (Al 'Imran ayat 144)

Lihat pula

Referensi

  • Hayatu Muhammad, Muhammad Husain Haikal [1]
  • Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH Munawar Chalil
  • Donner, Fred, The Early Islamic Conquests, Princeton University Press, 1981
  • Guillaume, A., The Life of Muhammad, Oxford University Press, 1955
  • Madelung, Wilferd, The Succession to Muhammad, Cambridge University Press, 1997
  • "G.LeviDellaVida and M.Bonner "Umar" in Encyclopedia of Islam CD-ROM Edition v. 1.0, Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands 1999"
  • Previte-Orton, C. W (1971). The Shorter Cambridge Medieval History. Cambridge: Cambridge University Press.

Tautan luar


edunitas.com

Page 8

Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau semakin dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab:عمر ابن الخطاب) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad S.A.W. yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga adalah satu di selang empat orang Khalifah yang digolongkan bagi Khalifah yang diberi segala sesuatu yang diajarkan (Khulafaur Rasyidin).

Genealogi

Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah ketika itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani Makhzum.[2] Umar mempunyai julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-Faruk yang artiannya orang yang mampu memisahkan selang kebenaran dan kebatilan.

Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia mampu membaca dan menulis, yang pada masa itu adalah sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

Biografi

Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh masyarakat Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah ketika itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup bagi anggota dari pelaksanaan norma budaya Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Nabi Muhammad S.A.W., Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya ketika itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku menangis ketika menggali kubur bagi putriku. Ia maju dan yang belakang sekali menyisir janggutku".

Umar juga dikenal bagi seorang peminum berat, beberapa catatan menyebut bahwa pada masa pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum dikurangi larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.

Memeluk Islam

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara membuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan menyebut bahwa kaum Muslim ketika itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat patut bagi pandai strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat bagi orang yang paling jumlah dan paling sering menggunakan dayanya bagi menyiksa pengikut Nabi Muhammad S.A.W.

Pada puncak kebenciannya terhadap petuah Nabi Muhammad S.A.W., Umar memutuskan bagi mencoba membunuh Nabi Muhammad S.A.W., namun ketika dalam perjalanannya ia bersua dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad S.A.W. bernama Nu'aim bin Abdullah yang yang belakang sekali memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, petuah yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. yang bersedia dibunuhnya ketika itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud bagi menghukum saudara kandung yang lebih mudanya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu masih membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan yang belakang sekali berkeinginan supaya bacaan tersebut mampu ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyalakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu membelanyani menciptakan nyaris seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad S.A.W. yang belakang sekali memeluk petuah yang sangat dibencinya tersebut, hasilnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia susut atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini dikenali selalu membelanya.

Kehidupan di Madinah

Pada tahun 622 M, Umar turut bersama Nabi Muhammad S.A.W. dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Nabi Muhammad S.A.W. Ia dianggap bagi seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal bagi orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad S.A.W. dan petuah Islam pada setiap kesempatan yang mempunyai bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia turut menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad S.A.W.

Wafatnya Nabi Muhammad

Pada ketika kabar wafatnya Nabi Muhammad S.A.W. pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah sampai bagi umat Muslim secara keseluruhan, Umar dikabarkan bagi salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya bagi pemakaman. Dampak syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Nabi Muhammad S.A.W. tidaklah wafat melainkan hanya masih tidak sadarkan diri, dan akan kembali sewaktu-waktu.[3]

Sisa dari pembakaran Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, ia menjumpai Umar masih menahan Muslim lainnya dan lantas menyebut (|cquote! :"Saudara-saudara! Barangsiapa bersedia menyembah Nabi Muhammad S.A.W., Nabi Muhammad S.A.W. sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa bersedia menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."! |)

Sisa dari pembakaran Bakar mengingatkan bagi para pemeluk Islam yang masih terguncang, termasuk Umar ketika itu, bahwa Nabi Muhammad S.A.W., seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Sisa dari pembakaran Bakar yang belakang sekali membacakan ayat dari Al Qur'an[4] dan mencoba bagi mengingatkan mereka kembali bagi petuah yang diajarkan Nabi Muhammad S.A.W. yaitu kefanaan makhluk yang dibuat. Setelah peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan. ya Allah

Masa kekhalifahan Sisa dari pembakaran Bakar

Pada masa Sisa dari pembakaran Bakar menjabat bagi khalifah, Umar adalah salah satu penasehat kepalanya. Setelah meninggalnya Sisa dari pembakaran Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk bagi menggantikan Sisa dari pembakaran Bakar bagi khalifah kedua dalam sejarah Islam.

Menjadi khalifah

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Ketika itu mempunyai dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.

Sejarah mencatat jumlah pertempuran luhur yang menjadi permulaan penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil anggota selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang semakin luhur pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam penghabisannya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci bagi memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang bagi salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih bagi salat ditempat lain supaya tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun yang belakang sekali, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.

Umar memainkan jumlah reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi bagi daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan bagi memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai anggota kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam akannya mulai dihitung ketika peristiwa hijrah.

Wafatnya

Umar bin Khattab dibunuh oleh Sisa dari pembakaran Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada ketika ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Sisa dari pembakaran Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang ketika itu adalah negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat, kedudukan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.

Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:

  1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau akan mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu semakin jumlah darinya.
  2. Jika engkau akan memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak mempunyai musuh yang semakin berbahaya terhadapmu selain perut.
  3. Jika engkau akan memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun semakin jumlah dalam memberi bagimu dan semakin santun lembut bagimu selain Allah.
  4. Jika engkau bersedia meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Karena apabila engkau meninggalkannya, artiannya engkau terpuji.
  5. Jika engkau berjaga-jaga bagi sesuatu, maka bersiaplah bagi mati. Karena jika engkau tidak bersiap bagi mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
  6. Jika engkau bersedia menuntut sesuatu, maka tuntutlah kehidupan setealh didunia. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Rujukan

  1. ^ Abdul Ghani, M. Ilyas. 2005. op cit. Hal. 39-41.
  2. ^ Ja'farian, Rasul (2003). Sejarah Islam : sejak wafat Nabi SAW sampai runtuhnya Dinasti Bani Umayah (11 - 132 H). Lentera. ISBN 979-3018-77-1. 
  3. ^ (Hayatu Muhammad, M Husain Haikal)
  4. ^ "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika ia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakangan (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakangan, maka ia tidak mampu mendatangkan mudharat bagi Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan bagi orang-orang yang bersyukur." (Al 'Imran ayat 144)

Lihat pula

Referensi

  • Hayatu Muhammad, Muhammad Husain Haikal [1]
  • Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH Munawar Chalil
  • Donner, Fred, The Early Islamic Conquests, Princeton University Press, 1981
  • Guillaume, A., The Life of Muhammad, Oxford University Press, 1955
  • Madelung, Wilferd, The Succession to Muhammad, Cambridge University Press, 1997
  • "G.LeviDellaVida and M.Bonner "Umar" in Encyclopedia of Islam CD-ROM Edition v. 1.0, Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands 1999"
  • Previte-Orton, C. W (1971). The Shorter Cambridge Medieval History. Cambridge: Cambridge University Press.

Tautan luar


edunitas.com

Page 9

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM

Page 10

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM

Page 11

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan

Page 12

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan

Page 13

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus

Page 14

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus

Page 15

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero

Page 16

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero

Page 17

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) H, H.H.H. Tower, H.M.A. Tihami, H.O.S. Tjokroaminoto, H.O.T., Hak LGBT di Oseania, Hak LGBT di Pakistan, Hak LGBT di Republik Tiongkok, Hak LGBT di Rumania, Halte Cinango, Halte Cisomang, Halte Cisomang layout, Halte Citaliktik, Handil Labuan Amas, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Maluka, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Negara, Kurau, Tanah Laut, Handil Purai, Beruntung Baru, Banjar, Harapan, Tanah Pinem, Dairi, Harapankarya, Pagelaran, Pandeglang, Harappa, Harara, Dusun Timur, Barito Timur

Page 18

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) H, H.H.H. Tower, H.M.A. Tihami, H.O.S. Tjokroaminoto, H.O.T., Hak LGBT di Oseania, Hak LGBT di Pakistan, Hak LGBT di Republik Tiongkok, Hak LGBT di Rumania, Halte Cinango, Halte Cisomang, Halte Cisomang layout, Halte Citaliktik, Handil Labuan Amas, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Maluka, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Negara, Kurau, Tanah Laut, Handil Purai, Beruntung Baru, Banjar, Harapan, Tanah Pinem, Dairi, Harapankarya, Pagelaran, Pandeglang, Harappa, Harara, Dusun Timur, Barito Timur

Page 19

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) I, I Got a Boy, I Got a Boy (lagu), I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai, I Gusti Ketut Jelantik, Ibrahim al-Imam, Ibrahim al-Jaafari, Ibrahim al-Maimuni, Ibrahim al-Marhumi, Ie Mirah, Pasie Raja, Aceh Selatan, Ie Relop, Pegasing, Aceh Tengah, Ie Rhob Babah Lueng, Simpang Mamplam, Bireuen, Ie Rhob Barat, Simpang Mamplam, Bireuen, Ikatan non kovalen, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Pencak Silat Indonesia, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Ilyas, Ilyas Karim, Ilyas Ruhiat, Ilyas Ya'kub

Page 20

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) I, I Got a Boy, I Got a Boy (lagu), I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai, I Gusti Ketut Jelantik, Ibrahim al-Imam, Ibrahim al-Jaafari, Ibrahim al-Maimuni, Ibrahim al-Marhumi, Ie Mirah, Pasie Raja, Aceh Selatan, Ie Relop, Pegasing, Aceh Tengah, Ie Rhob Babah Lueng, Simpang Mamplam, Bireuen, Ie Rhob Barat, Simpang Mamplam, Bireuen, Ikatan non kovalen, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Pencak Silat Indonesia, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Ilyas, Ilyas Karim, Ilyas Ruhiat, Ilyas Ya'kub

Page 21

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) J, J. Willard Marriott, J.A.K.Q. Dengekitai, J.A.K.Q. Dengekitai vs. Goranger, J.B. Jeyaretnam, Jagson Airlines, Jaguar, Jaguar (perusahaan otomotif), Jaguar Cars, Jalan Dago, Jalan dan Jembatan, Jalan dan Jembatan Kelok Sembilan, Jalan di Kota Surakarta, Jalur kereta api di Indonesia, Jalur kereta api di Sydney, Jalur kereta api Duri-Tanahabang, Jalur kereta api Eritrea, Jambu Kulon, Ceper, Klaten, Jambu Luwuk, Ciawi, Bogor, Jambu mawar, Jambu mede

Page 22

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) J, J. Willard Marriott, J.A.K.Q. Dengekitai, J.A.K.Q. Dengekitai vs. Goranger, J.B. Jeyaretnam, Jagson Airlines, Jaguar, Jaguar (perusahaan otomotif), Jaguar Cars, Jalan Dago, Jalan dan Jembatan, Jalan dan Jembatan Kelok Sembilan, Jalan di Kota Surakarta, Jalur kereta api di Indonesia, Jalur kereta api di Sydney, Jalur kereta api Duri-Tanahabang, Jalur kereta api Eritrea, Jambu Kulon, Ceper, Klaten, Jambu Luwuk, Ciawi, Bogor, Jambu mawar, Jambu mede

Page 23

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) O, OB Shift 2, Oba Selatan, Tidore Kepulauan, Oba Tengah, Tidore Kepulauan, Oba Utara, Tidore, Oda Nobunaga, Odair Fortes, Odalengo Grande, Odalengo Piccolo, Oktaf, Oktaf Paskah, Oktal, Oktan, Olivia Dewi, Olivia Lubis Jensen, Olivia Newton John, Olivia Newton-John, Onozalukhu You, Moro O, Nias Barat, Onozalukhu, Lahewa, Nias Utara, Onozitoli Sawo, Sawo, Nias Utara, Onta

Page 24

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) O, OB Shift 2, Oba Selatan, Tidore Kepulauan, Oba Tengah, Tidore Kepulauan, Oba Utara, Tidore, Oda Nobunaga, Odair Fortes, Odalengo Grande, Odalengo Piccolo, Oktaf, Oktaf Paskah, Oktal, Oktan, Olivia Dewi, Olivia Lubis Jensen, Olivia Newton John, Olivia Newton-John, Onozalukhu You, Moro O, Nias Barat, Onozalukhu, Lahewa, Nias Utara, Onozitoli Sawo, Sawo, Nias Utara, Onta

Page 25

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) P, Pa Padi, Krayan, Nunukan, Pa Pala, Krayan, Nunukan, Pa' Amai, Krayan Selatan, Nunukan, Pa' Dalan, Krayan Selatan, Nunukan, Padang Barat, Bintauna, Bolaang Mongondow Utara, Padang Barat, Padang, Padang Baru, Labuhan Haji, Aceh Selatan, Padang Baru, Merapi Selatan, Lahat, Padi (band), Padi (disambiguasi), Padi (grup musik), Padi emas, Pahae Julu, Pahae Julu, Tapanuli Utara, Pahala, Pahala Tambunan, Pakpahan, Onan Runggu, Samosir, Pakpahan, Pangaribuan, Tapanuli Utara, Pakpak, Pakpak Bharat

Page 26

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) P, Pa Padi, Krayan, Nunukan, Pa Pala, Krayan, Nunukan, Pa' Amai, Krayan Selatan, Nunukan, Pa' Dalan, Krayan Selatan, Nunukan, Padang Barat, Bintauna, Bolaang Mongondow Utara, Padang Barat, Padang, Padang Baru, Labuhan Haji, Aceh Selatan, Padang Baru, Merapi Selatan, Lahat, Padi (band), Padi (disambiguasi), Padi (grup musik), Padi emas, Pahae Julu, Pahae Julu, Tapanuli Utara, Pahala, Pahala Tambunan, Pakpahan, Onan Runggu, Samosir, Pakpahan, Pangaribuan, Tapanuli Utara, Pakpak, Pakpak Bharat

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA