Tuliskan 3. kepercayaan pada zaman megalitikum kemudian jelaskan beserta contohnya

tirto.id - Animisme dan Dinamisme merupakan sistem kepercayaan yang hidup ketika masa pra sejarah. Di zaman Mesolitikum, saat manusia menjalankan kehidupan dengan berburu tingkat lanjut, mulai bermukim, dan menanam tumbuhan, kedua sistem kepercayaan ini berkembang.

Dalam buku Sejarah untuk SMA/MA Kelas X, diungkapkan terdapat bukti yang bisa memperkuat keberadaan sistem kepercayaan animisme dan dinamisme pada zaman pra-sejarah.

Terkait pendapat ini, ada lukisan perahu di sebuah nekara yang dikatakan sebagai kendaraan roh untuk menuju alam baka.

Baca juga: Fitnah Pemberontakan Lembu Sora dalam Sejarah Kerajaan Majapahit

Catatan lain juga menjelaskan mengenai rumitnya beberapa upacara penghormatan roh, sistem penguburan, dan pemberian sesaji kepada pohon. Hal itu menunjukkan bentuk sistem kepercayaan masyarakat pra-sejarah, yakni animisme dan dinamisme.

Tuliskan 3. kepercayaan pada zaman megalitikum kemudian jelaskan beserta contohnya

Mengutip penjelasan di laman Kemendikbud, animisme dan dinamisme merupakan kepercayaan yang diyakini manusia di masa pra-sejarah, seperti zaman megalitikum. Manusia pada zaman itu menganut kepercayaan terhadap kekuatan di luar kuasa manusia yang dikategorikan dalam 2 istilah itu.

Pengertian dan Contoh Animisme

Menurut Caroline Pooney dalam African Literature, Animism and Politic (2001:10), kepercayaan animisme bermula dari bahasa latin, yakni “anima” yang diartikan sebagai “roh”.

Secara lengkap, Zakiah Daradjat dalam Perbandingan Agama I (1996:28) menjelaskan, animisme merupakan kepercayaan pada makhluk halus dan roh sebelum manusia mendapatkan pengaruh dari ajaran yang sifatnya wahyu Tuhan.

Ciri animisme ditandai kepercayaan pada adanya roh dari orang yang telah meninggal. Animisme mempercayai bahwa saudara dan orang yang telah mati masih ada di sekitar kerabatnya.

Tuliskan 3. kepercayaan pada zaman megalitikum kemudian jelaskan beserta contohnya

Bukan hanya roh manusia, seperti yang dituliskan oleh A.G. Pringgididgo dalam Ensiklopedi Umum (1973:74), animisme membawa seseorang untuk bisa percaya bahwa alam yang meliputi gunung, hutan, gua, dan kuburan memiliki jiwa sekaligus harus dihormati. Jika tidak, maka roh di benda-benda tersebut akan mengganggu manusia.

Baca juga: Sejarah Kerajaan Panjalu Kediri: Letak, Pendiri, Raja, & Prasasti

Mereka yang dahulu menganut animisme juga turut memohon perlindungan kepada roh-roh untuk menjaga manusia yang masih hidup. Selain itu, penganut animisme juga meminta sesuatu kepada yang dipercayainya, misalnya kesembuhan, kesuksesan panen, keselamatan perjalanan, dan dihindari dari berbagai bencana alam.

Permintaan dan permohonan kepada roh dilakukan dengan memberi sesaji dan upacara-upacara tertentu yang biasanya dipimpin oleh seorang pemuka adat.

Lebih jelasnya, definisi animisme adalah suatu kepercayaan pada kekuatan pribadi yang hidup di balik semua benda, dan merupakan pemikiran yang sangat tua dari seluruh agama. Animisme juga merupakan wawasan mengenai alam semesta dan dunia yang diyakini tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi makhluk hidup saja, tetapi terdapat pula begitu banyak roh yang hidup berdampingan dengan manusia.

Banyak contoh kepercayaan animisme yang berkembang di masyarakat Nusantara. Adapun salah satu contohnya adalah kepercayaan masyarakat Nias yang meyakini bahwa tikus yang sering keluar masuk rumah adalah jelmaan dari roh wanita yang meninggal dalam keadaan melahirkan.

Pengertian dan Contoh Dinamisme (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Berlainan dengan animisme, dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yakni “dunamos” yang berarti kekuatan. Maka itu, dinamisme didefinisikan sebagai kepercayaan yang meyakini benda di sekitar memiliki kekuatan gaib.

Benda tersebut bukan hanya berkekuatan, melainkan juga mengandung zat yang bisa membantu manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Di zaman pra-sejarah, banyak orang menggantungkan hidupnya pada benda-benda yang mereka yakini memiliki kekuatan seperti api, batu, air, pohon, binatang, hingga manusia.

Ketergantungan tersebut sama halnya seperti agama yang memberikan kenyamanan serta rasa aman bagi penganutnya.

Hal ini diungkapkan oleh Edward B. Tylor dalam Primitive Culture: Research into the Development of Mythology, Philosophy, Religion, Langguage, Art and Custom (1871:160), kekuatan dari benda yang disembah ketika masa itu, mampu menyajikan rasa nyaman bagi manusia, tepatnya ketika orang tersebut berdekatan atau bersentuhan dengan yang dipercayainya.

Seiring berjalannya waktu, kepercayaan semacam dinamisme bahkan masih hidup hingga kini. Kita dapat melihat, saat ini masih banyak orang percaya batu cincin ataupun benda jimat lainnya dapat memberi berbagai khasiat, mulai dari kekebalan, kegagahan, hingga ketampanan.

Baca juga:

  • Sejarah Pemberontakan Nambi vs Majapahit: Mati karena Fitnah Keji
  • Sejarah Kesultanan Tidore: Pendiri, Kejayaan, & Daftar Raja-Sultan

Baca juga artikel terkait SEJARAH atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/add)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Addi M Idhom
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

tirto.id - Peninggalan zaman megalitikum dan fungsinya memiliki peran penting dalam masa prasejarah. Sebagai bagian dari salah satu klasifikasi masa prasejarah, di zaman tersebut terdapat beberapa peninggalan berupa batu-batu besar yang dijadikan sebagai hasil kebudayaannya.

Fungsi hasil kebudayaan berupa alat dari batu ini diklaim sebagai media atau tempat beribadah dan mengenang nenek moyang dalam sistem kepercayaan animisme dan dinamisme.

Soejono dan kawan-kawan dalam Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Prasejarah Indonesia (2010) menjelaskan, batu besar yang dijadikan bangunan tersebut adalah medium penghormatan, persinggahan, dan lambang kematian.

Melengkapi pendapat tersebut, Veni Rosfenti dalam Sejarah Indonesia (2020:10) menambahkan, hasil kebudayaan itu ternyata memiliki fungsinya masing-masing dalam beberapa upacara tertentu. Apa saja hasil kebudayaan zaman Megalitikum tersebut?

1. Menhir

Tuliskan 3. kepercayaan pada zaman megalitikum kemudian jelaskan beserta contohnya

Di Indonesia, menhir ditemukan di daerah Sumatera Selatan dan Kalimantan. Benda ini berbentuk menyerupai tiang atau tugu dan bahannya terbuat dari batu. Pembangunannya dimaksud sebagai lambang peringatan kepada roh atau arwah nenek moyang.

Bukan hanya itu, benda ini digunakan untuk mengikat binatang persembahan kepada nenek moyang. Lalu, juga dijadikan sebagai sarana tempat ibadah ketika masyarakat zaman Megalitikum ingin memuja roh pendahulunya.

2. Dolmen

Benda peninggalan kebudayaan yang satu ini berbentuk seperti meja dari batu besar. Permukaan atau bagian atasnya yang rata diduga dijadikan tempat menaruh roh, duduk ketua suku, dan tempat meletakkan persembahan. Bagian bawah batu datar tersebut, terdapat penyangga di bawahnya yang berjumlah empat buah.

3. Punden Berundak-undak

Peninggalan budaya zaman Megalitikum ini berupa bangunan bertingkat, terdiri atas tumpukan batu. Bentuknya yang tinggi ini membuat bangunan ini memiliki tanjakan-tanjakan kecil yang bahannya dari batu.

Diduga, pada zaman dahulu tingkatan teratas punden berundak-undak adalah tempat yang paling suci dan digunakan sebagai tempat memuja roh pendahulu. Bukan hanya dugaan tersebut, bentuk batu bertumpuk ini juga diklaim sebagai asal-usul penciptaan bangunan candi seiring perkembangannya.

4. Kubur Peti

Seperti namanya, benda ini berbentuk peti dan digunakan untuk menaruh jenazah seseorang. Batu yang dibuat dalam bentuk persegi panjang ini nantinya dikubur dan dipendam di dalam tanah setelah dimasukkan jenazah. Di Indonesia, benda ini pernah ditemukan di Kuningan, Jawa Barat.

5. Waruga

Fungsi peninggalan kebudayaan ini sama dengan kubur peti yang dijelaskan sebelumnya. Namun, pembedanya adalah bentuk bendanya. Waruga digambarkan berbentuk bulat atau kubus dan di atasnya terdapat atap yang terlihat seperti genteng rumah (segitiga).

Mayat manusia yang meninggal nantinya ditaruh dalam posisi jongkok di dalam benda ini. Terkait penemuannya, pernah ditemukan di Minahasa, Sulawesi Utara.

6. Sarkofagus

Peninggalan ini masih sama fungsinya dengan kubur peti dan waruga. Namun, bentuknya lebih terkesan cekung atau diklaim menyerupai lesung. Lokasi penemuan hasil kebudayaan zaman Megalitikum yang satu ini adalah di daerah Bali.

7. Patung (Arca)

Seperti yang kita ketahui bahwa patung adalah penggambaran sesuatu makhluk dari bahan apapun. Terkait peninggalan kebudayaan Megalitikum ini, patung atau arca masih terbuat dari bahan batu.

Bentuk benda ini biasanya menyerupai binatang atau manusia. Sedangkan fungsinya, digunakan untuk simbol pemujaan serta lambang roh nenek moyang. Beberapa batu patung atau arca ini pernah ditemukan di Dataran Tinggi Pasemah (pegunungan sekitar Bengkulu dan Palembang).

Baca juga:

  • Menjelajahi Situs Peninggalan Zaman Megalitikum
  • Peradaban Megalitikum Di Kampung Adat Bena

Baca juga artikel terkait MEGALITIKUM atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/dip)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates