Tuliskan 2 pelajaran yang bisa diambil dari kisah Nabi Ayub as

Banjaranegara – Rutinitas setelah pembelajaran siswa dan guru MTs Negeri 1 Banjarnegara adalah mendengarkan kultum. Petugas kultum bukan guru/karyawan, melainkan siswa perwakilan masing-masing kelas dan pengurus OSIM. Tujuan dari hal tersebut adalah agar siswa berlatih berbicara di depan publik sehingga terbentuk mental yang kukuh, karena berbicara di depan publik tidaklah mudah.

Kali ini Rabu (14/4) giliran Fauzan Hanafi siswa kelas 7G berkesempatan menguji mentalnya berbicara di depan para siswa dan guru MTs Negeri 1 Banjarnegara. Masjid Darul Ulum menjadi saksi bahwa Fauzan telah sukses menyampaikan kultumnya. Dia menyampaikan kultum tentang sabar. Menurutnya sabar berasal dari kata sobaro-yasbiru yang artinya menahan.

“Makna sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari perbuatan dosa.” jelas Fauzan.

Contoh yang dapat diambil dasi sikap sabar adalah kisah Nabi Ayub. Beliau sabar atas penyakit yang dideritanya. Dengan sabar setiap hendak beribadah selalu membersihkan luka penyakit kulitnya tanpa mengeluh, dan itu tidak terjadi hanya hitungan hari, melainkan bertahun-tahun.

“Nabi Ayub yang sakit saja yang sakit begitu parah saja bersabar atas penyakitnya. Beliau tetap menjalani ibadah sehari-hari dengan taat.  Jangan sampai kita yang hanya sakit pilek tidak mau menjalani ibadah,” tutur Fauzan.

Dari penjelasan Fauzan, sabar tidaklah mudah. Kebanyakan orang ketika mengalami kesusahan atau mendapat musibah, mereka tidak sabar malah mengeluh. Fauzan bilang ini merupakan perbuatan yang salah karena seharusnya mereka bersabar dan Allah akan mengganti kesusahan dan musibah itu dengan kebahagiaan. Sejalan dengan Firman Allah

“Dan kami menguji kalian dengan rasa sebagian ketakutan, kekurangan harta jiwa, buah-buahan dan kelaparan, serta sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang telah bersabar.” Quran Surat Al-Baqarah ayat 153.

Sabar adalah pilar kebahagiaan bagi seorang hamba. Dengan kesabaran seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menjalani berbagai cobaan. (Rin)

Brilio.net - Dalam Islam, ada 25 nabi yang wajib diketahui. Salah satunya adalah Nabi Ayub. Dalam silsilah, Nabi Ayub masih keturunan dari Nabi Ishaq. Sebagai manusia pilihan, Nabi Ayub dikenal memiliki kesabaran yang luar biasa. Dalam kisahnya, Nabi Ayub pada awalnya melalui kehidupan yang bisa dikatakan sempurna. Sebab beliau dikaruniai harta yang berlimpah, keturunan yang baik, dan akhlak yang mulia.

Namun Allah menguji keimanan Nabi Ayub dengan berbagai cobaan yang berat. Semua yang dimiliki Nabi Ayub sirna, bahkan ia juga mengidap penyakit kulit yang parah. Meski begitu, Nabi Ayub tetap menunjukkan kesabarannya. Ia terus berdoa dan meminta pada Allah untuk diberikan kesembuhan.

Kisah Nabi Ayub telah dijelaskan dalam Alquran. Jika mau mencermatinya, betapa banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari sosok Nabi Ayub as. Dengan mengetahui kisah para nabi terdahulu, kita sebagai seorang Muslim wajib mencontoh dan menjadikannya sebagai teladan.

Allah menguji kesabaran Nabi Ayub.

foto: freepik.com

Allah SWT telah menyebutkan bahwa Nabi Ayub adalah hamba-Nya yang sabar dan penyayang. Tak hanya dari kalangan manusia, dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa Malaikat pun turut memuji keshalehan Nabi Ayub. Mendengar segala pujian tersebut, Iblis pun menaruh cemburu pada Nabi Ayub. Iblis terus menyangkal bahwa Nabi Ayub taat kepada Allah hanya karena Allah memberinya nikmat yang banyak. Seakan membuktikan mukjizat dan keutamaan Nabi Ayub, Allah pun memberikan ujian dengan menghilangkan semua nikmatnya. Allah juga mengizinkan Iblis menghasut Nabi Ayub.

Nabi Ayub yang semula memiliki kekayaan dan hidup berkecukupan, tiba-tiba saja bangkrut. Satu per satu anak-anak Nabi Ayub juga meninggal dunia. Tak sampai di situ, tubuh Nabi Ayub yang semula gagah dan sehat, akhirnya terserang penyakit. Bahkan yang lebih menyedihkan, penyakit tersebut adalah penyakit kulit yang tampak menjijikkan dan belum ada obatnya. Orang-orang yang semula begitu mengagumi Nabi Ayub berubah pergi meninggalkannya. Hanya ada sang istri dan dua saudaranya yang menjaga dan merawat Nabi Ayub.

Nabi Ayub mendapat ujian tersebut selama 18 tahun sebagaimana dijelaskan dalam hadits, "Sesungguhnya Nabiyullah Ayub alaihissalam berada dalam ujian selama delapan belas tahun. Baik keluarga dekat maupun keluarga menolaknya kecuali dua saudara laki-laki dari saudara-saudaranya. Kedua saudara itulah yang selalu memberinya makan dan menemuinya."

Meski mendapat ujian yang berat, semua itu tak mengubah keimanan Nabi Ayub kepada Allah. Beliau terus berdoa meminta kesembuhan sebagaimana dalam surah Al Anbiya ayat 83-84 yang artinya:

"Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketia ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah."

Allah pun mengabulkan doa hambanya, Nabi Ayub diperintahkan oleh Allah untuk menghentakkan kakinya ke tanah. Lalu muncullah air yang di bawah kakinya. Nabi Ayub menggunakan air itu untuk minum dan mandi, sebagai mana dalam surah Shaad ayat 42:

"Hentakkanlah (injaklah dengan keras) kakimu ke atas bumi, niscaya terbit disana mata air yang sejuk, maka mandi dan minumlah, lalu sembuhlah penyakitnya."

Atas kuasa Allah, Nabi Ayub pun kembali sembuh seperti sedia kala. Badannya yang semula digerogoti penyakit dan menua, berubah menjadi segar dan bugar seperti sebelum sakit. Allah juga menganugerahkan kembali nikmat yang besar pada Nabi Ayub, sebagaimana dalam surah Shaad ayat 43:

"Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpul kan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berfikir."

Jakarta -

Nabi Ayub merupakan salah satu utusan Allah SWT di muka bumi. Ia menjadi menjadi salah satu contoh kesabaran yang patut diteladani umat Islam.Kisah teladan Nabi Ayub dikisahkan dalam beberapa tafsir. Dalam Al Bidayah wa An-Nihaya, dan Tafsir Al-Baghawi, dituliskan bahwa Nabi Ayub dahulu merupakan seseorang yang sangat kaya dengan harta berlimpah.Mulai dari sapi, unta, kambing, kuda, dan keledai ia miliki di peternakannya. Bahkan, Nabi Ayub juga memiliki area tanah yang luas hingga tak ada orang yang mampu menyaingi.Nabi Ayub juga dikenal sebagai orang yang baik, bertakwa, dan menyayangi orang miskin. Ia selalu bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan kepadanya.Namun, suatu hari datang ujian untuk Nabi Ayub. Ia ditimpa penyakit judzam (kusta atau lepra) serta musibah yang membuat harta serta anaknya hilang. Akibatnya, semua orang menjauh dari dirinya. Namun, istri Nabi Ayub masih sabar dan menemaninya. Sampai istrinya pun merasa lelah dan mempekerjakan orang lain untuk mengurus Nabi Ayub.

Hanya saja, Nabi Ayub selalu berdzikir kepada Allah untuk diberikan keselamatan dan juga kesehatan. Cobaan yang dialaminya tak hanya sebentar melainkan selama 18 tahun lamanya.

Berdasarkan Quran Surat Al-Anbiya ayat 83 yang berbunyi:Arab: وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ ۚLatin: wa ayyụba iż nādā rabbahū annī massaniyaḍ-ḍurru wa anta ar-ḥamur-rāḥimīnArtinya: Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, '(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.' Dengan kesabaran yang dilakukannya selama 18 tahun, Nabi Ayub pun mendapat mukjizat dari Allah SWT. Ia diberi kesehatan setelah mandi dan minum dari air yang dianugerahi oleh Allah SWT.

Dalam Quran Surat Shaad ayat 41-44 Allah SWT berfirman:Arab: وَاذْكُرْ عَبْدَنَآ اَيُّوْبَۘ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الشَّيْطٰنُ بِنُصْبٍ وَّعَذَابٍۗاُرْكُضْ بِرِجْلِكَۚ هٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَّشَرَابٌ وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرٰى لِاُولِى الْاَلْبَابِوَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِّهٖ وَلَا تَحْنَثْ ۗاِنَّا وَجَدْنٰهُ صَابِرًا ۗنِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌLatin: ważkur 'abdanā ayyụb, iż nādā rabbahū annī massaniyasy-syaiṭānu binuṣbiw wa 'ażāb. urkuḍ birijlik, hāżā mugtasalum bāriduw wa syarāb. wa wahabnā lahū ahlahụ wa miṡlahum ma'ahum raḥmatam minnā wa żikrā li`ulil-albāb. wa khuż biyadika ḍigṡan faḍrib bihī wa lā taḥnaṡ, innā wajadnāhu ṣābirā, ni'mal-'abd, innahū awwābArtinya: Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika dia menyeru Tuhannya, 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.' Allah berfirman, 'Hentakkan lah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.' Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat gandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat. Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukul lah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).Kehidupan Nabi Ayub pun kembali diberkahi oleh Allah SWT. Istri, anak, serta hartanya kembali melimpah. Ia pun kembali bersyukur kepada Allah.Dalam hadist riwayat Bukhari, Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,بَيْنَا أَيُّوبُ يَغْتَسِلُ عُرْيَانًا فَخَرَّ عَلَيْهِ جَرَادٌ مِنْ ذَهَبٍ ، فَجَعَلَ أَيُّوبُ يَحْتَثِى فِى ثَوْبِهِ ، فَنَادَاهُ رَبُّهُ يَا أَيُّوبُ ، أَلَمْ أَكُنْ أَغْنَيْتُكَ عَمَّا تَرَى قَالَ بَلَى وَعِزَّتِكَ وَلَكِنْ لاَ غِنَى بِى عَنْ بَرَكَتِكَ"Di saat (Nabi) Ayub mandi dalam keadaan telanjang, tiba-tiba jatuhlah seekor belalang dari emas. Lalu (Nabi) Ayub 'alaihis salam mengantonginya di bajunya, maka Allah berfirman, 'Bukankah aku telah mencukupimu dari apa yang engkau lihat?' Ayub 'alaihis salam menjawab, 'Betul, wahai Rabbku. Akan tetapi aku tidak akan merasa cukup dari berkah-Mu.'

Nah, kisah Nabi Ayub bisa menjadi pembelajaran bagi kita agar terus bersyukur kepada Allah SWT.

(pay/erd)