Tokoh berikut yang ditunjuk al Mansur sebagai hakim pada masa kekhalifahannya adalah

IBRAHIM TAUFIQ HIDAYATULLAH, NIM. 15370054 (2020) SISTEM KETATANEGARAAN KHALIFAH ABU JA’FAR AL-MANSHUR PADA MASA KHILAFAH ABBASIYAH MENURUT TEORI IBNU KHALDUN TENTANG KEKUASAAN. Skripsi thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Tokoh berikut yang ditunjuk al Mansur sebagai hakim pada masa kekhalifahannya adalah

Tokoh berikut yang ditunjuk al Mansur sebagai hakim pada masa kekhalifahannya adalah

Preview

Text (SISTEM KETATANEGARAAN KHALIFAH ABU JA’FAR AL-MANSHUR PADA MASA KHILAFAH ABBASIYAH MENURUT TEORI IBNU KHALDUN TENTANG KEKUASAAN)
15370054_BAB-I_V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
Tokoh berikut yang ditunjuk al Mansur sebagai hakim pada masa kekhalifahannya adalah
Text (SISTEM KETATANEGARAAN KHALIFAH ABU JA’FAR AL-MANSHUR PADA MASA KHILAFAH ABBASIYAH MENURUT TEORI IBNU KHALDUN TENTANG KEKUASAAN)
15370054_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

Abu Ja‟far Abdullah bin Muhammad Bin Ali Bin Abdillah Bin Abbas. dilahirkan di Humayyah (Haminah) Yordaniyah (95H/ 714M), Bani Abbasiyah mengambil alih pemerintahan dengan Khalifah pertama Abul Abbas As-Saffah, selama empat tahun lebih, As-Saffah hanya berkonsentrasi menumpas sisa-sisa keluarga Bani Umayyah. Dinasti Abbasiyah belumlah kuat pondasinya. Ibukota belum permanen, perangkat dan sistem pemerintahan juga belum berjalan teratur. Segalanya masih rapuh, masih sangat berantakan. Disaat genting itu As-Saffah meninggal karena sakit cacar air, sebelumnya ia telah menunjuk saudaranya Abu Ja‟far dan Isa bin Musa sebagai penggantinya. Abu Ja‟far ketika itu menjabat sebagai Amirul Hajj, pemerintahan yang keras menghadapi lawannya yaitu Bani Umayyah, Khawarij dan juga Syi‟ah yang merasa dikucilkan dari kekuasaaan. Untuk mengamankan kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya seperti Abdullah Bin Ali, Abu Muslim dengan kekuatan perangnya, namun dengan cerdiknya satu-persatu disingkirkan. Serta membetuk kebijakan-kebijakan dalam tatanan negara untuk memajukan pemerintahan yang ideal. Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang dapat dirumuskan yaitu Bagaimana Sistem Ketatanegaraan Khalifah Abu Ja‟far Al-Manshur dan Bagaimana Sistem Ketatanegaraan Khalifah Abu Ja‟far Al-Manshur Menurut Teori Ibnu Khaldun tentang Kekuasaan. Adapun tujuan dari penulis adalah untuk memahami tentang Sistem Ketatanegaraan yang terjadi pada masa Khalifah Abu Ja‟far. Serta untuk memahami secara mendalam tentang Sistem Ketataegaraan Khalifah Abu Ja‟far menurut teori Ibnu Khaldu tentang Kekuasaan. Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah untuk menambah ilmu penetahuan tentang Sitem Ketatanegaraan Abu Ja‟far Al-Manshur pada masa Khilafah Abbasiyah, umumnya bagi kawan-kawan mahasiswa Jurusan Hukum Tata Negara (Siyasah) dan khususnya bagi penulis sendiri. Dan adapun jenis atau metode penelitian yang digunakan skripsi ini yaitu kajian pustaka, diskriptif analisis, dimana data-data yang didapat merupakan data bersumber dari buku-buku, jurnal, makalah, kitab yang berhubungan dengan skripsi ini, sedangkan dalam teknik analisis dengan menggunakan teori Ibnu Khaldun tentang Kekuasaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pada masa pemerintahan Abu Ja‟far banyak menghadapi berbagai kesulitan terutama pemberontakan dari dalam dan dari luar. Abu Ja‟far menghadapi lawan-lawannya terutama dari pamannya Abdullah bin Ali, Abu Muslim panglima tentara yang terkuat dan Bani Ali (keturunan Ali), serta Konstantin V dan kaum Alawiyin. kebijakan dalam pemeritahan Abu Ja‟far Al-Manshur sangatlah cerdik dan berhati-hati, ia membangun pemerintahan dan ibukota di Baghdad dekat Pesia, memperkuat militer, jawatan pos, adminitrasi negara serta membentuk wizarah.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

Tokoh berikut yang ditunjuk al Mansur sebagai hakim pada masa kekhalifahannya adalah
View Item

NET

Ilustrasi

Red: cr01

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika khalifah Abu Ja'far Al-Manshur meninggal di tengah perjalanan untuk menunaikan ibadah haji, Al-Mahdi sedang berada di Baghdad mewakilinya mengurus kepentingan negara. Di sanalah Al-Mahdi mendengar kabar kematian ayahnya tercinta sekaligus pengangkatan dirinya sebagai khalifah.Setelah merasa mampu menguasai kesedihannya, ia berpidato di hadapan orang banyak. Di antara isi pidatonya, “Sesungguhnya Amirul Mukminin adalah seorang hamba yang diminta, lalu dia penuhi permintaan itu. Rasulullah Saw pernah menangis saat berpisah dengan orang-orang yang dicintainya. Kini aku berpisah dengan sosok yang agung, kemudian aku diberi beban yang sangat berat. Hanya kepada Allah aku mengharap pahala untuk Amirul Mukminin, dan hanya kepada-Nya aku memohon pertolongan untuk memimpin kaum Muslimin.”Al-Mahdi dikenal sebagai sosok dermawan, pemurah, terpuji, disukai rakyat serta banyak memberikan hadiah-hadiah. Selain itu, ia juga mengembalikan harta-harta yang dirampas secara tidak benar. Ia lahir pada 129 H. Ada juga yang mengatakan 126 H. Ibunya bernama Ummu Musa binti Al-Manshur Al-Himyariyah.

Al-Mahdi adalah khalifah pertama yang memerintahkan ulama untuk menulis buku menentang orang-orang Zindiq dan mulhid (ingkar). Menurut Adz-Dzahabi seperti dikutip Imam As-Suyuthi dalam Tarikh Al-Khulafa’, dialah yang pertama kali membuat jaringan pos antara Irak dan Hijaz.

Berbeda dengan pemerintahan ayahnya yang penuh dengan perjuangan melawan berbagai kesulitan untuk menstabilkan keadaan negara, masa pemerintahan Al-Mahdi bisa dikatakan masa kejayaan dan kemakmuran. Rakyat dapat hidup dengan tenteram dan damai. Sebab negara pada waktu itu berada dalam keadaan stabil dan mantap. Keuangan negara terjamin dan tidak ada satu pun gerakan penting dan signifikan yang mengancam keselamatan negara.Masa pemerintahan Al-Mahdi dimulai dengan pembebasan para napol (narapidana politik) dan tapol (tahanan politik). Kebanyakan dari golongan Alawiyah (pendukung Ali), terkecuali para kriminal yang dipenjarakan menurut undang-undang yang berlaku.Pembangunan yang dilakukan di masa itu meliputi peremajaan bangunan Ka’bah dan Masjid Nabawi, pembangunan fasilitas umum, pembangunan jaringan pos yang menghubungkan kota Baghdad dengan kota-kota besar Islam lainnya.

Di antara kebijakan Al-Mahdi adalah menurunkan pajak bagi golongan kafir dzimmi, juga memerintahkan pegawai-pegawainya untuk tidak bersikap kasar ketika memungut pajak, karena sebelumnya mereka diintimidasi dengan berbagai cara agar membayar pajak.

Penaklukan di masa Khalifah Al-Mahdi meliputi daerah Hindustan (India) dan penaklukan besar-besaran terjadi di wilayah Romawi. Selain itu, Al-Mahdi juga bersikap keras terhadap orang-orang yang menyimpang dari ajaran Islam, yaitu mereka yang menganut ajaran Manawiyah Paganistik (penyembah cahaya dan kegelapan) atau lebih dikenal dengan sebutan kaum Zindiq. Setelah itu sebutan Zindiq dialamatkan kepada siapa saja yang mulhid atau para ahli bid’ah.

Gerakan lain yang muncul pada masa kepemimpinannya adalah gerakan Muqanna Al-Khurasani yang menuntut dendam atas kematian Abu Muslim Al-Khurasani. Selain itu, gerakan ini merupakan percobaan Persia untuk merebut kembali kekuasaan dan pengaruh dari bangsa Arab, khususnya Bani Abbasiyah. Al-Muqanna mengajarkan kepada para pengikutnya tentang pengembalian ruh ke dunia dalam jasad yang lain, yang lebih dikenal dengan reinkarnasi. Tentu saja gerakan ini sangat sesat dan menyesatkan.Kemunculan Al-Muqanna menimbulkan kekhawatiran khalifah, selain karena para pengikutnya yang bertambah banyak, mereka juga sering memenangkan peperangan menghadapi kaum Muslimin serta menawan Muslimah dan anak-anak. Oleh sebab itu, Al-Mahdi mengirim pasukan besar menghadapi gerakan tersebut. Terjadilah pengepungan di sebuah kota di mana Al-Muqanna bersembunyi. Pengepungan itu berlangsung cukup lama. Di luar perkiraan pasukan Al-Mahdi, sebuah aksi bunuh diri massal dilakukan Al-Muqanna bersama pengikut-pengikutnya, yaitu dengan cara membakar diri.Pada tahun 159 H, Al-Mahdi mengangkat kedua anaknya, Musa Al-Hadi dan Harun Ar-Rasyid, sebagai putra mahkota secara berurutan. Pada tahun 169 H, Al-Mahdi meninggal dunia. Ia memerintah selama 10 tahun. Satu riwayat menyebutkan dia meninggal karena jatuh dari kudanya ketika sedang berburu. Riwayat lain mengatakan dia meninggal karena diracun.

sumber : Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni

www.citizenx.org

Patung Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur yang dihancurkan di Baghdad.

Red: cr01

REPUBLIKA.CO.ID, Abu Ja'far Al-Manshur menjabat khalifah kedua Bani Abbasiyah menggantikan saudaranya Abul Abbas As-Saffah. Abu Ja'far Al-Manshur adalah putra Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib yang juga saudara kandung Ibrahim Al-Imam dan Abul Abbas As-Saffah. Ketiganya merupakan pendiri Bani Abbasiyah.

Ketikah Khalifah Abul Abbas As-Saffah meninggal, Abu Ja'far sedang menunaikan ibadah haji bersama Panglima Besar Abu Muslim Al-Khurasani. Yang pertama kali dilakukan Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur setelah dilantik menjadi khalifah pada 136 H/754 M adalah mengatur politik dan siasat pemerintahan Bani Abbasiyah. Jalur-jalur pemerintahan ditata rapi dan cermat, sehingga pada masa pemerintahannya terjalin kerjasama erat antara pemerintah pusat dan daerah. Begitu juga antara qadhi (hakim) kepala polisi rahasia, kepala jawatan pajak, dan kepala-kepala dinas lainnya.

Selama masa kepemimpinannya, kehidupan masyarakat berjalan tenteram, aman dan makmur. Stabilitas politik dalam negeri cenderung aman dan terkendali, tidak ada gejolak politik dan pemberontakan-pemberontakan.Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur sangat mewaspadai tiga kelompok yang menurutnya dapat menjadi batu sandungan Bani Abbasiyah dan dirinya. Kelompok pertama dipimpin Abdullah bin Ali, adik kandung Muhammad bin Ali, paman Abu Ja'far sendiri. Ia menjabat panglima perang Bani Abbasiyah. Kegagahan dan keberaniannya dikenal luas. Pengikut Abdullah bin Ali sangat banyak serta sangat berambisi menjadi khalifah.Kelompok kedua dipimpin Abu Muslim Al-Khurasani, orang yang berjasa besar dalam membantu pendirian Dinasti Abbasiyah. Karena keberanian dan jasa-jasanya, ia sangat disegani serta dihormati di kalangan Bani Abbasiyah. Masyarakat luas banyak yang menjadi pengikutnya. Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur khawatir pengaruh Abu Muslim terlalu besar terhadap pemerintahan Bani Abbasiyah.Kelompok ketiga adalah kalangan Syiah yang dipimpin pendukung berat keturunan Ali bin Abi Thalib. Masyarakat luas banyak yang simpati karena dalam melakukan gerakan mereka membawa nama-nama keluarga Nabi Muhammad Saw.Setelah berhasil mengantisipasi kelompok-kelompok yang dapat menjadi batu sandungan pemerintahannya, Al-Manshur kembali dapat mencurahkan perhatiannya pada pengembangan kebudayaan dan peradaban Islam. Ia adalah orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, sehingga memberikan dorongan dan kesempatan yang luas bagi cendekiawan untuk mengembangkan riset ilmu pengetahuan. Penerjemahan buku-buku Romawi ke dalam bahasa Arab, yang menjadi bahasa internasional saat itu dilakukan secara khusus dan profesional. Ilmu falak (astronomi) dan filsafat mulai digali dan dikembangkan.Pada awal pemerintahannya, Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur benar-benar meletakkan dasar-dasar ekonomi dan keuangan negara dengan baik dan terkendali. Oleh sebab itu, tidak pernah terjadi defisit anggaran besar-besaran. Kas negara selalu penuh, uang yang masuk lebih banyak daripada uang keluar. Ketika Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur meninggal dunia, harta yang ada dalam kas negara sebanyak 810.000.000 dirham.Ada kisah menarik tentang Abu Ja'far Al-Manshur dan Abu Hanifah. Ketika selesai membangun Baghdad, Abu Ja'far mengundang para ulama terkemuka. Imam Abu Hanifah termasuk di antara mereka.

Saat itulah Abu Hanifah ditawari sebagai Hakim Tinggi (Qadhi Qudha). Namun Abu Hanifah menolak keras. Ketika diancam agar bersedia memegang jabatan itu, Abu Hanifah mengucapkan kalimat yang dicatat sejarah, "Seandainya anda mengancam untuk membenamkanku ke dalam sungai Eufrat atau memegang jabatan itu, sungguh aku akan memilih untuk dibenamkan."

Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur amat murka. Apalagi ketika ia mendapatkan laporan bahwa sang imam menaruh simpati pada gerakan Muhammad bin Abdullah di Tanah Hijaz. Abu Hanifah ditangkap dan dipenjara hingga meninggal.Selain meletakkan pondasi ekonomi, Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur juga menertibkan pemerintah untuk memperkuat kekuasaan Bani Abbasiyah. Penertiban ini dilakukan dalam bidang administrasi dan mengadakan kerjasama antar pejabat pemerintahan dengan sistem kerja lintas sektoral.Khalifah Al-Manshur juga mengadakan penyebaran dakwah Islam ke Byzantium, Afrika Utara dan mengadakan kerjasama dengan Raja Pepin dari Prancis. Saat itu, kekuasaan Bani Umayyah II di Andalusia dipimpin oleh Abdurrahman Ad-Dakhil.Menjelang pengujung 158 H, Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Namun dalam perjalanan ia sakit lalu meninggal dunia. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan memerintah selama 22 tahun. Jenazahnya dibawa dan dikebumikan di Baghdad.

sumber : Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni