Tidak menggunakan bom dalam menangkap ikan di laut bagi nelayan merupakan contoh sikap brainly

Penangkapan ikan berlebih adalah salah satu bentuk eksploitasi berlebihan terhadap populasi ikan hingga mencapai tingkat yang membahayakan. Hilangnya sumber daya alam, laju pertumbuhan populasi yang lambat, dan tingkat biomassa yang rendah merupakan hasil dari penangkapan ikan berlebih, dan hal tersebut telah dicontohkan dari perburuan sirip hiu yang belebihan dan mengganggu ekosistem laut secara keseluruhan.[1] Kemampuan usaha perikanan menuju kepulihan dari jatuhnya hasil tangkapan akibat hal ini tergantung pada kelentingan (resillience) ekosistem ikan terhadap turunnya populasi. Perubahan komposisi spesies di dalam suatu ekosistem dapat terjadi pasca penangkapan ikan berlebih di mana energi pada ekosistem mengalir ke spesies yang tidak ditangkap.

Tidak menggunakan bom dalam menangkap ikan di laut bagi nelayan merupakan contoh sikap brainly

400 ton ikan mackerel ditangkap dengan pukat. Ukuran pukat dapat diperkirakan berdasarkan dengan keberadaan kru kapal di sisi kiri gambar

Tidak menggunakan bom dalam menangkap ikan di laut bagi nelayan merupakan contoh sikap brainly

Grafik yang menunjukkan penurunan tangkapan ikan kod atlantik setelah terjadinya penangkapan berlebih

Dampak penangkapan ikan berlebih secara tidak langsung adalah mengurangi pendapatan nelayan sehingga sebagian beralih profesi. Di Laut China Timur, nelayan beralih profesi dari perikanan tangkap ke budi daya perairan, pemrosesan ikan, dan wisata bahari setelah hasil tangkapan lokal menurun.[2]

Umumnya ikan ditangkap ketika sudah mencapai ukuran tubuh tertentu, dan ikan berukuran kecil tidak tertangkap oleh jaring atau dilepaskan oleh nelayan. Ikan yang ditangkap berlebih berdasarkan ukuran tubuh akan menyebabkan ikan yang tersisa di populasi merupakan ikan berusia muda yang masih jauh dari tahap kematangan seksual sehingga sulit bagi populasi untuk mengembalikan populasi.[3][4] Hal ini akan menjadikan tangkapan berikutnya menjadi lebih sedikit, sehingga peraturan dilonggarkan untuk menjaga pendapatan nelayan.

Kerusakan berdasarkan ekosistem

Penurunan populasi terjadi ketika penangkapan ikan berlebih mempengaruhi keseimbangan ekosistem, misal dengan menghabisi satu tingkatan trofik tertentu sehingga tingkatan trofik di atasnya tidak mendapatkan mangsa. Contoh lainnya adalah penangkapan ikan tuna berlebih yang menyebabkan populasi ikan kecil seperti ikan teri mengalami peningkatan.

  • Di Peru, penurunan hasil tangkapan jatuh pada tahun 1970an akibat penangkapan ikan berlebih dari gangguan cuaca oleh El Niño.[5][6][7] Ikan teri dulunya merupakan sumber daya alam yang utama bagi Peru dengan hasil tangkapan lebih dati 10 juta metrik ton per tahun, namun setelah tahun 1971 jumlahnya terus menurun hingga hanya 4 juta metrik ton per tahun.[5]
  • Di pulau Newfoundland, Kanada, populasi ikan kod mengalami penurunan drastis.[8] Pada tahun 1992, Kanada mengeluarkan moratorium yang melarang penangkapan ikan di wilayah tersebut hingga waktu yang tidak ditentukan.[9]
  • Berbagai ikan demersal laut dalam seperti Hoplostethus atlanticus, Dissostichus eleginoides, dan Anoplopoma fimbria berada dalam kondisi terancam karena penangkapan ikan berlebih. Ikan laut dalam merupakan jenis ikan yang sangat lambat pertumbuhan dan laju reproduksinya. Ikan jenis ini baru mencapai tahap kematangan seksual pada usia 30 atau 40 tahun. Ikan laut dalam juga berada di perairan internasional yang tidak dilindungi oleh peraturan negara manapun. Ikan laut dalam semakin diincar sejak ditemukannya teknologi pendingin yang dapat dibawa hingga ke laut bebas.[10]

Konvensi PBB mengenai Hukum Laut berkaitan erat dengan aspek penangkapan ikan berlebih.[11]

  • Pasal 61 mewajibkan negara pemilik garis pantai untuk mempertahankan sumber daya alam di dalam ruang lingkup ZEE mereka untuk menjauhkannya dari status terancam dan tereksploitas berlebihan.
  • Pasal 62 mengizinkan negara pemilik garis pantai untuk mendayagunakan secara optimum sumber daya alam di ZEE tanpa melanggar pasal 61.
  • Pasal 65 mengizinkan negara pemilik garis pantai untuk melarang, membatasi, atau mengatur eksploitasi hewan laut.

Berdasarkan beberapa pengamat, penangkapan ikan berlebih dapat dipandang sebagai tragedi kebersamaan (tragedy of commons), yaitu sebuah konsep di mana kepemilikan bersama justru menimbulkan kerugian bagi semua. Dalam hal ini, kepemilikan bersama adalah sumber daya perairan. Melalui kepemilikan perseorangan, seperti privatisasi sumber daya perairan dan budi daya ikan, menurut mereka, dapat menjadi solusi. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap populasi ikan halibut di British Columbia memperlihatkan dampak positif setelah sebagian dari sumber daya perairan di sana diprivatisasi.[12]

Solusi lainnya adalah kuota penangkapan ikan yang diberlakukan di mana nelayan hanya diizinkan untuk melabuhkan sejumlah ikan. Kemungkinan lainnya adalah menerapkan "kawasan dilarang masuk", di mana pada kawasan tersebut tidak boleh ada aktivitas penangkapan ikan komersial dan pelayaran sipil. Penerapan larangan masuk ini dapat berlangsung dalam batas waktu yang tidak ditentukan atau hanya diterapkan pada waktu tertentu saja, misal pada saat ikan berkembang biak.

Budi daya ikan

Pada tahun 2009, peneliti di Australia berhasil untuk pertama kalinya membiakkan tuna sirip biru di tangki tertutup dan membuka jalan untuk budi daya ikan tuna menggantikan penangkapan tuna di laut bebas.[13]

Penghapusan subsidi

Beberapa peneliti memaparkan bahwa subsidi yang dibayarkan kepada beberapa negara ke pelaku penangkapan ikan komersial laut dalam tidak diatur dengan ketat. Subsidi terutama diberikan pada bahan bakar dan kepemilikan teknologi penangkapan ikan seperti kapal penangkap ikan, jaring ikan ukuran besar dengan mesin penarik, pukat harimau, dan sebagainya. Akibatnya ikan laut dalam yang berumur panjang yang membutuhkan waktu lama untuk mencapai usia kematangan seksual mengalami penurunan populasi. Ekosistem terumbu karang laut dalam yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk berkembang bisa rusak dengan mudah karena jaring yang ditarik di dasar laut.[14]

Ilmuwan Daniel Pauly dan Ussif Rashid Sumaila telah meneliti subsidi pada kapal pukat laut dalam di berbagai negara. Sekitar 152 juta USD per tahun dikeluarkan dan sebagian besar untuk bahan bakar kapal berukuran besar tersebut. Dinyatakan bahwa subsidi ini merupakan pemborosan karena membutuhkan energi yang sangat besar untuk menarik jaring di laut dalam.[14]

Kesadaran konsumen

Berbagai lembaga swadaya masyarakat seperti Marine Stewardship Council melakukan pelabelan terhadap hasil laut yang ditangkap atau dibudidayakan secara lestari sehingga konsumen dapat memilih hasil laut yang tidak ditangkap secara berlebihan. Lembaga lainnya yang melakukan hal serupa yaitu Friend of the Sea dan Seafood Choices Alliance. Monterey Bay Aquarium membuat program Seafood Watch, dan NOAA membuat program serupa untuk membantu konsumen memilih produk.

  Portal Pertanian

  • Kapal pabrik
  • Kuota penangkapan ikan individu

  1. ^ Scales, Helen (29 Maret 2007). "Shark Declines Threaten Shellfish Stocks, Study Says". National Geographic News. Diakses tanggal 2012-05-01. 
  2. ^ "Pollution, overfishing destroying E. China Sea fishery". China Dailiy. 2006-08-16. 
  3. ^ "Fish recruitment". The Scottish Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-01. Diakses tanggal 16 October 2013. 
  4. ^ Pauly, Daniel (1983). Some simple methods for the assessment of tropical fish stocks. FAO Fisheries technical paper 234. ISBN 92-5-101333-0. Diakses tanggal 2012-05-01. 
  5. ^ a b "Peruvian Anchovy Case: Anchovy Depletion and Trade". Trade and Environment Database. 1999. Diakses tanggal 2012-01-05. 
  6. ^ Foreign Assistance Legislation for Fiscal Year 1982. Committee on Foreign Affairs. 1981. 
  7. ^ "Peru - Fishing". Federal Research Division of the U.S. Library of Congress. Diakses tanggal 2012-05-01. 
  8. ^ Kunzig, R (April 1995). "Twilight of the Cod". Discover: 52. Diakses tanggal 2012-05-01. 
  9. ^ Kurlansky, Mark (1997). "11–12". Cod: A Biography of the Fish That Changed the World. New York: Walker. ISBN 0-8027-1326-2. 
  10. ^ Floyd, Mark (2007). "Long-lived deep-sea fishes imperilled by technology, overfishing". AAAS. Diakses tanggal 2012-05-01. 
  11. ^ "Text of the United Nations Convention on the Law of the Sea: Part V". Diakses tanggal 2012-05-01. 
  12. ^ Benjamin, Daniel K (2001). "Fisheries are Classic Example of the Tragedy of the Commons". PERC Reports. 19 (1). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-02-19. 
  13. ^ "The Top 10 Everything of 2009: Top 10 Scientific Discoveries: 5. Breeding Tuna on Land". Time. 8 December 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-26. Diakses tanggal 2012-05-01. 
  14. ^ a b "The last wild hunt – Deep-sea fisheries scrape bottom of the sea" (PDF). AAAS. 2007. Diakses tanggal 2012-05-01. 

  • "Growth overfishing". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-25. Diakses tanggal 2012-05-01. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penangkapan_ikan_berlebih&oldid=19621017"