Daftar isi
Rendah emisi gas rumah kacaSuntingGas rumah kaca merupakan pendorong utama perubahan iklim. Komponen terbesar dalam gas rumah kaca adalah karbon dioksida (CO2). Pada tahun 2018, 87% emisi CO2 global berasal dari bahan bakar fosil dan industri.[1] Selain itu, komponen terbesar kedua adalah metana (CH4). Metana memiliki kemampuan mengikat panas 30 kali lebih tinggi dari pada CO2. Energi ramah lingkungan seharusnya mengemisikan CO2 maupun gas rumah kaca lainnya dalam jumlah yang rendah, bahkan hampir tidak ada. Baik pada proses pra-pembangunan pembangkit, saat beroperasi, hingga dekomisioning. Sumber energi yang mengemisikan gas rumah kaca paling rendah antara lain: tenaga hidro, tenaga surya, tenaga angin, tenaga geothermal, dan tenaga nuklir. Show
Pengertian Energi HijauDalam jurnal Directory Journal of Economic 2(3), dijelaskan bahwa energi hijau adalah energi bersih yang tidak mencemari atau menambah polutan di atmosfer. Selain itu, definisi energi hijau menurut para ahli juga tercatat dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan 5(4), yang menyatakan bahwa energi hijau adalah energi yang efisien. Hal tersebut dikarenakan energi ini diperoleh dari sumber yang ramah lingkungan dan relatif tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Dalam jurnal tersebut juga dijelaskan bahwa energi hijau menggunakan sumber energi alternatif atau terbarukan seperti sinar matahari, angin, air, panas bumi, dan bioenergi. Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa energi hijau merupakan sumber energi yang berasal dari bahan-bahan yang relatif aman dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Transisi Energi Fosil ke Energi HijauAncaman dari perubahan iklim semakin menegaskan kebutuhan untuk beralih dari bahan bakar fosil. Energi hijau dapat menjadi solusinya. Berbeda dari energi fosil, energi hijau berasal dari sumber daya yang terbarukan dan ramah bagi lingkungan. Transisi dari energi fosil ke energi hijau akan menekan jumlah emisi karbon secara efektif, dengan begitu akan menahan laju perubahan iklim. Beberapa tahun terakhir, Energi hijau atau Energi Baru Terbarukan (EBT) berkembang dengan pesat di seluruh dunia. Berbagai negara maju mulai berkomitmen untuk melakukan revolusi energi. Beberapa negara yang telah beralih ke EBT di antaranya seperti Jerman, Inggris, Swedia, Swiss, Islandia, Jerman, dan Amerika Serikat. Ads Sementara itu, Indonesia, negara yang kaya akan sumber daya alam ini masih bergantung pada energi fossil. Berlimpahnya sumber daya alam, khususnya energi fosil, telah membuat pemerintah dan masyarakat ketergantungan. Padahal, energi alternatif yang bersih dan terbarukan tersedia berlimpah di Indonesia. Menengok keberhasilan negara maju dalam mengembangkan energi hijau, pemerintah Indonesia pun berupaya melakukan hal serupa di sektor energi hijau. Pemerintah, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mencanangkan komitmen untuk mengurangi emisi dengan pengembangan energi baru terbarukan. Pemerintah menetapkan target penggunaan energi baru terbarukan sebesar 23% dari total bauran energi nasional pada tahun 2025, seperti yang termuat dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Mengenal Energi AlternatifFoto: AfiGreen ADVERTISEMENT Seperti yang sudah disebutkan sebelunya, energi alternatif atau energi yang bisa diperbarui adalah jenis yang ramah lingkungan. Hal ini bisa menjadi solusi dari masalah global warming yang terus merajalela. Dilansir dari Natural Resources Defense Council (NRDC), energi alternatif adalah sebuah invasi tingkat tinggi yang bisa menurunkan pengeluaran bulanan masyarakat. Tak hanya itu, teknologi ini pun sangat menjanjikan karena ramah lingkungan. Energi alternatif juga biasa dikenal dengan energi yang bersih. Maksudnya, jenis energi ini hadir dari berbagai sumber alami yang terus diisi ulang. Contohnya sinar matahari dan juga angin yang tetap bersinar dan berembus meski ketersediaannya sangat tergantung waktu dan cuaca. Banyak orang yang menganggap energi alternatif sebagai teknologi baru. Padahal dalam kehidupan, energi alternatif sendiri sudah digunakan dan dimanfaatkan sedari dulu. Seperti angin yang digunakan untuk menggerakan perahu yang mengarungi lautan serta kincir angin yang digunakan untuk menggiling biji-bijian. Bahkan energi gratis seperti matahari sudah digunakan untuk menghangatkan tubuh di siang hari dan membantu menyalakan api. Meski deikian, selama 500 tahun terakhir manusia beralih menggunakan sumber energi yang lebih murah dan kotor seperti batu bara. Meski demikian, yuk kita ketahui apa saja jenis energi alternatif yang ada. Jika bisa dimanfaatkan untuk menyelamatkan bumi kita, kenapa tidak? Baca Juga: Vitamin B6 untuk Ibu Hamil, Ketahui Manfaat, Dosis, dan Sumber Alaminya |