Tegangan listrik dirumahmu 220 volt.Tegangan listrik termasuk besaran... a.turunanb.vektorc.skalard.pokokApa yang akan terjadi pada lampu Jika lampu 220 Volt diberi tegangan 110 VoltTegangan listrik di rumah 220 V. Sebuah Alat listrik dengan hambatan 20 ohm dipasang pada tegangan listrik tersebut. Nilai efektif dan maksimum arus listrik alat tersebut adalah....Biaya ketidakstabilan VoltaseKetika kita menyalakan satu / beberapa perangkat elektronik secara bersamaan, kemudian terjadi pergerakan naik / turun dari tegangan (Voltase) listrik, maka hal itu otomatis akan ikut mempengaruhi jumlah besar / kecilnya daya (Watt) listrik yang sedang mengalir ke perangkat-perangkat elektronik tersebut. Saat Voltase bergerak naik, maka besaran Watt akan bertambah. Demikian juga sebaliknya. Show
Berapa jumlah bertambahnya nilai daya (Watt) yang terjadi? Seandainya sebuah bohlam berdaya 5 watt ~ 220 Volt mengalami kenaikan tegangan pada kisaran 230 Volt, maka bohlam tersebut akan menerima jumlah daya sebesar : = (5 Watt / 220 Volt) x 230 Volt Jika terjadi kenaikan tegangan hingga kisaran 250 Volt, maka jumlah daya yang diterima oleh bohlam tadi menjadi : = (5 Watt / 220 Volt) x 250 Volt Demikian juga halnya jika terjadi penurunan tegangan. Misalnya, dengan spesifikasi bohlam yang sama di atas, mengalami penurunan tegangan hingga angka 190 Volt, maka bohlam tersebut akan menerima jumlah daya sebesar : = (5 Watt / 220 Volt) x 190 Volt Efek dari kenaikan voltase akan berakibat pada kualitas sinar dari lampu menjadi lebih terang. Dalam keadaan voltase normal (220 Volt), kita harus menggunakan lampu dengan kapasitas Watt lebih besar agar mendapatkan sinar lampu yang lebih terang. Logika ini menunjukkan bahwa penyebab lebih terangnya cahaya lampu saat terjadi kenaikan Voltase adalah bertambah besarnya jumlah daya listrik (Watt) yang diterima oleh lampu. Lonjakan kenaikan Voltase cenderung bersifat dinamis dan tidak diam pada angka tertentu saja. Berdasarkan yang saya alami, nilai kenaikan dari lonjakan berada pada kisaran angka 225 Volt s/d 230 Volt. Pada kisaran angka tersebut, kelebihan terang dari cahaya lampu yang dihasilkan tidaklah terlalu terasa / terlihat. Namun, hal itu tetap akan berdampak tercatat pada meteran listrik PLN. Jika melihat contoh dari efek kenaikan Voltase pada bohlam di atas, tidak terlihat perbedaan mencolok dan pengaruh yang besar. Baik dari sisi fisik perangkat maupun biaya pemakaian daya yang harus dikeluarkan. Terlebih lagi, perhitungan waktu pemakaian daya dari kelebihan Watt di atas menggunakan satuan jam. Sedangkan dinamika pergerakkan dari ketidakstabilan Voltase yang terjadi hanya dalam hitungan satuan detik (mungkin lebih kecil dari itu). Walau pun begitu, hal itu biasanya terjadi terus-menerus selama periode waktu antara 2 s/d 3 jam saat pagi (mulai pukul 05.00) dan / atau sore hari (mulai pukul 16.00). Dinamika pergerakan Voltase ini, terjadi berbeda-beda antara sesama pelanggan PLN. Biasanya, dipengaruhi oleh daerah / lokasi tempat tinggal dari masing-masing pelanggan. Namun, efek pemakaian daya yang tercatat pada meteran adalah sama. Untuk kenaikan Voltase, akan menghasilkan penambahan nilai pada pencatatan meteran. Sedangkan untuk penurunan Voltase, akan menghasilkan pengurangan nilai pada pencatatan meteran. Baik kenaikan maupun penurunan Voltase, juga akan berpengaruh terhadap umur / daya tahan perangkat elektronik. Pengaruh tersebut, bisa berupa hanya sekedar menjadikan kinerja perangkat tidak benar atau bisa juga menjadikan perangkat rusak total. Tergantung seberapa besar dan jenis dinamika pergerakan yang terjadi. Umumnya, kerusakan perangkat yang terjadi secara instant (mendadak), cenderung disebabkan oleh kenaikan Voltase. Sedangkan penurunan Voltase, cenderung membuat daya tahan (umur) perangkat menjadi berkurang. Suka atau tidak, mau atau tidak mau, itulah realita dari kondisi aliran listrik yang dipasok ke dalam rumah kita. Selama kita masih membutuhkan pasokan listrik dari PLN, maka kondisi seperti itulah yang akan kita terima dan bayar untuk mengoperasikan perangkat elektronik di rumah. Lalu, sejauh mana kekuatan perangkat elektronik di rumah kita bisa bertahan dalam menerima kondisi pasokan aliran listrik seperti itu? Selanjutnya⇒ Share this:
Like this:Like Loading... Pages: 1 2 3 Listrik, Memangnya Buat Apa?Sebelum kita masuk ke listrik arus bolak-balik, kita inget-inget dulu, memangnya kenapa sih kita perlu listrik ke rumah-rumah? Gue inget banget dulu dosen Elektro gue pernah bilang gini, “Kita butuh listrik ke rumah-rumah karena itu satu-satunya cara yang efektif dan efisien untuk mentransmisikan energi.” Kemudian beliau melanjutkan lagi, “Kalau ada cara lain yang lebih efektif dan lebih efisien dalam mentransmisikan energi, kita nggak perlu mengirimkan listrik ke rumah-rumah lagi.” Seperti yang kita ketahui, hidup kita saat ini menjadi jauh lebih enak karena kemampuan kita dalam mengendalikan energi yang ada di sekitar kita. Hanya saja masalahnya, sebagian besar energi yang kita butuhkan itu dibangkitkan di lokasi yang jauh di perumahan. Oleh karena itu, perlu ada cara yang efektif dan efisien untuk mentransmisikan energi tersebut dari sumbernya ke perumahan. Solusinya? Ya pakai listrik. Energi apapun yang dibangkitkan oleh pembangkit, tinggal kita ubah dalam bentuk listrik, kemudian kita kirim listrik tersebut ke rumah-rumah. Ketika energi listrik tersebut tiba di rumah, kita bisa mengubahnya menjadi energi bentuk lain sesuai kebutuhan kita. Misalnya, menjadi energi cahaya (lampu), energi panas (kompor listrik, pemanas ruangan, pendingin ruangan, kulkas, dsb), menjadi energi kinetik (kipas angin, alat cukur rambut, dsb), dan sebagainya. Berhubung tujuan listrik ke perumahan itu adalah untuk transmisi energi, berarti sekarang kita perlu cari tahu nih, memangnya listrik arus bolak-balik itu lebih efektif dan lebih efisien ya dibanding listrik arus searah dalam mentransmisikan energi? Nah, sebelum masuk ke sini, kita pelajari lebih dulu yuk, apa sih yang dimaksud dengan listrik arus bolak-balik. Perbedaan Listrik Arus Searah (DC) dan Listrik Arus Bolak-balik (AC)Arus listrik dibagi menjadi 2, yang pertama ada listrik arus searah (DC – direct current). Arus DC adalah arus listrik yang bergerak searah dari kutub positif ke negatif. Kalo arusnya bergerak dari kutub positif ke negatif, maka elektronnya bergerak dari kutub negatif ke positif, seperti yang bisa lo lihat di animasi di bawah. Listrik DC biasanya dihasilkan oleh baterai. Lalu yang kedua ada listrik arus bolak balik (AC – alternating current). Arus AC adalah arus yang nggak bergerak dari kutub positif ke negatif, tapi bolak-balik doang. Emang arusnya bener-bener bolak-balik ya? Yup, arusnya beneran bolak-balik seperti yang bisa lo lihat dalam animasi di bawah ini. Arus listrik AC ini dihasilkan oleh generator AC. Udah kebayang kan bedanya? Pada listrik DC, arus listriknya selalu bergerak pada arah yang sama, dan biasanya nilainya tetap. Kalau kita bikin grafiknya, jadinya seperti ini: Sementara pada listrik AC, arus listriknya terkadang bergerak searah jarum jam, terkadang bergerak berlawanan arah dengan jarum jam. Biasanya, perubahannya itu berupa sinusoidal seperti grafik di bawah ini: Bisa lo lihat pada grafik di atas bahwa pada t=0 tegangannya nol, kemudian pada t = 0,005 detik tegangannya +220 volt, pada t = 0,01 detik tegangannya nol lagi, dan pada t = 0,015 detik tegangannya -220 volt, dan seterusnya. Ini adalah contoh listrik AC dengan frekuensi 50 Hz (berarti periode = T = 1/50 detik = 0,02 detik). Tegangan yang kadang postif dan kadang negatif ini membuat arusnya terkadang bergerak searah jarum jam, terkadang sebaliknya. Hmm… tunggu deh, jadi pada arus bolak-balik, kadang-kadang tegangannya bisa nol juga? Kalau gitu, lampu yang dilalui arus AC itu harusnya nyala-redup-nyala-redup gitu dong? Kok kalau gue lihat lampu di rumah gue nggak gitu, tapi nyala aja terus? Nah, sebenernya lampu di rumah kita itu nyala-redup-nyala-redup. Tapi, mata kita nggak sensitif terhadap perubahannya karena itu berlangsung dengan sangat cepat. Masih inget kan kalau frekuensi listrik AC di rumah kita itu adalah 50 Hz (umumnya di Indonesia 50 Hz). Itu berarti, dalam 1 detik, terdapat 50 gelombang. Jadi, dalam 1 detik, listrik AC tersebut bergerak bolak-balik sebanyak 50 kali. Mata kita tidak bisa mendeteksi nyala-redup yang secepat itu. Beneran ga nih? Jangan-jangan bohong lagi. Gue ga mau dibohongi (pakai) teori fisika! Beneran. Kalo dideteksi pake mata emang susah, tapi kalo pake kamera, bisa. Ada yang iseng merekam lampu bohlam dengan menggunakan kamera 1200 frames per second. Setelah ditangkap kamera, videonya diplay secara slow motion, hasilnya menjadi seperti di bawah ini: Sekarang kelihatan kan kalau lampu tersebut benar-benar nyala-redup? Okay, sekarang jelas lah ya bedanya listrik AC dengan listrik DC. Pada listrik DC, arusnya searah dan biasanya nilainya tidak berubah-ubah (bisa dibilang frekuensinya nol). Sementara pada listrik AC, arusnya bolak-balik, kecepatan bolak-baliknya itu bergantung pada frekuensinya. Untuk listrik AC di Indonesia, biasanya menggunakan frekuensi 50 Hz. Nah, gara-gara ada FREKUENSI ini, sebenernya listrik AC itu bisa menimbulkan hambatan yang biasanya nggak ada pada listrik DC, yaitu hambatan yang muncul akibat reaktansi induktif pada kabel. Penasaran kenapa? Baca terus yah. Voltase Listrik – Dasar Ilmu Kelistrikan yang Wajib DipahamiDapatkan Lampu Gratis, Share Artikel Ini Bagikan di Facebook Bagikan di Whatsapp Coba perhatikan semua alat elektronik atau semua jenis lampu di sekitar kalian. Kalau kalian baca di keterangan produknya, pasti semua menuliskan nilai voltase. Misalnya, lampu LED 220V, kulkas 220V, atau TV 220V. Nah, apa sih yang dimaksud voltase listrik? Kenapa di Indonesia rata-rata semua alat elektronik dan lampu bertuliskan 220 Volt? Yuk, kita bahas! Daftar isi
Sumber rujukan utama– IEC World PlugsSuntingInternational Electrotechnical Commission menerbitkan sebuah situs web mikro World Plugs[1] yang menyediakan sumber utama untuk halaman ini, kecuali di mana sumber-sumber lain yang ditunjukkan. World Plugs mencakup beberapa sejarah, deskripsi dari jenis steker, dan daftar negara-negara yang memberikan jenis yang digunakan dan tegangan listrik dan frekuensi. Meskipun berguna untuk referensi cepat, terutama untuk wisatawan, IEC World Plugs tidak dapat dianggap sebagai benar-benar akurat, seperti yang digambarkan oleh contoh-contoh di bagian colokan di bawah ini, dan kesalahan mungkin ada, seperti Indonesia yang terdaftar sebagai menggunakan 220 V dan 110 V ketika Standar SPLN 1[2] dengan jelas menyatakan tegangan 230 V, dan situs resmi perjalanan mengatakan "pasokan listrik adalah 220 volt di semua daerah."[3] TeganganSuntingTegangan dalam artikel ini adalah tegangan suplai nominal fase tunggal, atau tegangan fase terbelah. Beban-beban industri dan tiga fase mungkin memiliki tegangan lain. Semua tegangan merupakan tegangan root mean square; puncak tegangan AC lebih besar dengan faktor √2, dan tegangan puncak-ke-puncak yang lebih besar dengan faktor 2√2. |