Indonesia adalah Negara dengan kemajemukan dan pluralitas yang sangat Pernyataan tentang pluralitas bangsa Indonesia seringkali terselip kesan Tetapi, jika kita periksa lebih jauh, kemajemukan bukan keunikan suatu Ada masyarakat yang bersatu, tidak terpecah-belah. Tetapi keadaan bersatu (being united) tidakdengan sendirinya berarti kesatuan atau ketunggalan yang mutlak. Sebab, persatuanitu dapat terjadi dan justru banyak terjadi dalam keadaan yang berbeda-beda. Kemajemukan bukan merupakan keunikan suatu masyarakat atau bangsa Secara harfiah dalam Al-Quran disebutkan bahwa sikap yang sehat dalam menyikapipluralitas adalah menggunakan segi-segi kelebihan kita masing-masing untuksecara maksimal saling mendorong dalam usaha mewujudkan berbagai kebaikan dalam masyarakat. Sementara itu, kita serahkan persoalan perbedaan tersebutkepada Tuhan semata. Sebagai ketentuan illahi, kemajemukan termasuk kedalam kategori sunnatullah yang tak terhindarkan kepastianya, tentu saja dan tidak perlu dijelaskan kembali tentunya bahwa perbedaan yang dapat ditenggang ituadalah yang tidak membawa kepada kerusakan kehidupan manusia. Islam adalah agama kemanusiaan terbuka (open humanism) dan agama Sebagai bahan refleksi, kita meski berkaca pada kejadian historis bahwa Kosmoplitanisme peradaban Islam itu muncul dalam sejumlah unsur dominan, seperti halnya batasan etnis serta kuatnya pluralitas budaya dan heterogenitas politik. secara eksplisit kosmopolitanisme itu muncul dan menampakan diri dalam unsur dominan yang menakjubkan, yaitu kehidupan beragama yang elektik selama berabad-abad. Dengan begitu kemajemukan dan Universalitas Islam juga pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika Islam adalah agama yang terbuka, ajaran Islam tidak pernah memaksakan Permasalahan lain yang muncul yaitu semakin maraknya fenomena Permalahan-permasalahan tersebut perlu dibenahi, integrasi umat yang Ajaran universalitas Islam dalam menyikapi pluralitas sangatlah luas, Umat muslim harus segera menyiapkan diri untuk hal tersebut, karena dapat berarti peranan besar dan langsung dalam usaha bersama menyelamatkan umat manusia dan kemanusiaan. Umat Islam juga harus sepenuhnya kembali percaya kepada kemanusiaan, kemanusiaan yang tidak terbatas oleh perbedaan-perbedaan yang ada. Dan sebelum itu sebagai sebuah landasan, umat Islam harus kembali menangkap semangat dari ajaran Islam yang termanifestasikan kedalam sikap terbuka, saling menghargai serta sikap toleransi. Ajaran universalitas Islam dalam menyikapi pluralitas bermuara pada Peradaban Islam yang dulu menjadi sebuah kenyataan bisa kembali diulang jika seluruh komponen-komponen terlibat mampu menumbuhkan hal tersebut. Sikap tersebut juga akan menghadirkan kesadaran untuk bisa membangunperadaban besar yang diciptakan lewat bangunan intelektual. Nilai subtantif dari Islam adalah kemanusiaan, nilai-nilai kemanusiaan tersebut mesti dijaga dan dirawat. |