Jakarta -
Pertamina akan membatasi pembelian BBM bersubsidi, yakni Pertalite dan Solar. Pembatasan ini dilakukan agar penyaluran BBM bersubsidi bisa tepat sasaran bagi yang berhak.
Sebab, pemerintah telah menganggarkan ratusan triliun untuk subsidi energi tersebut tahun ini. Jika dibatasi, maka stok dari BBM bersubsidi tersebut bisa tak mencukupi. Untuk itu, berikut ini konsumen yang berhak mendapatkan BBM bersubsidi.
Mengutip laman resmi MyPertamina, Rabu (29/6/2022), pemerintah saat ini tengah merevisi Perpres No 191 tahun 2014, terkait kategori konsumen yang berhak membeli Pertalite. Namun saat ini, kendaraan yang akan dibatasi rencana ialah kendaraan dengan mesin cc besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sedangkan untuk kategori konsumen pengguna solar bersubsidi atau biosolar, masih mengacu pada Perpres No 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Yaitu:
1. Transportasi Darat
- Kendaraan pribadi
- Kendaraan umum plat kuning
- Kendaraan angkutan barang (kecuali untuk pengangkut hasil pertambangan dan perkebunan dengan roda > 6)
- Mobil layanan umum : Ambulance, Mobile Jenazah, Sambah dan Pemadam Kebakaran
2. Transportasi Air
Transportasi Air dengan Motor Tempel, ASDP, Transportasi Laut Berbendera Indonesia, Kapal Pelayaran Rakyat/Perintis, dengan verifikasi dan rekomendasi Kepala SKPD / Quota oleh Badan Pengatur.
Usaha Perikanan
Nelayan dengan kapal ≤ 30 GT yang terdaftar di kementerian kelautan dan perikanan, verifikasi dan rekomendasi SKPD.
Pembudi daya ikan skala kecil dengan verifikasi dan rekomendasi SKPD.
Baca Juga: Presiden Ekuador Turunkan Harga BBM Setelah Aksi Protes Tewaskan 6 Orang
3. Usaha Pertanian
Petani/kelompok tani/usaha pelayanan jasa alat mesin pertanian dengan luas tanah ≤ 2 ha → SKPD.
4. Layanan Umum/ Pemerintah
Krematorium dan tempat ibadah untuk kegiatan penerangan sesuai dengan verifikasi dan rekomendasi SKPD.
Panti asuhan dan Panti Jompo untuk penerangan sesuai dengan verifikasi dan rekomendasi SKPD • Rumah sakit type C & D.
5. Usaha Mikro / UMKM
Usaha Mikro / UMKM / Home Industry dengan verifikasi dan rekomendasi SKPD.
Demikian informasi tentang daftar konsumen yang saat ini diperbolehkan membeli Pertalite dan Solar.
Simak Video "Catat! Ini Daerah yang Beli Pertalite-Solar Pakai MyPertamina"
[Gambas:Video 20detik]
(fdl/fdl)
LISTRIK jadi komoditas paling penting saat ini. Tanpa adanya listrik, aktivitas manusia bisa terhambat. Hal itu mengingat hampir semua peralatan yang kita miliki kini menggunakan listrik. Bahkan banyak negara yang sudah menggunakan mobil listrik ketimbang mobil berbahan bakat fosil. Tentunya karena bahan bakar fosil terbatas jumlahnya, dan pembakarannya menciptakan gas yang berbahaya bagi Bumi.
Tapi tanpa kita sadari, listrik yang kita gunakan sehari-hari pun dihasilkan menggunakan bahan bakar fosil. Artinya kita pun andil dalam perubahan iklim yang terjadi. Bagaimana jadinya jika nanti manusia tidak dapat lagi menggunakan bahan bakar fosil? Apa artinya kita harus hidup tanpa listrik?
BACA JUGA: Hikmah Hidup Tanpa Listrik di Film 'Survival Family'
Energi alternatif jadi jawaban dari pertanyaan tersebut. Banyak sumber daya di sekitar sebenarnya dapat membantu menghasilkan energi listrik. Sumber daya tersebut pun jumlahnya tidak terbatas karena bisa diperbaharui. Apa aja sih emangnya sumber daya tersebut?
1. Tenaga Surya
Matahari yang merupakan pusat dari tata surya kita ternyata memiliki energi yang sangat besar. Tanpa energi yang ia miliki, tentunya matahari tak dapat menyinari bumi kita di siang hari. Dan ternyata energi dari matahari bisa kita ubah menjadi energi listrik. Yaitu menggunakan panel surya.
Panel surya bahkan dapat digunakan untuk keperluan pribadi karena ringan dan ukurannya pun tidak besar. Sedangkan untuk kebutuhan skala besar seperti industri, cukup menggunakan panel surya yang dibariskan bersamaan. Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki dua musim saja tentunya dapat memanfaatkan panel surya dengan sebaik mungkin.
2. Tenaga Panas Bumi
Indonesia seharusnya merasa beruntung karena berada di jalur vulkanis. Itu berarti Indonesia bisa lebih mudah menggunakan energi panas yang berasal dari inti bumi.
Caranya dengan mengumpulkan uap hasil pemanasan air yang masuk ke bumi lewat por-pori tanah. Nantinya uap tersebut dipisahkan dari air panas. Uap kemudian dioperkan ke generator yang nantinya akan memutar turbin dan menghasilkan listrik. Sementara itu, air panas dipompa kembali ke bawah tanah untuk diubah menjadi uap.
Karena tidak ada proses pembakaran sama sekali, pembangkit listrik tenaga panas bumi hampir sama sekali tak menyumbang gas yang berbahaya bagi bumi. Listrik yang dihasilkan pun besar dan konsisten dibanding pembangkit listrik lainnya.
3. Tenaga Gelombang Laut
Satu sumber daya lagi yang Indonesia dapat manfaatkan untuk membuat listrik, yaitu ombak atau gelombang laut. Negara kita terpecah-pecah menjadi banyak pulau. Artinya kita memiliki banyak lahan untuk membuat pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL).
PLTGL bekerja dengan cara memasang turbin di dalam laut. Turbin tersebut nantinya dapat bergerak karena gelombang laut yang dihasilkan dari siklus pasang surut laut. PLTGL harus dibangun di pesisir laut karena di situ lah besarnya kekuatan tenaga gelombang laut berada. Ini lah yang membuat Indonesia tepat sebagai tempat membangun PLTGL.
4. Bahan Bakar Hayati (Biofuel)
Altenatif lainnya yang bisa Indonesia kembangkan yaitu bahan bakar hayati atau biofuel. Negara kita kaya akan sumber daya alam (SDA). Ternyata banyak SDA yang bisa kita gunakan untuk menghasilkan listrik dan jumlahnya tidak terbatas.
Seperti contohnya penemuan dari Universitas Jember yang menemukan bahwa singkong dapat diubah menjadi biofuel. Tak hanya singkong, banyak limbah yang sebenarnya dapat diubah menjadi biofuel. Contohnya kulit pisang dan tinja hewan peternakan.
Meskipun tetap menghasilkan gas yang berbahaya bagi bumi, jumlahnya tak sebanyak yang dihasilkan bahan bakar fosil. Selain itu jumlahnya dapat diperbaharui dan juga mengurangi dampak dari limbah yang tidak dimanfaatkan sama sekali. (sep)
BACA JUGA: 6 Cara Cerdik yang Bisa Dilakukan untuk Minimalisir Tagihan Listrik
Senin, 25 April 2011 | 02:12 WIB | Ferial
Lalu bagaimana dengan Road Map Penelitian dan Pengembangan Energi Arus Laut di Indonesia? Berdasarkan data yang dihimpun dari Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL) disebutkan penelitian karakteristik arus laut yang telah dilakukan oleh PPPGL diawali pada tahun 2005 berkolaborasi dengan Program Studi Oceanografi ITB. Pengukuran arus laut dilakukan menggunakan ADCP (Accoustic Doppler Current Profiler) di Selat Lombok dan Selat Alas dalam kaitan dengan rencana penyiapan lokasi dan instalasi untuk Turbin Kobold buatan Italia yang berkapasitas 300 kW di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi.
Tahun 2006 - 2010 telah dilaksanakan penelitian karakteristik arus laut di berbagai selat di Nusa Tenggara yaitu Selat Lombok , Selat Alas, Selat Nusa Penida, Selat Flores, dan Selat Pantar.Prototipe turbin pertama telah dibangun secara kemitraan bersama Kelompok Teknik T-Files ITB dan PT Dirgantara Indonesia, dengan mengadopsi dan memodifikasi model turbin Gorlov skala kecil (0,8 kW/cel). Perangkat pembangkit listrik ini selanjutnya telah diuji-coba di kolam uji PPPGL Cirebon dan tahun 2008, dilanjutkan dengan uji lapangan tahun 2009 di Selat Nusa Penida sehingga telah berhasil memperoleh proven design.
Prototype dalam skala besar (> 80 kW) direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2012-2014 oleh institusi terkait lainnya yang berkewenangan (Ditjen Energi Baru Terbarukan, Puslitbangtek Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan, dan sebagainya.) untuk mengembangkan dan meningkatkan status skala prototipe menjadi skala pilot dan skala komersial.Diharapkan pada tahun 2025 energi listrik tenaga arus laut yang dihasilkan dari berbagai pembangkit (PLTAL) akan mencapai 5 persen dari sasaran kebijakan energi 25 persen bauran energi Indonesia, sesuai visi bauran energi 25-25.Road map lengkap tentang capaian pemanfaatan prospek energi arus laut di Indonesia yang terdiri dari fase penelitian dan pengembangan, fase prototipe, sampai fase pembangunan turbin pembangkit skala komersial diperlihatkan seperti pada road map di bawah ini.Pada dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin generator. Karena itu sangat penting memilih lokasi yang secara topografi memungkinkan akumulasi energi. Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal dalam mengkonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan, saat ini, ada beberapa alternatif teknologi yang dapat dipilih. (ferial)