Siapa saja pemimpin yang memimpin perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah

Sudah 76 tahun sejak kemerdekaan Indonesia, sudah selama itu pula kita terus diingatkan akan perjuangan mereka yang meliberasi kita dari penjajahan. Tanpa mereka, kita mungkin tak akan menjadi kita yang hari ini; yang bisa merasa aman dari tekanan bangsa lain dan merasa bebas merdeka.

Ya, perjuangan mereka, pahlawan nasional kita, harus selalu diangkat tiap kali, agar kita ingat cita-cita mereka untuk negara Indonesia yang lebih baik. Haruslah kita ingat agar selalu baru semangat untuk menjadi individu yang lebih baik, untuk diri sendiri maupun negara ini.

Maka dari itu, seperti kaset jadul yang bisa membawa ingatan ke masa lalu, kali ini, ayo mendekat sekali lagi ke masa lalu dan melihat perjuangan para Pahlawan Nasional Indonesia. Tak melulu soal Soekarno-Hatta, berikut 8 nama yang harus selalu baru diingatan:

Cut Nyak Dhien

Siapa saja pemimpin yang memimpin perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah

Cut Nyak Dhien atau Tjoet Nja' Dhien (1848 – 6 November 1908) adalah seorang pemimpin pasukan gerilya Aceh selama Perang Aceh. Setelah kematian suaminya Teuku Umar, ia memimpin aksi gerilya melawan Belanda selama 25 tahun. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia secara anumerta pada 2 Mei 1964 oleh pemerintah Indonesia.

Bersama suaminya Teuku Umar, Cut Nyak Dhien memimpin orang Aceh dalam perang suci melawan Belanda. Ia terlibat dalam perang gerilya yang penuh serangan dan taktik penyergapan. Sayangnya, Teuku Umar tewas dalam pertempuran ketika Belanda melancarkan serangan mendadak terhadapnya di Meulaboh. Namun, Cut Nyak Dhien tak berlarut-larut dalam kesedihan, "Sebagai perempuan Aceh, kami tidak boleh meneteskan air mata untuk mereka yang telah mati syahid." Setelah suaminya meninggal, Cut Nyak Dhien terus melawan Belanda dengan pasukan kecilnya sampai titik darah penghabisannya pada tahun 1901.

Sayuti Melik

Siapa saja pemimpin yang memimpin perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah

Mohamad Ibnu Sayuti, yang dikenal sebagai Sayuti Melik (22 November 1908 - 27 Februari 1989) adalah seorang juru ketik Indonesia. Ia membantu mengetik salinan proklamasi kemerdekaan yang diproklamasikan oleh Sukarno pada 17 Agustus 1945.

Sayuti Melik juga merupakan anggota dari kelompok 'Menteng 31', yang berperan dalam penculikan Sukarno dan Hatta pada 16 Agustus 1945. Para pejuang muda, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana, dengan Shodancho Singgih, anggota PETA (Pembela Tanah Air), dan seorang pemuda lainnya, membawa Sukarno bersama Fatmawati, Guntur, putra Sukarno yang berusia 9 bulan, dan Hatta, ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa Sukarno dan Hatta tidak dibujuk atau terpengaruh dengan cara apa pun oleh Jepang.

Dewi Sartika

Siapa saja pemimpin yang memimpin perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah

Dewi Sartika (4 Desember 1884 – 11 September 1947) adalah seorang advokat dan pelopor pendidikan perempuan di Indonesia. Ia mendirikan sekolah perempuan pertama di Hindia Belanda. Ia mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 1966.

Pada 16 Januari 1904, ia mendirikan sekolah bernama Sakola Istri di Pendopo Kabupaten Bandung yang kemudian dipindahkan ke Jalan Ciguriang dan nama sekolahnya diubah menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910. Pada tahun 1912, terdapat sembilan Sekolah Kaoetamaan Isteri di kota atau kabupaten di Jawa Barat (setengah dari kota dan kabupaten), dan pada tahun 1920 semua kota dan kabupaten memiliki satu sekolah. Pada bulan September 1929, sekolah ini berubah nama menjadi Sekolah Raden Dewi. Dia dianugerahi Ordo Oranye-Nassau pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri sebagai penghargaan atas jasanya dalam pendidikan. Pada 1 Desember 1966, ia menerima gelar Pahlawan Wanita Gerakan Nasional.

Soedirman

Siapa saja pemimpin yang memimpin perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah

Jenderal Angkatan Darat Raden Sudirman (24 Januari 1916 – 29 Januari 1950) adalah seorang perwira tinggi militer Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Sebagai Panglima pertama Tentara Nasional Indonesia, ia terus dihormati secara luas di negara ini.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, Soedirman memimpin sebuah break-out kemudian pergi ke Jakarta untuk menemui Presiden Sukarno. Bertugas mengawasi penyerahan tentara Jepang di Banyumas, ia membentuk divisi Badan Keselamatan Rakyat di sana. Pada tanggal 12 November 1945, dalam pemilihan untuk memutuskan Panglima TNI di Yogyakarta, Soedirman terpilih, mengalahkan Oerip Soemohardjo dalam pemungutan suara yang ketat. Soedirman adalah juga yang memerintahkan penyerangan terhadap pasukan Inggris dan Belanda di Ambarawa. Pertempuran dan penarikan Inggris memperkuat dukungan populer Soedirman sebagai pemimpin yang handal.

Martha Christina Tiahahu

Siapa saja pemimpin yang memimpin perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah

Martha Christina Tiahahu (4 Januari 1800 – 2 Januari 1818) adalah seorang pejuang kemerdekaan Maluku dan Pahlawan Nasional Indonesia.

Mulai tahun 1817 Tiahahu bergabung dengan ayahnya dalam perang gerilya melawan pemerintah kolonial Belanda. Mereka juga mendukung tentara Pattimura. Dalam pertempuran lain, dia dan pasukannya berhasil membakar Benteng Duurstede hingga rata dengan tanah. Selama pertempuran, dia dikatakan melempar batu ke pasukan Belanda jika tentaranya kehabisan amunisi, sementara catatan lain mengatakan dia menggunakan tombak. Setelah Vermeulen Kringer mengambil alih militer Belanda di Maluku, Tiahahu, ayahnya, dan Pattimura ditangkap pada Oktober 1817. Dibawa ke Nusalaut, Tiahahu adalah satu-satunya prajurit yang ditangkap namun tidak dihukum; ini karena usianya yang masih muda. Setelah beberapa waktu ditahan di Fort Beverwijk, tempat ayahnya dieksekusi, pada akhir tahun 1817 Tiahahu dibebaskan. Dia terus berperang melawan Belanda setelahnya.

B.M Diah

Siapa saja pemimpin yang memimpin perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah

Burhanuddin Mohammad Diah (7 April 1917 - 10 Juni 1996) adalah seorang tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia.

Pada April 1945, bersama istrinya Herawati, Diah mendirikan koran berbahasa Inggris, Indonesian Observer. Ia pernah bertolak pandangan dengan pihak militer setelah Peristiwa 17 Oktober, sehingga ia terpaksa berpindah-pindah tempat untuk menghindari kejaran petugas-petugas militer. Ketika pemerintah Orde Baru memutuskan untuk mengubah sebutan "Tionghoa" menjadi "Cina" dan "Republik Rakyat Tiongkok" menjadi "Republik Rakyat Cina", Harian "Merdeka" bersama Harian "Indonesia Raya"; dikenal sebagai satu-satunya pers yang gigih tetap mempertahankan istilah "Tionghoa" dan "Tiongkok".

R.A Kartini

Siapa saja pemimpin yang memimpin perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah

Raden Adjeng Kartini (21 April 1879 – 17 September 1904), juga dikenal sebagai Raden Ayu Kartini, adalah seorang aktivis Indonesia terkemuka yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan perempuan.

Buku-buku, surat kabar, dan majalah-majalah Eropa menyuburkan minat Kartini terhadap Eropa dan pemikiran feminis dan secara keseluruhan menumbuhkan keinginannya untuk memperbaiki kondisi perempuan pribumi Indonesia, yang pada saat itu berstatus sosial sangat rendah. Bacaan Kartini termasuk surat kabar Semarang, di mana ia mulai mengirimkan kontribusinya sendiri yang diterbitkan. Sebelum berusia 20 tahun, dia telah membaca Max Havelaar. Ia juga membaca De Stille Kracht oleh Louis Couperus, karya-karya Frederik van Eeden, Augusta de Witt, penulis Romantis-Feminis Cecile Goekoop-de Jong van Beek en Donk, dan sebuah novel anti-perang oleh Berta von Suttner, semuanya berbahasa Belanda. Sepanjang hidupnya, Kartini tidak hanya peduli dengan emansipasi perempuan, tetapi juga dengan masalah keadilan sosial lainnya dalam masyarakatnya. Kartini melihat bahwa perjuangan perempuan untuk mendapatkan kebebasan, otonomi, dan kesetaraan hukum hanyalah bagian dari gerakan yang lebih luas.

Achmad Soebardjo

Siapa saja pemimpin yang memimpin perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah

Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (23 Maret 1896 – 15 Desember 1978) adalah seorang diplomat, salah satu pendiri bangsa Indonesia, dan seorang pahlawan nasional Indonesia. Dia adalah Menteri Luar Negeri pertama Indonesia.

Pada tanggal 19 Agustus 1945, dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno mengangkat Soebardjo sebagai Menteri Luar Negeri Kabinet Presidensial, kabinet pertama Indonesia selama 4 bulan dan segera memulai kantor Kementerian Luar Negeri pertama di kediamannya sendiri, di Jalan Cikini raya. Soebardjo menjabat sebagai Menteri Luar Negeri sekali lagi dari tahun 1951 sampai 1952 di Kabinet Sukiman. Selain itu, ia juga menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Swiss dari tahun 1957 hingga 1961.

Catatan: Pahlawan Nasional Indonesia sangat banyak jumlahnya. Delapan nama di atas hanya sebagian kecil dari banyak pejuang Indonesia melawan para penjajah. 

Pahlawan nasional adalah gelar yang disematkan kepada warga Indonesia yang memiliki jasa besar terhadap negara. Gelar pahlawan Indonesia merupakan bentuk apresiasi untuk memperingati perjuangan melawan penjajahan. Selain itu, gelar pahlawan nasional juga diperuntukkan  bagi warga negara yang telah membangun dan memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Berbagai upaya telah dilakukan Pahlawan Nasional Indonesia untuk mengharumkan negara, sekaligus mendorong pembangunan di berbagai bidang. Misalnya, pahlawan Indonesia dalam bidang pendidikan yang cukup dikenal masyarakat saat ini adalah K. H. Ahmad Dahlan, R.A. Kartini, Dewi Sartika, Rohana Kudus, dan K.H. Hasyim Asy'ari.

Kelima pahlawan tersebut memperjuangkan dan membangun pendidikan Tanah Air. Hari Pendidikan Nasional pun selalu diperingati setiap tanggal 2 Mei. Di mana, tanggal tersebut juga menjadi hari kelahiran Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara.

Baca Juga

Mengutip dari laman Kemdikbud.go.id, Rohana Kudus ditetapkan sebagai pahlawan nasional 2019. Wanita kelahiran 20 Desember 1884 di Agam, Sumatera Barat ini peduli pada pendidikan wanita.

Rohana Kudus mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang pada 1911. Sekolah ini khusus untuk perempuan yang ingin belajar baca tulis, mengelola keuangan, pendidikan agama, budi pekerti dan bahasa Belanda.

Rohana Kudus sendiri adalah pers wanita yang peduli memperjuangkan pendidikan, seperti R.A. Kartini.

Advertising

Advertising

K.H. Hasyim Asy’ari dikenal sebagai bapak pendidikan Indonesia. Beliau adalah ulama dan pahlawan Indonesia yang lahir pada 14 Februari 1871. Beliau adalah salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia.

K.H. Hasyim Asy’ari juga peduli pada pendidikan umat muslim. Pesantren Tebu Ireng di Jombang, Jawa Timur termasuk sekolah yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari.

3. Dewi Sartika

Dewi Sartika lahir pada 4 Desember 1884 di Cicalengka, Jawa Barat. Dewi Sartika mengenyam pendidikan di Sekolah Istri tahun 1904. Sekolah ini mengajarkan cara menjahit, merenda, menyulam, memasak, mengasuh bayi, dan pelajaran agama. Dewi Sartika adalah pahlawan nasional wanita yang memperjuangkan hak wanita, terutama di bidang pendidikan.

4. R.A. Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879. Kartini dikenal sebagai tokoh emansipasi yang memperjuangkan hak-hak wanita pribumi untuk mendapatkan kesetaraan.

Kartini juga mendirikan Sekolah Wanita di Rembang. Sekolah ini diperuntukkan bagi wanita pribumi agar bisa merasakan pendidikan seperti kaum laki-laki.

5. K. H. Ahmad Dahlan

Gambar Pahlawan Indonesia (direktoratk2krs.kemsos.go.id)

Ahmad Dahlan lahir pada 1 Agustus 1868, di Yogyakarta. Ahmad Dahlan adalah pahlawan nasional dan pendiri organisasi Muhammadiyah. Bersama Muhammad Darwis, Ahmad Dahlan mendirikan pendidikan Islam yang diarahkan untuk berbudi pekerti luhur, pendidikan agama dan berjuang pada kemajuan masyarakat. Organisasi Muhammadiyah sendiri menciptakan pembaharuan agama Islam di bidang pendidikan.

Pahlawan Nasional Indonesia

Pahlawan merupakan tokoh yang berjuang dan memiliki pengaruh besar pada masyarakat. Mengutip dari buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional, karya Julinar Said dan Triana Wulandari dijelaskan berbagai perjuangan dan pergerakan Nasional.

Beberapa pahlawan kemerdekaan Indonesia yang cukup dikenal seperti Dr. Sutomo, Dr. Wahidin Sudirohusodo dan R.A. Kartini. Ada juga nama pahlawan Indonesia yang dikenal sebagai pembela kebenaran yang berjuang mempertahankan negara seperti Jenderal Sudirman dan I Gusti Ngurah Rai.

Sedangkan Pahlawan Revolusi adalah tokoh-tokoh yang menjadi korban peristiwa Gerakan 30 September alias G30S pada 1965. Nama pahlawan revolusi tersebut, antara lain Jenderal Ahmad Yani, Jenderal D.I. Panjaitan, Brigjen Katamso dan masih banyak lagi.

Berikut nama-nama pahlawan Nasional yang berjuang untuk kemerdekaan RI:

6. Sultan Agung (1591-1645)

Sultan Agung adalah pahlawan nasional yang berkuasa di kerajaan Mataram. Sultan Agung merupakan pahlawan Indonesia yang menyerang Belanda saat menguasai beberapa daerah.

Sultan Agung melakukan serangan dua kali, pertama tahun 1628 dan mengalami kegagalan, dilanjutkan dengan serangan kedua pada 22 Agustus 1629. Serangan ini menyasar benteng-benteng Belanda.

7. Sultan Hasanuddin (1631-1670)

Sultan Hasanuddin memerintah kerajaan Gowa. Ketika itu, Belanda menguasai perdagangan rempah-rempah di wilayah Gowa. Kerajaan yang dipimpin Sultan Hasanuddin berada di wilayah Timur Indonesia yang menguasai perdagangan.

Tahun 1666, Cornelis Speelman dari Belanda berhasil menundukkan kerajaan kecil, namun tidak berhasil menundukkan kerajaan Gowa.

8. Nyi Ageng Serang (1752-1828)

Nyi Ageng Serang (direktoratk2krs.kemsos.go.id)

Nyi Ageng Sedang ikut berperang menghadapi Belanda. Dia sempat ditangkap dan dibawa ke Yogyakarta. Kemudian pada 1825-1830, Nyi Ageng Serang bergabung dalam pasukan Diponegoro untuk mempertahankan daerah Prambanan dari Belanda.

9. Kapitan Pattimura (1783-1817)

Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy melakukan perlawanan di Belanda di Maluku. Perlawanan tersebut terjadi pada 14 Mei 1817. Penyerangan ini membuat Gubernur Belanda Mayor Beetjes, memerintahkan pasukannya untuk merebut kembali benteng tersebut.

Pasukan Pattimura sempat berhasil merebut benteng Hoorn. Namun, Belanda kembali menyerang dan menangkap Pattimura.

10. Tuanku Imam Bonjol (1772-1864)

Peto Syarif atau Tuanku Imam Bonjol melakukan perlawanan terhadap Belanda. Saat itu, Belanda yang memihak kaum adat, sedangkan kaum paderi (kaum agama) berada di bawah kepemimpinan Imam Bonjol.

Pada 1824, Belanda ingin berdamai dengan kaum paderi sampai melakukan perjanjian. Tetapi perjanjian tersebut dilanggar oleh Belanda. Selanjutnya, Belanda menyerang Sumatera Barat dan berhasil menguasai desa Bonjol pada 1832 sampai akhirnya daerah tersebut berhasil direbut kembali.

Imam Bonjol diserbu dan ditangkap Belanda pada 16 Agustus 1837. Pahlawan Indonesia ini diasingkan ke Cianjur lalu ke Ambon.

11. Pangeran Diponegoro (1785-1855)

Pangeran Diponegoro lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta. Pangeran Diponegoro adalah putera Sultan Hamengkubuwono II yang tidak setuju dengan campur tangan Belanda.

Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan terhadap Belanda sampai akhirnya Belanda menyerang di kediamannya pada 20 Juli 1825. Namun, pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Manado.

12. Martha Kristina Tiahahu

Martha Kristina Tiahahu adalah gadis kelahiran Nusa Laut Kepulauan Maluku. Dia adalah putri sulung Kapitan Paulus Tiahahu. Dia meneruskan perjuangan ayahnya untuk mengumpulkan pasukan dan menyusun kekuatan demi mengalahkan Belanda.

Tetapi, pahlawan Indonesia ini berhasil ditangkap oleh Belanda bersama 39 orang lain. Mereka diangkut ke pulau Jawa dan dipaksa bekerja di perkebunan kopi.

13. Sri Susuhunan Pakubuwono VI (1807-1848)

Raden Mas Sapardan atau Pakubuwono VI, lahir di Surakarta pada 26 April 1807. Pakubuwono VI menjadi raja di tahun 1823, ketika itu pemerintah Belanda terlalu banyak ikut campur soal kerajaan.

Kemudian tahun 1825-1830 Pangeran Diponegoro mengadakan pemberontakan melawan Belanda. Pakubuwono VI kemudian mengadakan pertemuan dan mengirim bantuan pasukan pada Diponegoro.

Belanda menganggap kedua bangsawan ini berbahaya dan harus dipecah belah. Pakubuwono Vi ditangkap Belanda karena meninggalkan istana selama beberapa hari.

14. Pangeran Antasari (1809-1862)

Pangeran Antasari adalah keluarga kesultanan Banjarmasin. Dia melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda dan mengusirnya dari kesultanan Banjar. Pada 18 April 1859, terjadi perang Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari.

Perang ini berlangsung selama 14 tahun. Daerah pertempuran melawan Belanda termasuk Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Tahun 1862, Pangeran Antasari berencana melakukan serangan besar-besaran. Namun, ada wabah cacar yang menular di Kalimantan Selatan sampai Pangeran Antasari ikut terserang. Alhasil rencana perang gagal.

15. Sultan Thaha Syaifuddin (1816-1904)

Sultan Thaha Syaifuddin lahir di Keraton Tanah Pilih, Kampung Gedang, Jambi. Pahlawan Indonesia ini melakukan pertempuran di Sungai Aro. Sultan Thaha bersama panglimanya juga sempat bersembunyi dari kejaran Belanda.

16. Teungku Cik di Tiro (1836-1891)

Pahlawan Indonesia satu ini dikenal juga sebagai Muhammad Saman, pahlawan dari Aceh. Teungku Cik di Tiro ikut dalam perang Sabil yaitu perang yang menduduki wilayah-wilayah yang dikuasai Belanda. Berkat perjuangannya, wilayah-wilayah yang dikuasai Belanda kemudian berhasil direbut ke tangan Cik di Tiro.

17. Abdul Muis (1883-1959)

Abdul Muis (direktoratk2krs.kemsos.go.id)

Abdul Muis merupakan pahlawan Indonesia yang berprofesi sebagai sastrawan, politikus dan wartawan Indonesia. Dia pernah menjadi pengurus organisasi Sarekat Islam. Abdul Muis juga menulis karangan yang menangkis penghinaan terhadap bangsanya di harian De Express tahun 1916.

18. R.M. Soerjopranoto (1871-1959)

R.M. Suryopranoto merupakan pejuang dan pembela rakyat prbumi melawan penjajah. Pahlawan Indonesia satu ini dikenal sebagai pemimpin pemogokan buruh dan menentang kebijakan pemerintah Belanda.

Raden Mas Soerjopranoto mendirikan organisasi Personeel Fabriek Bond (PFB). Organisasi itu terdiri dari kalangan buruh, kumpulan petani dan koperasi.

Baca Juga

Sisingamaraja XII melakukan pahlawan Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Belanda, di Tapanuli, Sumatera Utara. Tahun 1877, bersama rakyatnya dia berperang melawan Belanda. Perlawanan dimulai dari Bahal Batu, Humbang, sampai Singkil Aceh.