Selain sebagai pedagang ulama penyebar Islam yang menjadi saudagar juga bertindak sebagai

Mereka yang pergi menunaikan ibadah haji ke Makkah biasanya tinggal beberapa tahun di sana sambil belajar agama Islam. Mereka kemudian pulang dengan membawa pengetahuan dan kitab-kitab dari Makkah. Semakin banyak orang Banjar yang datang dari Makkah semakin banyak pandangan-pandangan baru yang masuk ke daerah ini. Namun demikian, sampai dengan awal abad ke-18 nilai-nilai baru yang masuk bersama orang-orang Banjar yang datang dari Mekah tersebut tidak banyak nampak di masyarakat. Usaha penyebaran agama Islam yang bersumber langsung dari Makkah tersebut baru dimulai pada pertengahan abad ke-18, yakni oleh seorang ulama kelahiran Martapura yang lebih dari 30 tahun memperdalam ilmu agama di Makkah dan Madinah, yakni Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Perkembangan Islam di Sulawesi Ribuan pulau yang ada di Indonesia, telah sejak lama terjalin hubungan satu sama lain, baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantarkan aktivitas dakwah dapat menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan perusahaan dagang Portugis yang datang pada tahun 1540, saat mereka datang ke Sulawesi di pulau itu sudah bisa ditemui pemukiman muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu besar, namun jalan dakwah terus berlanjut hingga menyentuh raja-raja di Kerajaan Goa di Makassar.