Show
Al-Quran merupakan kalam Allah Swt yang akan senantiasa ada dan abadi hingga akhir zaman. Mutiara dan keindahan al-Quran semakin digali tak akan pernah habis bahkan semakin memunculkan beragam pengetahuan dan ilmu baru.
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (١٧) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَؤُلاءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
كَلَامُ اللهِ الـمُنَزَّلُ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلْمُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ
اَلْمُنَزَّلُ عَلَى الرَّسُولِ المـَكْتُوبُ فِى الْمَصَاحِفِ اَلْمَنْقُولُ عَنْهُ نَقْلًا مُتَوَاتِرًا بِلَا شُبْهَةٍ
كَلَامُ اللهِ الـمُنَزَّلُ عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ ص.م اَلْمُعْجِزُ اَلْمُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ اَلْمَنْقُولُ بِالتَّوَاتُرِ اَلْمَكْتُوبِ فِى اَلْمَصَاحِفِ مِنْ اَوَّلِ سُوْرَةٍ اَلْفَاتِحَةِ اِلَى سُورَةٍ النَّاسِ
كَلَامُ اللهِ الـمُنَزَّلُ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلْمُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ
اَلْمُنَزَّلُ عَلَى الرَّسُولِ المـَكْتُوبُ فِى الْمَصَاحِفِ اَلْمَنْقُولُ عَنْهُ نَقْلًا مُتَوَاتِرًا بِلَا شُبْهَةٍ “Yang diturunkan kepada Rasulullah saw., ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.” Menurut kalangan pakar Uṣūl Fikih, Fikih, dan Bahasa Arabكَلَامُ اللهِ الـمُنَزَّلُ عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ ص.م اَلْمُعْجِزُ اَلْمُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ اَلْمَنْقُولُ بِالتَّوَاتُرِ اَلْمَكْتُوبِ فِى اَلْمَصَاحِفِ مِنْ اَوَّلِ سُوْرَةٍ اَلْفَاتِحَةِ اِلَى سُورَةٍ النَّاسِ “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad saw. Lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya merupakan ibadah, diturunkan secara mutawātir, dan ditulis pada muṣḥaf, mulai dari awal surat Al-Fātiḥah sampai pada surat An-Nās.” Thu, 19 March 2020 01:00 Ada banyak pendapat yang berbeda-beda tentang asal kata dari lafadz Al-Quran. Sebagian berpendapat bahwa lafadz Al-Quran itu merupakan bentukan dari kata dasar qara’a yaqra’u (قرأ - يقرأ) yang berarti bacaan. Kita sering menghubung-hubungkan lafadz Al-Quran dengan akar kata atau kata dasar qara’a yaqra’u (قرأ - يقرأ) atau dengan istilah lain bahwa lafadz Al-Quran itu mahmuz (مهموز). Pandangan semacam ini wajar, karena memang banyak ulama yang berpendapat demikian. Namun sebagian ulama lain menolak bila disebut asal kata lafadz Al-Quran itu membaca, tetapi dari kata yang lain, bahkan ada juga yang berpendapat lafadz Al-Quran itu adalah lafadz asli yang bukan bentukan dari kata lain. 1. Pendapat Pertama Pendapat pertama menyebutkan bahwa lafadz Al-Quran itu mahmuz, yaitu lafadz yang terbentuk dari akar kata yang lain. Namun mereka yang mengatakan demikian ternyata berbeda pendapat tentang akar katanya. a. Al-Qar’u Yang Berarti Gabungan Az-Zajjaj menegaskan bahwa lafadz Al-Quran itu terbentuk dari asalnya yaitu al-qar’u (القرء), yang bermakna al-jam’u (الجمع) atau berkumpul atau bergabung. Wazannya adalah fu’la’ (فُعْلاَء) sebagaimana lafadz ghufran (غفران). Seperti orang Arab menyebut : (جمع الماء في الحوض) yaitu air telah berkumpul atau bergabung dalam telaga. Al-Quran itu disebut demikian karena pada hakikatnya merupakan gabungan dari kitab-kitab samawi sebelumnya.[1] b. Al-Qar’u Yang Berarti Membaca Al-Lihyani punya pendapat mirip dengan Az-Zajjaj di atas, bahwa lafadz Al-Quran itu mahmuz dan merupakan bentukan dari kata dasar al-qar’u (القرء), namun maknanya menurut beliau adalah talaa (تلا) atau membaca.[2] Pendapat inilah yang barangkali paling sering kita dengar dari banyak kalangan. c. Al-Qarain Berarti Pembanding Al-Farra’ berpendapat bahwa kata Al-Quran itu tidak terbentuk dari kata qara’a – yaqra’u (قرأ - يقرأ), tetapi merupakan bentukan dari kata dasar al-qarain (القرائن) yang merupakan bentuk jama’ dari qarinah (قرينة). Makna qarinah itu sebanding, karena tiap ayat Al-Quran dengan ayat lainnya sebanding.[3] d. Qarana Yang Berarti Menggabungkan Demikian juga dengan Al-Asy’ari yang berpendapat agak mirip dengan Al-Farra’ di atas, bahwa lafadz Al-Quran itu merupakan bentukan dari sebuah kata dasar, yaitu qarana (قرن) yang berarti menggabungkan, sebagaimana kalimat qarana asy-syai’a bisy-syai’i (قرن الشيء بالشيء), maknanya menggabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal itu karena ayat dan surat di dalam Al-Quran digabungkan satu dengan yang lain. [4] 2. Al-Quran Adalah Nama Asli Sedangkan yang paling berbeda sendiri justru Al-Imam Asy-Syafi’i (w. 204 H) rahimahullah. Sebagaimana dikutip oleh Al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad, disebutkan bahwa Asy-Syafi’i berpendapat bahwa lafadz Al-Quran tidak dibentuk dari kata dasar qara’a – yaqra’u (قرأ - يقرأ). Sebab jika demikian, maka sebagai yang dibaca orang itu bisa disebut Al-Quran juga. Menurut beliau lafadz Al-Quran itu adalah nama asli yang Allah SWT sematkan sebagaimana lafadz Taurat dan Injil yang merupakan nama asli. [5] [1] Az-Zarkasyi, Al-Burhan, jilid 1 hal. 278 [2] As-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum Al-Quran, hal. 87 [3] As-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum Al-Quran, hal. 87 [4] Az-Zarkasyi, Al-Burhan, jilid 1 hal. 278 [5] Al-Khatib Al-Baghadi, Tarikh Baghdad, jilid 2 hal. 62 |