Sebutkan nama surah yang menerangkan bahwa manusia dahulu adalah umat yang satu

Kejadian kiamat atau akhir zaman memang menarik untuk dipelajari, karena ternyata banyak umat Islam yang hanya sering membaca Al-Qur’an saja, tetapi tidak membaca atau memahami artinya. Banyak kejadian di akhir zaman yang kita tidak ketahui. Terdapat tiga surat pertama pada Juz 30 di dalam Alquran yang membahas tentang kiamat atau akhir zaman, yaitu QS. An Naba’, QS. An Nazi’at, dan QS. At Takwir.

1. An Naba’

Di dalam QS. An Naba’, para ulama menafsirkan tentang apa yang dimaksud dengan an naba’ (berita besar). Dalam hal ini ada tiga pendapat, yaitu Alquran, kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan hari kebangkitan [1]. Dari ketiga pendapat tersebut, yang dimaksud an naba’ (berita besar) dalam ayat pertama QS. An Naba’ adalah hari kebangkitan dan inilah pendapat yang dipilih oleh Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari. Selain itu, dalam QS. An Naba’ juga dijelaskan bahwa Allah Ta’ala telah menunjukkan tentang berbagai bukti kekuasaan-Nya, seperti bumi, gunung, menciptakan makhluk berpasang-pasang, malam, siang, langit, matahari, hujan, dan tumbuhnya tanaman. Namun banyak manusia yang banyak melampaui batas dan tidak percaya dengan adanya hari pembalasan.

Dalam QS. An Naba’, Allah menggambarkan betapa dahsyatnya hari kiamat mulai dari ayat 17-20.

إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيقَاتًا (١٧) يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجًا (١٨) وَفُتِحَتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ أَبْوَابًا (١٩) وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا (٢٠)

Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan (17), yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok (18), dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu (19), dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia. (20)

2. An Nazi’at
An Nazi’at secara umum memaparkan tentang peringatan terkait dengan huru hara yang terjadi pada hari kiamat [2]. Di ayat yang ke 6-7 Allah menjelaskan tentang kebangkitan manusia yang diawali dengan tiupan sangkakala oleh Malaikat Israfil [3].

يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ ﴿٦﴾ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ (٧)

(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam (6), tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua (7).

Di ayat 8-9 Allah menggambarkan kondisi manusia yang sangat ketakutan pada hari tersebut.

قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ ﴿٨﴾ أَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ (٩)

Hati manusia pada waktu itu sangat takut (8),  Pandangannya tunduk (9).

Di dalam surat An Nazi’at dijelaskan pula bahwa orang kafir sudah diberi peringatan tentang akhir zaman dan mereka di akhirat sangat menyesal dengan kekafirannya, tidak percaya bahwa manusia setelah mati akan dibangkitkan dan akan diperhitungkan perbuatannya selama di dunia ini.

Allah Ta’ala dan Rasul-Nya telah memperingatkan kepada orang-orang kafir bahwa besok akan ada kiamat, di mana semua manusia akan dibangkitkan dan akan diperhitungkan amalnya. Dalam surat ini juga dijelaskan bahwa malaikat akan mencabut nyawa orang kafir dengan sangat keras, sedangkan malaikat akan mencabut nyawa orang beriman dengan sangat halus.

3. At Takwir

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. At Takwir 1-14 yang artinya,

“Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak dipedulikan), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, ‘dan apabila lautan dipanaskan, dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh), apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh, dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka, dan apabila langit dilenyapkan, dan apabila neraka Jahim dinyalakan, dan apabila surga didekatkan, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya.”

Di dalam QS. At Takwir dijelaskan bahwa nanti matahari akan digulung, bintang-bintang akan berjatuhan, terbayangkan bahwa besok di akhirat semua sumber cahaya dipadamkan. Sedangkan saat itu, sangat banyak manusia yang dikumpulkan dan tentunya sangat sulit untuk bergerak maupun berjalan. Ketika kita berjalan sendiri melewati jembatan yang sangat gelap dan jembatannya hampir tidak kelihatan. Apakah terbayang kita bisa melewati jembatan tersebut kalau tidak ada lampu atau senter dengan banyak risiko menyebabkan terjatuh.

Pembaca rahimakumullah, sebagai seorang beriman tentunya kita percaya bahwa Allah Ta’ala dan Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kita arahan baik melalui Alquran dan Al Hadis. Ada kabar gembira bagi orang beriman ketika di akhirat kelak, kita akan diberikan cahaya yang berasal dari sholat subuh dan isya’ yang dilakukan secara tepat waktu dan berjamaah bagi laki-laki, sedangkan bagi perempuan dapat dilakukan dengan tepat waktu di rumah, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu majah)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, yang menggambarkan keadaan manusia pada saat melewati sirath:

“Yang pertama kali lewat di antara kalian bagaikan kilat”

Aku (Abu Hurairah) bertanya, “Demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya, apa maksud “berjalan seperti kilat”? Beliau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Tahukah kamu bagaimana kilat pergi dan datang dalam sekejap?”

Kemudian (ada yang) berjalan seperti angin, seperti burung, dan ada juga yang berlari, perjalanan mereka sesuai dengan amalan mereka. Sedangkan Nabi kalian ini (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) berdiri menunggu di atas sirath seraya berdoa, ‘Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah…’

 Sampai ada yang amalannya (karena sedikit) tak sangup (membawa si hamba tadi) sehingga ada orang yang tidak bisa lewat melainkan merayap.

Pada situasi yang sangat gelap saat itu, manusia diminta untuk segera melewati jembatan sirath. Jembatan yang sangat gelap di mana hanya orang yang beriman (rajin sholat subuh dan isya) saja yang mendapatkan cahaya, sehingga bisa melihat jembatan siroth lalu melewatinya.

Demikian yang dapat penulis sampaikan melalui tulisan ini. Semoga dengan bertambahnya wawasan ini akan menambah keimanan dan mengetahui betapa Allah Ta’ala sangat menyayangi hambanya yang beriman. Dan perbanyaklah berbuat kebaikan dan merutinkan sholawat untuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar kelak kita diberikan syafa’atnya. Aamiin.

Referensi:

[1] Tafsir Juz ‘Amma, Dr. Firanda Andirja, Lc., M.A., hlm. 16-17.

[2] Tadabur Alquran, Menyelami Makna Alquran dari Al Fatihah sampai An Nas, Syaikh Adil Muhammad Khalil, hlm. 359.

[3] Tafsir Juz ‘Amma, Dr. Firanda Andirja, Lc., M.A., hlm. 64.

Penulis: Muhammad Luthfi Usman
Staf Jurusan Informatika UII

Jurusan Informatika UII menerima kiriman artikel untuk ditampilkan pada Pojok Informatika dan Pojok Dakwah. Ketentuan dan prosedur pengiriman dapat dilihat pada laman berikut.

Alquran menyatakan Islam adalah agama yang ada sejak umat manusia.

Reuters

Alquran menyatakan Islam adalah agama yang ada sejak umat manusia. Ilustrasi sholat ibadah dalam Islam.

Rep: Rizky Suryarandika Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Islam yang menekankan pada tauhid adalah agama yang paling awal lahir. Hal ini merujuk sejumlah ayat-ayat Alquran. 

Baca Juga

Syariat Islam pertama kali Allah SWT perkenalkan kepada Nabi Adam dengan memerintahkan dua putranya Habil dan Qabil berqurban.  

Perintah berkurban kepada putra Nabi Adam diabadikan dalam surat Al-Maidah ayat 27 yang artinya: 

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ    

"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil)....."

Islam berlanjut diperkenalkan Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak cucunya.  Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya "Api Sejarah" menegaskan, bahwa 25 nabi dan rasul tidaklah berbeda agamanya, karena ia "nufarriqu baina ahadin min hum."

"Sejak nabi pertama, Nabi Adam hingga nabi terakhir Rasulullah seluruhnya menyatakan dirinya sebagai Muslim. "Wa  nahnu lahu muslimuun”, ayat itu sesuai surat Al-Baqarah ayat 136 dan juga surat Al-Imran ayat 84," katanya.

Surat Al-Baqarah ayat 136 yang artinya:  

قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

"Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." 

Berarti dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa, seluruh Nabi dan Rasul hanya membawa satu ajaran Allah yakni agama Islam yaitu, innaddina indallahil Islam (QS Ali Imran: 19).

Menurutnya, guna memahamkan pengertian Islam seperti di atas, Alquran menyerahkan kembali sejarah kerasulan. Bagi umat Islam yang benar-benar Islam, dan bukan pengikut Ahmadiyah, tentu dapat memahami mengapa Alquran menyatakan bahwa Rasulullah SAW sebagai nabi terakhir.  

Istilah terakhir ini, kata dia, selain mengimani tidak ada lagi nabi sesudah Muhammad Rasulullah SAW juga mengandung pengertian adanya kesinambungan sejarah antara keseluruhan nabi dan rasul. "Dari awal Nabi Adam hingga terakhir Muhammad Rasulullah SAW adalah pembawa satu-satunya agama, yakni Islam," katanya. 

Ahmad mengatakan, pada umumnya, umat Islam Indonesia tidak membenarkan ada ajaran yang menyatakan Nabi Ibrahim as dan Nabi Musa as sebagai pembawa agama Yahudi atau Nasrani. Dan juga tidak membenarkan Nabi Isa membawa ajaran Kristen. Diyakininya Rasulullah SAW sebagai penyambung sejarah kerasulan dan sebagai penyempurna ajaran Islam dan hal itu ditegaskan Allah dalam surat  Al-Maidah ayat 3: 

ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا ۚ

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu."

Menurutnya, guna menyederhanakan dan mempermudah pemahaman terhadap sejarah 25 kerasulan, maka Allah mewahyukan kembali sejarah lima nabi dan rasul yang disebut ulul azmi.

Ulul Azmi adalah nabi dan rasul yang berhasil memperoleh kemenangan dalam menghadapi serangan lawan karena memiliki mukjizat. "Adapun Nabi dan rasul ulul azmi tersebut adalah Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, dan Muhammad Rasulullah SAW," katanya.  

Nabi Nuh, menurut Ahmad Mansur Suryanegara, dituliskan hingga 43 kali dalam Alquran. Pengulangan ini kata dia guna meyakinkan kalangan non Islam, bahwa Nabi Nuh as diutus sebagai nabi Muslim yang menyerahkan kehendak dirinya kepada kehendak Allah. Berarti Nabi Nuh AS adalah pembawa ajaran Islam, seperti ditegaskan dalam surat Yunus 72: 

وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)"

Sebutkan nama surah yang menerangkan bahwa manusia dahulu adalah umat yang satu

Membaca Alquran (ilustrasi) - (Muhammad Rizki Triyana (Republika TV))

Sementara itu, Nabi Ibrahim dituliskan kembali hingga 67 kali. Allah SWT membantah Nabi Ibrahim sebagai pembawa ajaran Yahudi Nasrani ataupun musyrik. Ketiga ajaran ini tidak bersumber dari Wahyu Allah. Dikuatkan kembali dengan Wahyu bahwa Nabi Ibrahim seorang nabi pembawa ajaran Islam dan muslim yang hanif. (QS Ali Imran: 67).

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.”

Sedangkan Nabi Musa diulang-ulang namanya hingga 136 kali guna mengingatkan kembali kebenaran ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa adalah Islam dan Nabi Musa mengajak kaumnya tawakal kepada Allah dan Muslim (QS 10: 84).  

وَقَالَ مُوسَىٰ يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ

“Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri". 

Sementara itu, Nabi Isa diabadikan namanya dalam Alquran hingga 25 kali. Untuk mengingatkan kembali Nabi Isa tidak mengajarkan trinitas (QS 4:171 dan QS 5: 73). Dan tidak mengajarkan dirinya sebagai Kristus anak Allah melainkan sebagai hamba Allah dan utusan Allah.

Mengajarkan sholat dan membayar zakat (QS 19: 30-31). Juga Nabi Isa tidak pernah dibunuh dan disalib. Kecuali ada orang yang diserupakan dengan Nabi Isa sedangkan Nabi Isa diangkat Allah ke langit (QS 4:157 dan 158).

Bahkan, sahabat-sahabat Nabi Isa sendiri menyatakan. 'Qolal hawaari yuuna nahnu anshorullah' kami semuanya penolong-penolong agama Allah'. Selain itu, Alquran juga menolak kisah yang menjelaskan para sahabat atau murid-murid nabi Isa sebagai Nasrani.   

Melainkan di hadapan Nabi Isa menyatakan, 'wasyhad biannaa  muslimun-Dan saksikanlah Ya Nabi Isa, kami semuanya adalah Muslim.' (QS 3: ayat 52 dan QS 5:111).

Rasulullah SAW dalam Alquran hanya disebut lima kali namanya. Empat kali dengan nama Muhammad pada surat Ali Imran ayat 144, al-Ahzab ayat 40, Muhammad ayat 21, Al-Fath ayat 29 dan sekali dengan nama Ahmad pada surat As-Shaffat ayat 6. 

Sebutkan nama surah yang menerangkan bahwa manusia dahulu adalah umat yang satu

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...