Sebutkan masing masing 3 contoh perbedaan pergerakan nasional sebelum dengan sesudah 1908

Sebutkan 5 perbedaan perjuangan sebelum tahun 1908 dan sesudah tahun 1908

Sebutkan masing masing 3 contoh perbedaan pergerakan nasional sebelum dengan sesudah 1908

INI JAWABAN TERBAIK 👇

Belanda merupakan salah satu negara barat yang berhasil menjajah bangsa Indonesia selama kurang lebih 344 tahun. Belanda pernah menjajah Indonesia sejak tahun 1602 hingga 1942, kemudian menjajah kembali pada tahun 1945 dan baru benar-benar mengakui kedaulatan NKRI pada tahun 1949. Belanda sendiri mampu menjajah hampir seluruh wilayah Indonesia. Belanda yang mampu menjajah begitu lama tidak dapat dipisahkan karena berbagai alasan dan faktor. Berikut adalah jawaban atas pertanyaan yang Anda ajukan dan pertanyaan terkait.

Sebutkan perbedaan pola pertempuran bangsa indonesia sebelum dan sesudah tahun 1908!

Pola perjuangan sebelum tahun 1908.

1. Berbagai bentuk perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia tetap bersifat kedaerahan.

2. Perlawanan tidak dilakukan secara bersama-sama dan serentak.

3. Perlawanan hanya tergantung pada petunjuk dan arahan pemimpin, jadi ketika pemimpin tertangkap, perlawanan tidak akan berlanjut.

4. Kualitas senjata yang dimiliki bangsa Indonesia tidak sebanding dengan milik Belanda.

5. Rakyat Indonesia masih berulang kali terjebak oleh intrik politik Belanda (Domba Fighting Policy).

6. Adanya beberapa orang Indonesia yang mengkhianati rakyatnya sendiri, dimana sebenarnya mereka mengungkapkan rahasia perlawanan kepemimpinannya terhadap rakyat Belanda.

7. Belum adanya rasa kebersamaan yang kuat di antara masyarakat Indonesia.

8. Berbagai bentuk perlawanan belum terorganisasi saat ini.

9. Kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat di Indonesia saat itu masih rendah.

10. Bentuk perlawanan lainnya tetap bersifat fisik, bukan diplomatik.

Pola pertempuran setelah tahun 1908.

1. Berbagai bentuk perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia bersifat nasional dan terorganisir.

2. Perlawanan yang diberikan dilakukan secara bersama-sama dan serentak.

3. Perlawanan terus menerus, sehingga bahkan jika pemimpinnya ditangkap, pertarungan terus berlanjut.

4. Senjata orang Indonesia lebih cocok karena banyak didapat dari loot.

5. Orang Indonesia lebih menerima keragaman, sehingga tidak mudah untuk saling mengatasi.

6. Pengkhianatan terhadap bangsa sudah mulai berkurang dibandingkan sebelum tahun 1908.

7. Perasaan takdir semakin kuat dan besar karena rakyat Indonesia sudah terlalu lama dijajah dengan cara yang sama dan dengan cara yang sama.

8. Bentuk perlawanan sangat terorganisir secara modern.

9. Kualitas pendidikan dan kesehatan jauh lebih baik.

10. Bentuk perjuangan lebih dominan melalui diplomasi.

Sebutkan dan jelaskan pahlawan nasional yang berperang sebelum tahun 1908!

1. Sultan Ageng Tirtayasa

Dengan nama lain Pangeran Surya, beliau adalah seorang Pahlawan Nasional yang lahir di Banten pada tahun 1631. Beliau adalah seorang pejuang gerilya yang berjuang melawan penjajahan Belanda.

2. Sultan Hasanuddin

Bernama lain I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape, adalah seorang pahlawan yang lahir di Sulawesi Selatan pada tahun 1631. Ia memimpin perjuangan melawan pendatang Belanda yang berusaha menguasai perdagangan di Sulawesi Selatan.

3. Tuanku Imam Bonjol

Ia adalah seorang pahlawan Islam yang lahir di Sumatera Barat pada tahun 1772. Ia berjasa besar dalam Perang Paderi melawan para pemukim Belanda. Dia meninggal pada tahun 1864 di pengasingan.

4. Pangeran Diponegoro

Nama lainnya adalah Bendara Pangeran Harya Dipanegara, lahir di Yogyakarta pada tahun 1785. Ia memimpin perang dalam Perang Jawa melawan pemerintah Hindia Belanda dimana diketahui perang ini memakan korban paling banyak. Ia meninggal di Benteng Rotterdam, Makassar 1855.

5. Kapitan Pattimura

Ia adalah Pahlawan Nasional Maluku yang lahir pada tahun 1783. Ia merupakan pahlawan yang ikut dalam pemberontakan melawan VOC, dan akhirnya meninggal pada usia 34 (1817).

6. I Gusti Ketut Jelantik

Ia adalah gubernur Kerajaan Buleleng. Dia berkontribusi pada Perang Jagaraga (Bali) melawan Kolonial Hindia Belanda. Dia meninggal pada tahun 1849.

Semoga jawaban Anda dapat membantu, jika Anda memiliki pertanyaan lain, silakan ajukan pertanyaan Anda di Brainly, oke?

Detil tambahan

Kelas: VIII

Pelajaran: Ppkn

Kategori: Bab 4 Semangat kebangkitan nasional tahun 1908

Kata kunci: Sifat perlawanan bangsa Indonesia, faktor kegagalan, penyebab kegagalan, alasan mengapa Belanda mampu menjajah bangsa Indonesia dalam waktu yang lama.

Kode: –

Sebutkan masing masing 3 contoh perbedaan pergerakan nasional sebelum dengan sesudah 1908

Sejak kedatangan bangsa Barat ke Nusantara, banyak masyarakat yang menderita akibat perlakuan semena-mena mereka untuk menguasai rempah-rempah yang ada. Mulai dari praktik monopoli perdagangan hingga tindakan kekerasan terhadap warga lokal.

Akibat penderitaan yang dirasakan oleh rakyat nusantara, muncul tokoh-tokoh yang mulai berani menyuarakan perlawanan terhadap bangsa Barat. Ketertindasan telah melahirkan pahlawan-pahlawan di daerahnya masing-masing. Sebut saja Pattimura,Teuku Umar, Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponegoro, dan masih banyak yang lainnya.

Perlawanan tokoh-tokoh daerah tersebut ada yang sukses, namun banyak juga yang belum membuahkan hasil manis sehingga monopoli dan kolonialisme masih terjadi. Kira-kira apa yang membuat bangsa Barat masih berkuasa di tanah kita sendiri di kala itu ya, Sobat SMP? Yuk kita simak artikel ini sampai habis untuk mengetahui alasannya!

1. Perjuangan masih bersifat kedaerahan

Perang Diponegoro walaupun merupakan perang yang paling besar dan menghabiskan kas keuangan Belanda, tetapi pada akhirnya dapat dikalahkan oleh Belanda. Demikian juga serangan Sultan Agung ke Batavia walaupun dengan jumlah pasukan yang sangat banyak dan dengan persiapan yang matang tetapi akhirnya dapat dilumpuhkan juga oleh Belanda. Sama pula halnya dengan perlawanan dan serangan raja-raja dan tokoh-tokoh Indonesia sebelum tahun 1908. Semua belum berhasil dan belum bisa mengusir kolonialisme dan imperialisme dari Indonesia.

Sebenarnya pahlawan-pahlawan dari daerah sudah berjuang dengan semaksimal mungkin untuk memukul mundur pasukan penjajah dari tanah daerahnya. Namun, hal yang membuat berbeda adalah pasukan Hindia-Belanda memiliki kekompakkan untuk menguasai rempah-rempah di Nusantara, sedangkan para pahlawan daerah baru berjuang untuk daerahnya masing-masing.

2. Termakan politik adu domba

Baca Juga  Penyelenggaraan MPLS Mengikuti Kebijakan PTM Terbatas

Sobat SMP pasti pernah mendengar istilah devide et impera atau yang lebih dikenal dengan politik pecah-belah (politik adu domba). Belanda melakukan politik adu domba dan memecah-belah persatuan supaya kerajaan-kerajaan tersebut berperang. Pada saat terjadi perang antarkerajaan, Belanda membantu salah satu kerajaan tersebut. Setelah kerajaan yang didukung menang, Belanda kemudian meminta balas jasa atau imbalan berupa monopoli perdagangan dan penguasaan atas beberapa lahan atau daerah yang ada di kerajaan tersebut.

3. Kurangnya rasa nasionalisme

Alasan terakhir ialah masyarakat kala itu belum memiliki rasa nasionalisme yang kuat. Alasan ini telah tecermin dari dua poin sebelumnya. Rakyat Nusantara belum merasa memiliki Tanah Air bersama-sama serta belum bisa bersatu dalam satu tubuh yang bernama Indonesia. Bayangkan apa yang akan terjadi jika para tokoh-tokoh daerah tersebut berkumpul untuk berdiskusi dan merencanakan strategi untuk mengusir penjajah dari negeri kita? Mungkin bangsa kita tidak akan terlalu lama merasakan penderitaan dan kepedihan dari kolonialisme.

Jadi, itulah tadi beberapa alasan mengapa perjuangan kedaerahan belum bisa mengusir penjajah. Dari sini, kita bisa melihat pentingnya semangat persatuan untuk bisa sukses mengalahkan segala tantangan yang ada di depan mata. Selalu jaga persatuan dan kesatuan Indonesia ya Sobat SMP!

Referensi: Modul PJJ IPS Kelas VIII Semester Genap terbitan Direktorat SMP tahun 2020

smpn19.semarangkota.go.id - Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, kami menyampaikan Jiwa, Semangat dan Nilai Nilai Juang 1945 sebagai berikut:

1.  Sejarah Perkembangan JSN 45

Jiwa, semangat dan nilai – nilai (JSN) kejuangan bangsa Indonesia tidak lahir seketika tetapi merupakan proses perkembangan sejarah dari zaman ke zaman dimana embrio nilai dari JSN itu sudah ada dari jaman kerajaan, hanya saja belum dimunculkan dan dirumuskan. Setelah tercapainya titik kulminasi atau titik puncak pada tahun 1945 nilai – nilai JSN disepakati sebagai dasar, landasan, kekuatan dan daya dorong bagi para pendiri Republik Indonesia.
Untuk memperoleh gambaran tentang JSN 45 yang berkembang pada setiap zamannya yang dibagi dalam periodisasi sebagai berikut :

  • Periode I : Masa sebelum Pergerakan Nasional
    Pada periode ini beberapa agama yang tersebar seperti: agama Budha, Hindu, Islam dan Kristen yang kemudian dianut oleh penduduk setempat dengan penuh kerukunan. Jiwa, semangat dan nilai – nilai kejuangan sudah mulai timbul yaitu dengan kesadaran harga diri, jiwa yang merdeka, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kerukunan hidup umat beragama serta kepeloporan dan keberanian.
  • Periode II : Masa Pergerakan NasionalRasa harga diri bangsa yang tidak mau dijajah menggugah semangat dan perlawanan seluruh masyarakat terhadap penjajah untuk berusaha merebut kembali kedaulatan dan kehormatan bangsa. Sejak itu timbulah jiwa, semangat dan nilai - nilai kejuangan, nilai harkat dan martabat manusia, jiwa dan semangat kepahlawanan, kesadaran anti penjajah atau penjajahan, kesadaran persatuan dan kesatuan perjuangan.

    Pada akhir penjajahan Jepang pada tanggal 1 Juni 1945, IR. Soekarno menyampaikan pokok – pokok pikirannya tentang falsafah bangsa dan Negara yang dinamakan PANCASILA dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Perlu diketahui bahwa tahap perjuangan antara Kebangkitan Nasional dan akhir masa penjajahan Jepang merupakan persiapan kemerdekaan. Jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan semakin menggelora.

  • Periode III : Masa Proklamasi dan Perang Kemerdekaan
    Titik kulminasi perjuangan kemerdekaan tercapai dengan Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Lahirnya Negara Republik Indonesia menimbulkan reaksi dari pihak Belanda yang ingin menjajah Indonesia kembali. Hal tersebut menyebabkan bangsa Indonesia kembali mengalami perjuangan yang dahsyat dalam segala bidang baik melalui perjuangan senjata, bidang politik maupun diplomasi. Perjuangan ini melahirkan nilai - nilai operasional yang memperkuat jiwa, semangat dan nilai - nilai kejuangan yang telah ada sebelumnya terutama rasa harga diri sebagai bangsa yang merdeka, semangat untuk berkorban demi tanah air, bangsa dan negara.
  • Periode IV : Masa Perjuangan Mengisi Kemerdekaan.
    Perjuangan masa ini tidak terbatas waktu karena perjuangan bermaksud mencapai tujuan akhir nasional seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Dalam periode ini jiwa, semangat dan nilai - nilai kejuangan yang berkembang sebelumnya tetap lestari, yaitu nilai - nilai dasar yang terdapat pada Pancasila, proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

2.  Rumusan Jiwa, Semangat dan Nilai - nilai kejuangan 45

     Rumusan Jiwa, Semangat dan Nilai - nilai Kejuangan 45 adalah sebagai berikut :

  • Jiwa adalah sesuatu yang menjadi sumber kehidupan dalam ruang lingkup makhluk Tuhan yang maha esa. Jiwa bangsa adalah kekuatan batin yang terkandung dalam himpunan nilai – nilai pandangan hidup suatu bangsa.
  • Semangat adalah manifestasi dinamis atau ekspresi jiwa yang merupakan dorongan untuk bekerja dan berjuang. Jiwa dan semangat suatu bangsa menentukan kualitas nilai kehidupannya.
  • Nilai adalah suatu penyifatan yang mengandung konsepsi yang diinginkan dan memiliki keefektifan yang mempengaruhi tingkah laku.
  • Jiwa 45 adalah Sumber kehidupan bagi perjuangan bangsa Indonesia yang merupakan kekuatan batin dalam merebut kemerdekaan, menegakkan kedaulatan rakyat serta mengisi dan mempertahankannya.
  • Semangat 45 adalah Dorongan dan manifestasi dinamis dari Jiwa 45 yang membangkitkan kemauan untuk berjuang merebut kemerdekaan bangsa, menegakkan kedaulatan rakyat serta mengisi dan mempertahankannya.
  • Nilai 45 adalah nilai - nilai yang merupakan perwujudan jiwa dan Semangat 45 bersifat konseptual yang menjadi keyakinan, keinginan dan tujuan bersama bangsa Indonesia dengan segala keefektifan yang mempengaruhi tindak perbuatan Bangsa dalam merebut kemerdekaan, menegakkan kedaulatan rakyat serta mengisi dan mempertahankannya.

3. Nilai - nilai Dasar dan Nilai Operasional JSN 45

  1. Nilai - nilai dasar dari JSN 45 dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Semua nilai yang terdapat dalam setiap Sila dari Pancasila.2) Semua nilai yang terdapat dalam Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

3) Semua nilai yang terdapat dalam Undang - Undang Dasar 1945, baik pembukaan, batang tubuh, maupun penjelasannya.

b. Nilai - nilai operasional yaitu nilai - nilai yang lahir dan berkembang dalam perjuangan bangsa Indonesia selama ini dan merupakan dasar yang kokoh dan daya dorong mental spiritual yang kuat dalam setiap tahap perjuangan Bangsa seterusnya untuk mencapai tujuan nasional akhir.

c. Metode Kelestarian Jiwa, Semangat dan Nilai - nilai 45   1) Metode pelestarian jiwa, semangat dan nilai - nilai 45

        a) Metode Edukasi: Metode dimana tujuannya untuk menanamkan dasar yang kuat ;

            untuk penghayatan dan pengamalan jiwa, semangat dan nilai - nilai 45.

        b) Metode Keteladanan : Melalui metode ini kita bisa memberikan keteladanan kepada

            orang lain dalam menghayati dan mengamalkan jiwa, semangat dan nilai - nilai 45.

        c) Metode Informasi dan Komunikasi :

            Metode informasi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sifatnya searah.             Tujuannya tidak hanya terbatas memberikan penjelasan saja, tetapi dapat memberi            ajakan, dorongan dan motivasi pada orang lain.

       d) Metode Sosialisasi : Metode ini merupakan upaya untuk menyampaikan pesan yang


           terkandung dalam jiwa, semangat dan nilai - nilai 45 dalam ruang lingkup masyarakat.

2) Pola penerapan metode jiwa, semangat dan nilai - nilai 45.
    a) Pendekatan Edukasi
        Jalur keluarga :Orang tua berkewajiban mendidik anak anaknya supaya tanggap dan         peka terhadap keadaan dan perkembangan lingkungan, pertumbuhan anak - anaknya,          penyebarluasan JSN 45

        Jalur masyarakat: Sejalan dengan pendidikan formal melalui jalur sekolah hendaknya

         pendidikan diluar sekolah juga dimanfaatkan dengan sebaik - baiknya.

        Jalur Sekolah : Pendekatan edukasi melalui jalur pendidikan formal (sekolah) yang terikat

         pada ruang, waktu, mata pelajaran (kurikulum) dan jenjang persekolahan bertujuan untuk         menanamkan JSN 45 melalui proses belajar mengajar.

    b) Pendekatan Keteladanan


        Jalur Keluarga    : Pendekatan ini menyangkut sikap, tingkah laku, serta penghayatan        dan pengamalannya

        Jalur Sekolah: Merupakan forum pendidikan formal yang memegang peran utama dalam

        usaha melestarikan JSN 45 terutama dalam upaya guru sebagai pendidik dan tokoh        panutan yang sangat berperan menciptakan kondisi yang memungkinkan para anak         didik akan dapat menghayati dan mengamalkan JSN 45.

        Jalur Masyarakat: Melalui jalur masyarakat peranan dan keteladanan tokoh -

        tokoh masyarakat, para pemimpin informal yang berada ditengah - tengah lingkungan        masyarakat sangat membantu dan menentukan untuk penghayatan dan pengamalan JSN         45.

    c) Pendekatan Informasi dan Komunikasi.


        Jalur Keluarga   : Iklim yang sejuk dalam keluarga akan membantu dalam pelaksanaan        kelestarian JSN 45.

        Jalur Sekolah    : Dalam lingkungan sekolah perlu adanya iklim keterbukaan dari kedua

        belah pihak yaitu pendidik dan peserta didik dan diharapkan mereka mampu mendalami        dan mengerti JSN 45.

        Jalur Masyarakat: Penyampaian pesan melalui keteladanan kepada masyarakat juga

        menyangkut hubungan timbal balik antara; pemimpin dan yang dipimpin.

    d) Pendekatan Sosialisasi : Tujuan pendekatan sosialisasi agar masyarakat mengerti,

        menghayati dan mengamalkan JSN 45.

    e) Pendekatan jalur Agama : Pendekatan jalur agama adalah dimana pelestarian JSN 45

        akan lebih mudah dalam kehidupan; beragama, demikian pula Alim ulama dan tokoh -

        tokoh agama sangat menentukan kelestarian JSN 45.

Jiwa, Semangat dan Nilai nilai 45 atau yang disebut dengan JSN 45 dilihat sebagai nilai perjuangan bangsa Indonesia memiliki tugas : tetap melestarikan jiwa, semangat dan nilai - nilai 45 sebagai nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya pembangunan watak dan kepribadian bangsa sebagai bangsa pejuang melalui pelaksanaan gerakan nasional, juga dijadikan sebagai kesadaran kebangsaan guna mempersiapkan warga negara terutama calon – calon pemimpin bangsa yang berkualitas dan menciptakan pemimpin sesuai cita - cita kebangsaan yang mampu mengemban citra Proklamasi 1945 dan menjadi perekat berbangsa dan bernegara. Salah satu contoh JSN yang ada pada masa kini yaitu masih diadakannya lomba-lomba pada perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia. Hal ini dapat memupuk jiwa , semangat, serta nilai 45 pada diri anak-anak dalam menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia. 

Di SMP Negeri 19 Semarang pelaksanaan JSN'45 dilaksanakan dalam bentuk:

  • Kegiatan Salam Sapa saat Siswa datang
  • Kegiatan Upacara
  • Kegiatan Ekstrakurikuler
  • Terintegrasi dengan Kegiatan Intrakurikuler
  • Kegiatan Keagamaan
  • Lomba Lomba HUT Kemerdekaan
  • Kerja Bakti/Gotong royong
  • Kebersihan dan lain lain

 Berikut Video Pelaksanaan JSN'45 di SMP Negeri 19 Semarang:

Bisa juga disaksikan di youtube langsung di alamat https://www.youtube.com/watch?v=_ZWrU5Fj9zE