Sebutkan bentang alam yang biasa digunakan masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi

Ilustrasi kegiatan masyarakat dataran tinggi, sumber foto: //unsplash.com/

Aktivitas masyarakat sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis yang ada di sekitarnya. Kondisi geografis suatu wilayah juga memengaruhi mata pencaharian masyarakat sekitar. Karena itu, setiap daerah memiliki aktivitas yang berbeda dan tentunya memiliki kegiatan ekonomi yang berbeda juga. Berikut adalah lima contoh aktivitas penduduk Indonesia di dataran tinggi.

Setiap masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya pasti akan melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan ekonomi. Dikutip dari buku Pasti Bisa Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD/MI Kelas IV, Tim Tunas Karya Guru (2017: 8) kegiatan ekonomi adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan tempat tinggalnya. Perbedaan bentang alam dan kekayaan alam yang ada disuatu daerah akan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi di daerah tersebut.

Daerah pegunungan dan dataran tinggi yang memiliki udara yang sejuk dan tanah yang subur. Kegiatan ekonominya akan cenderung mengarah pada sektor pertanian. Dimana masyarakat pegunungan atau dataran tinggi kebanyakan akan menjadi petani dengan memanfaatkan lahan-lahan yang ada.

5 Contoh Aktivitas Penduduk Dataran Tinggi

Ilustrasi kegiatan masyarakat dataran tinggi, sumber foto: //unsplash.com/

Dataran tinggi atau pegunungan sendiri adalah suatu wilayah atau daerah yang berada 500 meter di atas permukaan air laut. Berikut adalah contoh aktivitas yang berada di lingkungan wilayah dataran tinggi.

Kondisi fisik dataran tinggi yang berhawa sejuk dan letaknya yang relatif tinggi ( > 600 m di atas permukaan laut ) cocok untuk usaha perkebunan teh, kina, cengkih, kopi, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Jenis tanaman ini akan tumbuh subur di daerah dataran tinggi. Hanya perlu hati-hati dalam pengolahan lahan untuk perkebunan. Kondisi fisik dataran tinggi rentan terhadap erosi tanah.

Selain perkebunan, kegiatan ekonomi yang dapat diusahakan di dataran tinggi adalah pertanian hortikultura. Sistem pertanian ini dilakukan dengan cara memperbanyak jenis tanaman yang di tanam pada lahan pertanian. Dengan cara ini hasil panen akan meningkat, kegagalan panen dapat diperkecil, dan lahan tetap hijau ditumbuhi tanaman sehingga erosi tanah dapat dicegah. Pertanian hortikultura banyak diusahakan di Pulau Jawa dan Sumatra.

Hutan akan tumbuh baik di dataran tinggi. Di Indonesia, hutan masih banyak tumbuh di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, dan sebagian kecil Jawa. Perekonomian penduduk Indonesia, terutama di luar Pulau Jawa, masih tergantung dari hasil hutan. Selain memanfaatkan berbagai jenis kayu, seperti jati, ulin, kruing, dan bangkirai, penduduk juga mengambil hasil hutan lainnya seperti rotan, damar, dan getah-getahan.

Di dataran tinggi yang berhawa sejuk dan dingin juga cocok untuk usaha peternakan. Jenis hewan yang diternakan atau dikembangbiakan adalah hewan yang mempunyai bulu tebal sehingga dapat mengatasi udara dingin.

Dengan memanfaatkan kondisi alam maka daerah dataran tinggi memiliki potensi yang luar biasa untuk dijadikan sebagai tempat wisata.

Demikian pembahasan mengenai contoh kegiatan di dataran tinggi. (WWN)

Page 2

Jakarta -

Perbedaan kegiatan ekonomi di daerah dataran tinggi dan pantaidipengaruhi oleh karakteristik alamnya. Karena perbedaan karakteristik alam ini pula, pekerjaan yang ada di dataran tinggi juga cukup kontras dengan pekerjaan yang ada di daerah pantai.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang perbedaan kegiatan ekonomi keduanya, terlebih dulu kita perlu mengetahui perbedaan karakter dataran tinggi dan dataran rendah, serta pantai. Perbedaan utama ketiganya adalah letaknya dari permukaan laut serta kondisi udaranya.

Mengutip dari buku 'Tak Kenal Maka Tak Sayang' Kemdikbud, dataran tinggi adalah daerah yang memiliki ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Ciri dataran tinggi yang dapat dengan mudah dirasakan adalah, hawanya yang dingin dan sejuk.

Sebaliknya, dataran rendah cenderung memiliki hawa yang panas. Dataran rendah berada di ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut.
Pantai juga mempunyai karakter hawa yang serupa dengan dataran rendah. Pasalnya, pantai merupakan daratan yang berada di tepi laut serta ada yang landai maupun terjal.

Pantai sendiri terbentuk karena berbagai aktivitas air laut seperti pasang, surut, dan juga gelombang. Dari perbedaan karakteristik ketiganya ini, makaperbedaan kegiatan ekonomi di dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai adalah sebagai berikut.

  • Kegiatan ekonomi di dataran tinggi

Masih menurut buku yang sama, dataran tinggi banyak dimanfaatkan untuk lahan perkebunan seperti sayuran, teh, kopi, dan sebagainya. Dalam buku Geografi: Sebaran dan Pengolahan Sumber Daya Kehutanan, Pertambangan, Kelautan, dan Pariwisata, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbanyak di dunia.

Di Indonesia, ada beberapa wilayah penghasil kopi terbesar. Wilayah penghasil kopi terbesar di Indonesia adalah Gayo Aceh, Kintamani Bali, dan Tanggamus Lampung. Selain menjadi area perkebunan, kegiatan ekonomi di area dataran tinggi juga terdapat dalam sektor jasa, khususnya sebagai tempat peristirahatan dan rekreasi.

  • Kegiatan ekonomi di dataran rendah dan pantai

Kembali merujuk pada buku Tak Kenal Maka Tak Sayang oleh Kemdikbud, dataran rendah sebagian besar dimanfaatkan sebagai area pertanian tanaman pangan serta tebu dan kelapa. Sebagai informasi, kegiatan perekonomian yang berkaitan dengan pabrik gula dan ladang tebu di Indonesia sebetulnya sudah ada sejak zaman Belanda.

Sementara itu di daerah pantai, ada beberapa jenis kegiatan ekonomi yang biasanya dilakukan di pantai landai. Kegiatan ekonomi yang ada di pantai landai adalah perikanan dan tambak, misalnya tambak udang dan bandeng.

Selain tambak juga ada kegiatan perikanan lain yang menyangkut kegiatan nelayan. Dari sektor jasa atau pariwisata, kegiatan ekonomi di daerah pantai adalah sarana rekreasi atau olahraga air.

Itu dia perbedaan kegiatan ekonomi di dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai. Kini, kalian sudah paham, bukan?

Simak Video " 'Exit Strategy' Dari Masa Resesi"



(pay/pay)

Kita harus mendefinisikan “bentang alam” dengan cara yang tidak mengesampingkan apapun situasi dunia nyata. Kita harus juga, mendefinisikan “bentang alam” sehingga kita bisa menggunakannya dalam skala berbeda.

Ini merupakan bagian dari seri mengenai bentang alam. Baca Bagian 1 – Mengapa Bentang Alam Penting?

Pertanyaan “mengapa” saya sebelumnya menjelaskan seluruhnya kecuali retorika – semua orang yang saya ajak bicara setuju bahwa bentang alam sangat penting, dan juga setuju bahwa ini penting bagi kesejahteraan manusia dalam kehidupan di planet kita.

Pertanyaan “Apa itu bentang alam?” lebih sulit dan membutuhkan pemikiran ke mana kita menuju dengan pendekatan bentang alam. Cara kita menggunakan “bentang alam” seharusnya ditentukan oleh konteks yang kita inginkan dan solusi yang kita tuju, bukan sebaliknya.

Kata bentang alam digunakan selama ratusan tahun meliputi aspek seni, hukum dan geografi. Tidak sering saya mengutip Wikipedia, tetapi saya temukan artikel mengenai “bentang alam” ini mencerahkan, khususnya etimologi dengan beberapa referensi bentang alam sebagai konstruk sosial. Saya juga mencatat artikel oleh Kennet Olwig yang mengeksplorasi konsep historis secara dalam, termasuk dikatakan bahwa “Konsep substantif bentang alam lebih memperhatikan hukum sosial dan keadilan daripada hukum alam atau estetika.”

Konsep pendekatan bentang alam bagi pembangunan berkelanjutan telah ada selama beberapa dekade. Artikel PNAS oleh Jeff Sayer, Terry Sunderland et al. terbaru memberikan kajian bagus dan juga menyoroti bagaimana Konvensi PBB mengenai Keragaman Hayati, sebuah proses antar-pemerintah, telah memasukkan konsep bentang alam dalam proses negosiasi mereka.

Jadi, darimana kita mengambil konsep bentang alam, setelah seluruh pengalaman dari masa lalu itu?

Mendapatkan Definisi

Bekerja bertahun-tahun dengan definisi terkait hutan, saya sangat menyadari bagaimana berbedanya pendapat, posisi, afiliasi profesional, agenda politik dan perasaan bisa masuk dalam perdebatan sebuah definisi, seperti yang terjadi pada “hutan”.

Saya tidak ingin menjalani debat yang sama mengenai definisi “bentang alam.” Apa yang kita perlukan adalah memahami bahwa ini cukup generik dan luas untuk memasukkan semua kombinasi kehutanan, pertanian dan penggunaan lahan lain. Dan kita memerlukan definisi yang mencakup kepentingan dan aksi manusia, serta konstitusi biofisik bentang alam. Dengan kata lain, dalam mendefinisikan bentang alam kita perlu memasukkan keluasan dan sumber daya bentang alam, serta interaksi masyarakat dengan bentang alam.

Tujuan pendekatan bentang alam, seperti yang kami ungkapkan dalam tujuan Forum Bentang Alam Global, adalah berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan dan mendukung tindakan untuk meredam perubahan iklim. Ini merupakan tugas berat.

Oleh karena itu, kita harus mendefinisikan “bentang alam” dengan cara yang tidak mengesampingkan apapun situasi dunia nyata. Kita harus juga, mendefinisikan “bentang alam” sehingga kita bisa menggunakannya dalam skala berbeda. Pertanian adalah bentang alam. Bumi adalah bentang alam utama. Konsep ini harus bisa diterapkan di seluruh rentang skala jika kita ingin tujuan-tujuan tersebut.

Tetapi kita tidak bisa mendefinisikan bentang alam hanya dengan melokalisasi sebuah wilayah geografis dan menggambar batas pada peta. Dimensi manusia lah yang membangun bentang alam. Harus ada sebentuk lembaga untuk mengekspresikan ambisi bagi wilayah geografis, menetapkan prioritas dan membantu mentransformasikan ambisi ini menjadi aksi.

Kita dapat menyebut ini tata kelola bentang alam dan harus diakui bahwa pengaturan tata kelola ini dapat berbeda dan ada secara informal seluruhya dengan pengaturan sangat formal.

Dengan dua parameter dasar ini – keluasan geografis dan tata kelola – saya menawarkan definisi berikut:

Bentang alam = “Sebuah tempat yang memiliki tata kelola

(1)   Tempat: Sebuah bentang alam adalah wilayah geografis beragam ukuran – dari paling kecil ke paling besar.

(2)   yang memiliki tata kelola: Terdapat lembaga yang akan mempertimbangkan pilihan bagi bentang alam dan menetapkan prioritas. Formalisasi tingkat pemerintah bisa bervariasi, dari informal ke formal.

Grafik di atas mengilustrasikan bagaimana keragaman jenis bentang alam dapat dipetakan menjadi dua dimensi. Seperti yang dapat Anda lihat, ini merupakan cara inklusif dalam mendefinisikan apa itu bentang alam. Faktanya, sangat inklusif sehingga lokasi tertentu dapat selalu menjadi bagian dari beberapa bentang alam dalam skala berbeda pada saat yang sama. Ini sangat sempurna dan juga bisa merefleksikan lapisan situasi tata kelola simultan yang kita berada di dalamnya.

Diskusi mengenai apa maknanya bentang alam memberi titik awal bagi langkah berikut dan topik blog saya berikut – mendiskusikan bagaimana kita bisa menentukan tujuan dan mengukur kemajuan dalam bentang alam dengan cara yang bisa dibandingkan pada semua situasi ini.

Page 2

Hari Bentang Alam adalah kesempatan untuk benar-benar mempengaruhi apa yang akan terjadi di negosiasi COP19, yang masih merupakan bejana kosong untuk kehutanan, kata Tony La Vina, ahli kehutanan dari Philipina yang melakukan negosiasi perubahan iklim.

BOGOR, Indonesia (6 November 2013) – Forum Bentang Alam Global yang didedikasikan bertepatan dengan perundingan perubahan iklim internasional mendatang di Warsawa yang menyoroti manfaat pendekatan holistik bagi manajemen pemanfaatan lahan serta dapat memberi strategi peran kunci dalam upaya menghambat pemanasan global, pendapat seorang negosiator iklim internasional.

Para negosiator diharapkan dapat memperluas cakupan perundingan daripada sekadar memecahkan masalah-masalah kontroversial terkait verifikasi emisi karbon di bawah skema REDD+ (pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan) dukungan PBB, yang terhenti di negosiasi perubahan iklim di Doha, Qatar, tahun lalu.

“Sangat penting untuk memiliki Hari Bentang Alam sebagai pengaturan agenda,” kata Tony La Vina, ahli kehutanan yang melakukan negosiasi atas nama Filipina.

Pertemuan tingkat tinggi iklim Warsawa merupakan langkah penting menuju batas waktu 2015 guna mencapai kesepakatan iklim internasional baru dan menentukan kerangka kerja dua tahun ke depan. Namun, di kala para pengamat proses pembuatan kebijakan iklim bekerja keras bergulat dengan poin-poin kunci, mereka belum berharap bisa melihat satu keputusan besar yang dibuat pada pertemuan puncak, yang secara tidak resmi dikenal sebagai sebagai COP19.

“Ini adalah kesempatan untuk benar-benar mempengaruhi apa yang akan terjadi di negosiasi tersebut, yang masih merupakan bejana kosong untuk kehutanan, pemanfaatan lahan, dan pertanian. Bukan apa-apa, ini adalah kesempatan bagi masyarakat untuk menempatkan apa seharusnya ada dalam perjanjian,” kata La Vina.

Para negosiator diharapkan melanjutkan diskusi mengenai apakah pengurangan emisi yang diklaim negara harus diverifikasi oleh badan internasional independen atau oleh masing-masing negara.

Kompromi yang melibatkan analisis internasional mengenai laporan reduksi emisi sekarang sudah ada di atas meja, menyediakan rancangan tekstual yang bisa diputuskan di Warsawa.

Beberapa negosiator ingin menyertakan program REDD+ yang berfokus pada pendekatan integratif emisi karbon dengan menggabungkan sektor pemanfaatan lahan seperti pertanian dan kehutanan.

“Jika hutan dipandang semata-mata sebagai mesin karbon, mungkin baik untuk perubahan iklim, tetapi sebenarnya buruk bagi masyarakat, hutan dan keanekaragaman hayati,” ujar La Vina.

Beberapa sesi di Forum Bentang Alam Global di Warsawa akan terfokus pada REDD+, dampaknya terhadap bentang alam serta bagaimana pendanaan iklim yang ada serta mekanisme tata kelola dapat diperluas untuk mencakup pertanian dan sektor lainnya.

MENGHUBUNGKAN BERBAGAI SEKTOR UNTUK MITIGASI DAMPAK

Jika pendekatan bentang alam terpadu bisa menjadi agenda COP19, hal ini akan membuka pintu bagi para pembuat kebijakan mengatasi isu iklim yang makin mendesak karena pertumbuhan populasi global, dalam proyeksi PBB akan meningkat dari 7 miliar menjadi lebih dari 9,6 miliar pada tahun 2050, mendorong tingkat deforestasi yang sudah tinggi di daerah tropis dan memperburuk ancaman kesehatan.

Pada 2012, badan pangan PBB memperkirakan bahwa sedikitnya 870 juta orang kelaparan dan lebih dari 2 miliar menderita defisiensi mikronutrien, atau “kelaparan tersembunyi”.

Hubungan antara sektor pertanian dan kehutanan memiliki dampak yang signifikan pada kinerja dan jejak iklim.
Deforestasi, misalnya, bukan sekedar masalah hutan – pohon yang ditebang di seluruh dunia sering kali disebabkan karena meningkatnya kebutuhan makanan dan energi.

Di sisi lain, produksi pertanian bergantung pada layanan yang disediakan ekosistem sehat: Hutan secara global memasok sekitar 75 persen air yang layak digunakan. Pemanfaatan lahan bertanggung jawab atas sepertiga emisi gas rumah kaca global.

Pertanian, yang memberikan kontribusi sekitar 10 sampai 15 persen terhadap emisi gas rumah kaca , memiliki potensi mitigasi, kata Anette Engelund Friis, yang bertanggung jawab atas isu iklim Organisasi Petani Dunia.

Akan tetapi, pertanian belum dibahas dalam negosiasi perubahan iklim tingkat tinggi.

“Pertanian selalu menjadi isu politik, ” kata Engelund Friis menambahkan. “Itulah mengapa sangat penting ada lokakarya tentang pertanian dijadwalkan berlangsung di Warsawa, negosiator dapat mendiskusikan kompleksitas pertanian, dan mudah-mudahan ini dapat membawa pada keputusan COP masa depan mengenai program kerja ilmiah dan teknis (SBSTA) pertanian.”

Diharapkan program kerja baru SBSTA (Sub-badan Konsultasi Ilmiah dan Teknologi) akan dapat mendokumentasikan dan membagi pengetahuan tentang praktik-praktik pertanian maju untuk menginformasikan pengambilan keputusan bidang pertanian dan perubahan iklim sebagai strategi nasional telah disiapkan untuk mengatasi perubahan iklim.

Waktunya telah tiba untuk menempatkan pertanian di pusat perundingan iklim PBB, kata Friis, menambahkan bahwa dunia harus mengambil pendekatan yang koheren untuk pertanian.

“Sudah jelas bahwa pertanian memainkan peran besar dalam adaptasi perubahan iklim karena ketahanan pangan adalah kunci untuk kestabilan, ” katanya .

Lebih dari 200 negosiator iklim PBB telah terdaftar, dan lebih dari 350 orang diharapkan menghadiri Forum Bentang Alam Global, yang akan mempertemukan para pemangku kepentingan kehutanan, pertanian dan sektor berbasis lahan lainnya untuk bertukar ide, kata penyelenggara. Marcin Korolec, Presiden COP19 dan Menteri Lingkungan Polandia, akan menyampaikan pidato utama dan membuka sidang pleno utama.

PROPOSAL UNTUK PARIS

Berdasarkan landasan kerja di Warsawa, dan diikuti diskusi pada perundingan iklim PBB 2014 di Peru, muncul harapan tinggi bahwa penelitian bentang alam dan lobi terkait iklim akan memengaruhi kesepakatan pada perundingan di Paris tahun 2015.

Untuk informasi lebih lanjut hubungi Terry Sunderland di

Apakah Anda memiliki pertanyaan mengenai pendekatan lanskap dan nilainya untuk kebijakan perubahan iklim?

– Sampaikan ide-ide dan komentar Anda dalam dialog interaktif kami

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA