Sebutkan 4 perkembangan yang dapat dicapai pada masa Dinasti Umayyah periode Damaskus

Damaskus di Suriah menjadi salah satu tempat puncak kejayaan Islam.

Selasa , 26 Feb 2019, 17:05 WIB

Republika/Arif Supriono

dokumen yang dikirim dari Masjid Ummayah di Damaskus,

Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sejarah peradaban Islam, Damaskus menjadi pusat pemerintahan pertama di luar Jazirah Arabia. Pendiri Dinasti Umayyah, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, memindahkan ibu kota dari Madinah ke Damaskus pada 661. Kira-kira, 26 tahun sebelumnya, Damaskus sudah berada di tangan Islam, yakni era Khalifah Umar bin Khaththab.

Baca Juga

Sebagai kelanjutan dari masa khulafaur rasyidin, Dinasti Umayyah menjadikan Damaskus sebagai tonggak peradaban umat Islam. Pada 707, di kota tersebut berdiri rumah sakit sekaligus pusat studi kedokteran pertama. Hal itu atas dukungan Khalifah Walid bin Abdul Malik.

Menurut sejarawan Thomas Goldstein, ada 30 rumah sakit di Damaskus sampai abad ke-13. Sebelumnya, perpustakaan publik pertama juga berdiri di Damaskus pada 704. Inisiatornya adalah Khalifah Khalid bin Yazid, yang tidak lain cucu pendiri Dinasti Umayyah.

Di perpustakaan inilah mula-mula pusat kegiatan intelektual berlangsung. Di antaranya ada aktivitas filologi kesusastraan Arab serta kajian-kajian ilmu hadiyts, fiqih, kalam, dan sejarah.

Masa keemasan meliputi Damaskus begitu Sultan Nuruddin berkuasa pada 1154. Pada eranya, banyak masjid, madrasah, dan pusat kesehatan publik dibangun untuk menunjukkan pencapaian peradaban Islam.

Demikian pula dengan peningkatan kekuatan militer negara. Adapun aktivitas intelektual di Damaskus pada zaman itu berkembang pesat, antara lain, lantaran kontribusi dari dua suku, yakni Bani Asakir dan Bani Qudama.

Sultan Nuruddin mendirikan pusat studi hadits pertama, Dar al-Hadits di Damaskus. Madrasah yang khusus bagi mazhab Maliki, al-Shalahiyyah, juga dibina. Begitu pula dengan madrasah al-‘Adiliyyah pada 1171, yang kini menjadi Arab Academy.

Kotanya Ibnu Taimiyah

Salah satu pemikir yang unggul di Damaskus dalam masa keemasan Islam adalah Ibnu Taimiyah (1263-1328). Orang tuanya membawanya hijrah dari Harran ke Damaskus pada 1269. Sebab, kota kelahirannya itu terdampak serbuan tentara Mongol. Kala itu, Ibnu Taimiyah masih berusia tujuh tahun.

Di Damaskus, ayahnya ditunjuk menjadi kepala madrasah Sukkariyyah. Dia sempat mengajar di madrasah yang sama, utamanya dalam bidang ilmu hadits. Di Masjid Umayyah, Ibnu Taimiyah juga mengajar di zawiyah.

Hubungannya dengan rezim penguasa dalam masa itu kerap bermasalah. Bahkan, ia pernah berstatus tahanan politik. Alhasil, ulama besar ini merasakan dinginnya penjara beberapa kali. Di dalam bui, dia tetap melanjutkan menulis karya-karyanya.

Selain Ibnu Taimiyah, ada pula Ibnu al-Syatir (wafat 1375), seorang Muslim astronom sekaligus pakar matematika. Pria kelahiran Damaskus ini pada setahun lamanya belajar di al-Iskandariah, Mesir. Karyanya yang paling dikenang adalah Zij al-Jadid, Taliq al-Arsad, dan Nihayat al-Sul.

Ibnu al-Syatir juga meletakkan dasar-dasar teori peredaran planet-planet serta merancang pelbagai instrumen untuk mendukung kajian astronomi secara presisi. Pada 1337, dia menciptakan dua alat pengukur jarak benda-benda langit (astrolabe).

Tahun 1371, Ibnu al-Syatir membuat jam matahari raksasa untuk Masjid Damaskus. Sebagai astronom, rumus-rumusnya mendahului para astronom Eropa abad pencerahan, misalnya Copernicus yang menggegerkan Gereja dengan teori matahari-sentris.

Bahkan, beberapa riwayat menyebut, perhitungan Copernicus sama persis dengan al-Syatir. Apalagi, al-Syatir merupakan pengoreksi teori astronomi Yunani Kuno, Ptolemy, yang banyak dipakai Gereja untuk dalih “bumi sebagai pusat semesta.”

  • sejarah
  • peradaban islam
  • damaskus
  • ibnu taimiyah

sumber : Islam Digest Republika

tirto.id - Sejarah peradaban Islam mencatat, dinasti pertama selepas masa Kekhalifahan Rasyidin (632-661 Masehi) adalah Dinasti Umayyah yang dipelopori oleh Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Kendati sistem politiknya bertolak jauh dari sistem Kekhalifahan Rasyidin, namun di masa Kekhalifahan Umayyah, perkembangan ilmu pengetahuan terbilang pesat.

Berbeda dari masa Kekhalifahan Rasyidin yang menggunakan musyawarah untuk mengangkat khalifah, dinasti-dinasti Islam setelahnya, termasuk Kekhalifahan Umayyah, mewariskan kekuasaan melalui jalur keturunan. Dengan kata lain, khalifah dipilih dari anak khalifah sebelumnya.

Dilansir dari artikel ilmiah yang dimuat di Jurnal Tarbiya, Dinasti Umayyah berdiri sejak tahun 661 dan berakhir pada 750 Masehi. Selama 89 tahun berdiri, terdapat 14 khalifah berkuasa di Kekhalifahan Umayyah. Ada 5 khalifah yang paling terkenal, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Al-Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan Hasyim bin Abdul Malik.

Baca juga:

  • Al-Zahrawi, Mahaguru Dokter Bedah Sedunia dari Umayyah
  • Sejarah Kekhalifahan Umayyah, Kejayaan, Hingga Keruntuhannya
  • Kegeniusan Al-Biruni, Muslim Bergelar Guru Segala Ilmu

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Di masa Kekhalifahan Umayyah, keluarga khalifah dan pemerintahannya menaruh perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Sejumlah bidang ilmu berkembang pesat, seperti seni rupa yang dibuktikan dengan pahatan-pahatan, seni ukir, dan lukisan kaligrafi dari masa tersebut.

Selain itu, bidang arsitektur juga berkembang dengan dibangunnya Kubah Al-Sakhrah di Baitul Maqdia di masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan.

Dalam uraian "Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Masa Dinasti Umayyah" yang dimuat di Buletin Ilmiah Al-Turas, Nurhasan menuliskan sejumlah bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pesat itu meliputi ilmu-ilmu agama, bahasa, sejarah, geografi, filsafat, astronomi, matematika, fisika, dan ilmu pengetahuan alam lainnya.

Berikut penjelasan atas perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan pada masa Kekhalifahan Umayyah:

1. Ilmu-ilmu Agama

Sebenarnya, ilmu-ilmu agama sudah diminati sejak zaman Kekhalifahan Rasyidin, namun di masa Dinasti Umayyah, jenis keilmuan ini berkembang amat pesat.

Banyak sahabat Nabi Muhammad SAW yang mengembara untuk berdakwah. Di pelosok-pelosok negeri itulah, berdiri berbagai pusat kajian Islam yang mempelajari Alquran, hadis, dan fikih. Pusat-pusat kajian Islam itu terdapat di Makkah, Madinah, Kufah, Bashrah, Fustat, hingga Damaskus.

Di antara ilmu-ilmu agama yang berkembang adalah ilmu qiraat atau seni membaca Alquran, serta ilmu tafsir. Tokoh-tokoh di bidang qiraat dan tafsir adalah Nafi' bin Abdurrahman, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Ibnu Katsir, dan lain sebagainya.

Berkembang juga ilmu hadis dengan tokoh seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Daud, dan lainnya, ilmu fikih dengan tokoh besar seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, dan lainnya.

Baca juga:

  • Sejarah Maharaja Akbar Memadukan Islam dan Hindu di India
  • Sejarah Pasukan Islam Menaklukkan Mesir pada 1 Ramadan
  • Ledakan Beirut dalam Penggalan Sejarah Panjang Lebanon

2. Ilmu Bahasa Arab

Sebenarnya, ilmu bahasa Arab pada masa sebelum Islam sudah berkembang jauh. Namun, selama itu, sebagian besar penduduk jazirah Arab adalah ummi (tidak bisa membaca dan menulis). Tradisi keilmuan bahasa mereka berbentuk lisan, bukan tulisan.

Pada masa Kekhalifahan Umayyah, ilmu bahasa Arab dikodifikasi sedemikian rupa dan ditulis sesuai cabang-cabang bahasanya. Sebagai misal, Abu Al-Aswad Ad-Duali dari Bashrah yang menuliskan ilmu nahwu. Yahya bin Ya'mar, murid Abu Al-Aswad kemudian menggeluti ilmu saraf dan balagah.

Pada masa Dinasti Umayyahini ini juga, Ahmad Al-Farahidi menyusun kamus atau mu'jam bahasa Arab dan kaidah-kaidah bahasa Arab.

3. Ilmu Sejarah

Perkembangan ilmu sejarah di masa Dinasti Umayyah dimulai dari penulisan sirah nabawiyah atau perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Data-data sejarah ini dikulik melalui sumber-sumber lisan dari sahabat-sahabat Rasulullah.

Di masa Kekhalifahan Umayyah, kitab sejarah yang pertama kali ditulis adalah Al-Maghazi dan Al-Sirah yang ditulis Ibnu Syihab Az-Zuhri untuk merekam riwayat perjalanan Nabi Muhammad SAW.

Sejarawan-sejarawan yang terkenal di masa Kekhalifahan Umayyah antara lain Ibnu Ishaq Al-Waqidi, Ibnu Hisyam, Muhammad bin Umar Al-Waqidi, dan lainnya.

Baca juga:

  • Khalifah yang Membangun Gereja Suci & Makam Yesus
  • Sejarah Kejatuhan Pusat Perang Salib Konstantinopel
  • Turki Ottoman Melemah dan Bantuan Inggris, Lahirlah Arab Saudi

4. Ilmu Kalam

Di bidang ilmu kalam, di masa Kekhalifahan Umayyah berkembang aliran-aliran pemikirian Jabariyah yang dipelopori oleh Jahm bin Shafwan, aliran Qadariyah yang dipelopori Ma'bad Al-Juhani, dan aliran Mu'tazilah yang dipelopori oleh Washil bin Atha'.

Aliran-aliran pemikiran dan ilmu kalam ini mencoba menafsirkan ajaran Islam dengan metode filsafat. Namun, banyak tokohnya yang mendapat tekanan dari pemerintah. Kendati demikian, aliran pemikiran dan ilmu kalam tetap berkembang pesat.

5. Sastra

Jenis sastra yang berkembang di masa Kekhalifahan Umayyah adalah syair atau puisi. Syair-syair ini didendangkan di banyak pertemuan. Bahkan, pada masa itu, terdapat Pasar Ukaz yang menjadi tempat untuk pertunjukan syair Arab.

Di masa Dinasti Umayyah, orang yang memiliki kecakapan lisan, baik itu orator dan penyair memiliki kedudukan sangat terhormat di kabilahnya. Diterakan, bangsa Arab bahkan tidak mengucapkan ucapan selamat, kecuali pada tiga hal, yaitu lahirnya anak kuda kesayangan, lahirnya bayi laki-laki, dan kemunculan seorang penyair.

Di era Kekhalifahan Umayyah pula, terdapat beberapa aliran syair yang berkembang, misalnya syair ghazal yang penuh nuansa cinta dan erotisme. Syair ghazal ini dikembangkan oleh Umar bin Abu Rabiah. Selain itu, berkembang juga syair politik yang dikenal dengan sebutan Al-Syi'r Al-Hizbi.

Baca juga:

  • Penjelasan 4 Teori Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
  • Sejarah Awal Kesultanan Mataram Islam, Letak, dan Pendiri Kerajaan
  • Kesultanan Aceh Darussalam: Sejarah Masa Kejayaan dan Peninggalan

6. Ilmu Kimia dan Kedokteran

Untuk keperluan praktis, ilmu kimia dan kedokteran turut berkembang pesat. Tokoh terkenal yang mendalami bidang ini adalah Khalid bin Yazid bin Mu'awiyah yang belajar di Alexandria, Mesir. Ia menerjemahkan karya-karya Yunani di bidang kedokteran, kimia, farmasi, dan matematika ke bahasa Arab.

Tokoh lainnya dari golongan Nasrani adalah Ibnu Atsal dan Abu Hakam Al-Nashrani. Ia merupakan dokter pribadi khalifah Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Abu Hakam adalah spesialis bidang farmasi dan obat-obatan, dari pil, tablet, hingga ramuan herbal.

Baca juga:

  • Sejarah Kesultanan Ternate: Kerajaan Islam Tertua di Maluku Utara
  • Sejarah Kesultanan Demak: Kerajaan Islam Pertama di Jawa
  • Sejarah Kerajaan Samudera Pasai: Pendiri, Masa Jaya, & Peninggalan

Baca juga artikel terkait DINASTI UMAYYAH atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/isw)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Abdul Hadi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA