Sebutkan 3 masalah yang sering terjadi karena perkembangan fisik yang kurang optimal pada remaja

Halodoc, Jakarta – Pubertas menjadi salah satu tahap perkembangan seseorang. Baik perempuan maupun pria semuanya melewati masa pubertas. Umumnya, para pria mengalami masa pubertas di rentang usia 12-16 tahun, sedangkan pada perempuan akan melalui masa pubertas di usia 10-14 tahun. Tentunya, pria maupun perempuan yang mengalami masa pubertas akan mengalami beberapa perubahan pada fisiknya. Kondisi ini dapat terjadi akibat adalah hormon pertumbuhan dalam tubuh.

Baca juga: Ini Tanda Pubertas pada Remaja Perempuan

Nah, bagi orangtua, tidak ada salahnya mengenali beberapa perubahan fisik yang terjadi pada remaja perempuan ketika memasuki masa pubertas. Penting untuk mengetahui tanda-tanda pubertas pada anak perempuan agar orangtua memberikan pendidikan seksual yang tepat pada anak agar remaja perempuan dapat memiliki rasa tanggung jawab terhadap tubuhnya.

Berikut ini perubahan fisik yang terjadi pada remaja perempuan di masa pubertas, yaitu:

1. Payudara Mulai Tumbuh

Saat memasuki masa pubertas, payudara pada perempuan perlahan mulai tumbuh dan semakin membesar. Umumnya, hal ini terjadi pada anak perempuan yang berusia 8-13 tahun. Umumnya, diawali pada bagian puting dan areola. Sebaiknya ibu jangan khawatir jika payudara anak baru tumbuh pada satu bagian. Kondisi ini terbilang normal karena pertumbuhan payudara tidak secara bersamaan. Alasan ini juga yang menyebabkan payudara perempuan akan memiliki ukuran yang berbeda.

Namun, sebaiknya ibu perhatikan jika perbedaan yang terjadi begitu mencolok, seperti munculnya benjolan pada salah satu payudara. Kondisi ini tentunya memerlukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit terdekat untuk memastikan kesehatan anak.

2. Muncul Rambut Halus pada Ketiak atau Sekitar Kemaluan

Terkadang munculnya rambut halus pada ketiak atau kemaluan membuat anak menjadi malu atau minder, sebaiknya ibu berikan pengertian pada anak bahwa hal tersebut wajar terjadi. Jangan lupa mengajarkan anak untuk selalu menjaga kebersihan area kemaluan maupun ketiak yang mulai ditumbuhi rambut halus.  

Baca juga: 6 Tanda Pubertas pada Remaja Laki-Laki

3. Perubahan Bentuk Tubuh

Melansir Raising Children, anak perempuan yang memasuki masa pubertas akan mengalami perubahan bentuk tubuh. Tidak hanya semakin menunjukkan lekuk tubuh, tetapi anak juga mengalami pertumbuhan tinggi secara drastis. Umumnya, pertumbuhan tinggi anak perempuan akan berhenti pada usia 16-17 tahun.

4. Perubahan Berat Badan

Tidak hanya tinggi badan yang mengalami perubahan, pada masa pubertas beberapa anak mengalami kenaikan berat badan yang cukup signifikan. Tidak ada salahnya ibu mendampingi anak dan memberikan asupan yang bernutrisi serta sehat agar anak tidak mengalami obesitas maupun kekurangan berat badan saat masa pertumbuhannya. Asupan yang cukup tentunya akan membuat kesehatan anak semakin optimal.

Itulah perubahan fisik yang terlihat pada anak yang mulai memasuki masa pubertas. Umumnya, pubertas pada anak perempuan ditandai dengan munculnya menstruasi pada anak perempuan. Namun, beberapa bulan sebelum menstruasi, anak mengalami keputihan dalam bentuk bening dan tidak berbau. Selain itu, keputihan yang dialami juga tidak menyebabkan rasa gatal.

Baca juga: Pahami Keterkaitan Depresi dengan Remaja Perempuan

Namun, tidak ada salahnya jika anak merasa tidak nyaman ketika keputihan, ibu bisa kunjungi dokter melalui aplikasi Halodoc untuk memastikan keputihan yang dialami merupakan hal yang normal atau membutuhkan penanganan medis.

Selain itu, jangan lupa untuk ajarkan anak mengenai kebersihan tubuh karena perubahan hormon yang terjadi pada masa pubertas dapat menyebabkan anak mengalami bau badan jika kebersihan tubuh tidak dijaga dengan baik.

Sebutkan 3 masalah yang sering terjadi karena perkembangan fisik yang kurang optimal pada remaja

Referensi:
Kids Health. Diakses pada 2020. Understanding Puberty
Raising Children. Diakses pada 2020. Physical Changes in Puberty: Boys and Girls
Healthy Children. Diakses pada 2020. Physical Development in Girls: What to Expect During Puberty

Sebutkan 3 masalah yang sering terjadi karena perkembangan fisik yang kurang optimal pada remaja

Banyak orang tampaknya memandang masa remaja merupakan masa yang membingungkan dalam kehidupan, bahkan bisa menjadi sangat menakutkan untuk orangtua dan anak-anak. Oleh karena itu, orangtua dan anak-anak perlu memiliki pemahaman mengenai masa remaja itu sendiri. Dengan demikian, sang anak dapat memahami diri mereka sendiri serta diharapkan mampu menjalani masa remaja menjadi lebih baik.

Istilah adolescent diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Usia remaja dan perkembangannya
Rentang waktu usia remaja biasanya dibedakan atas tiga: masa remaja awal (usia 12–15 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15–18 tahun), masa remaja akhir (usia 18–21 tahun). Remaja merupakan individu yang sedang berada dalam masa persiapan menuju kedewasaan. Oleh karenanya, terjadi perkembangan secara pesat baik di fisik, psikologis, dan intelektual. Masa remaja juga bisa dibilang masa mereka berada pada rentang waktu yang paling banyak mengalami pengalaman perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema tertentu bagi si remaja. Apabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bukan tidak mungkin dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.

Problema remaja
Problema yang mungkin timbul pada masa remaja adalah:

  1. Pertumbuhan fisik yang cepat. Ketika perkembangan fisik tidak proporsional atau keadaan fisik tidak sesuai dengan harapan, maka dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Selain itu, kematangan organ reproduksi pada masa remaja juga berkembang. Jika tidak terbimbing oleh norma-norma, dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual
  2. Perkembangan kognitif dan bahasa. Ketika si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya
  3. Perkembangan perilaku sosial, moralitas, dan keagamaan. Masa remaja ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri
  4. Perkembangan kepribadian dan emosional. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, remaja akan mengalami krisis identitas atau identity confusion. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif

Related Health Articles

Solusi

  • Orangtua dan guru
    Remaja mulai memindahkan ketergantungannya dari orangtua ke orang lain atau teman sebaya. Namun demikian, remaja tetap memerlukan pengarahan dan pengawasan dari guru dan orangtua untuk memunculkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan keterampilan-keterampilan baru, namun tetap memberi ruang gerak baginya. Pengawasan yang terlalu ketat bisa berakibat kurangnya inisiatif dan ia tidak akan bisa mengembangkan dirinya. Remaja kerap menolak segala hal yang dianggap baik oleh orangtua dan suka mengkritik orangtua. Hal ini karena meningkatnya cara berpikir kritis, selalu menanyakan sebab-sebab, akibat-akibat, dengan cara menyanggah pendapat orang dewasa. Namun demikian, ia tetap memerlukan kehangatan dan keserasian dalam keluarga dan membutuhkan dukungan emosional dari orangtua untuk membantunya mengatasi permasalahan yang dihadapinya sehari-hari dalam pergaulan.
  • Komunikasi efektif
    Komunikasi yang baik perlu diperhatikan untuk memudahkan penyaluran kasih sayang. Dengan demikian, pergaulan yang buruk dapat dihindari. Selain itu, kompetisi dapat menyebabkan anak menjadi sadar akan kemampuan dan keterbatasannya. Penting diingat bahwa remaja memerlukan dorongan, semangat, pengawasan, dan pengarahan.
  • Pendidikan moral dan keagamaan
    Pendidikan ini akan mengembangkan dan memupuk hati nuraninya. Sebaliknya, hati nurani yang terpupuk baik akan memudahkan berperilaku sesuai dengan prinsip moral dan nilai-nilai manusiawi. Seluruh perkembangan merupakan suatu rangkaian bertahap dan berkesinambungan. Perlu diberi keterangan tentang pertimbangan moral dalam hubungan dengan teman sebaya, kegiatan-kegiatan dan apa yang bisa merugikan orang lain, serta analisa tentang perilaku bermoral dan kaidah-kaidah agama. Orangtua juga harus menjadi model manajemen stres yang sehat di rumah. Jika remaja menyadari bahwa mereka tidak sendirian, orangtua dan dirinya juga pernah mengalami stres dan orangtua mampu menanganinya, maka ia akan dapat belajar cara-cara positif untuk mengatasi stres, bukan beralih ke obat-obatan.

Psikolog RS Pondok Indah - Puri Indah