Perjanjian Nanking yang ditandatangani pada tahun 1842 membawa akibat luas bagi Tiongkok yaitu

Perjanjian-Perjanjian yang Merugikan China pada 1840-1915

            Perjanjian-perjanjian yang merugikan China pada 1840-1915 adalah perjanjian-perjanjian yang ditandatangani oleh kerajaan-kerajaan China dengan penguasa asing pada abad ke 19 sampai 20, dimana pihak China dalam perjanjian ini banyak dipaksa oleh pihak penguasa asing dalam berbagai hal seperti pembayaran ganti rugi dalam jumlah besar, pembukaan lahan, menyerahkan tanah merekan, dan membuat berbagai konsensi kepada penguasa asing-penguasa asing. Perjanjian ini sering dilakukan jika China mengalami kekalahan dalam perang dengan pihak asing. Adapun bentuk-bentuk perjanjian China tersebut adalah sebagai berikut;

1.    Perjanjian Nanking

Kaisar terakhir China pada tahun 1821 adalah Dao Goang dengan gelarnya Kaisar Qing Xuan Zong, pada masa inilah maka negara-negara barat memasuki China. Negara-negara Barat tersebut menggunakan Candu sebagai bahan perdagangannya sehingga banyak rakyat China yang mengalami kecanduan dan memiliki ketergantungan yang luar biasa terhadap candu tersebut. Pada tahun 1838, kaisar Qing menyuruh Lin Ze Xu sebagai utusan kekaisaran menuju ke Guang Dong untuk mengadakan larangan terhadap penggunaan Candu. Lin Ze Xu kemudian menangkap pengedar candu dan menyita sekitar 2 jutaan kilogram candu serta menghancur candu sitaan tersebut di depan umum tepatnya di daerah Pintu Harimau. Pada tahun 1840, Kerajaan Inggris menyatakan peperangan terhadap China dengan alasan untuk melindungi warganya yang berada di China.  Kerajaan Inggris kemudian mengirimkan Kapal Perang untuk menyerang Guang Zhou. Militer Inggris berhasil mengepung daerah Zhu Jiang Gou, menduduki Zhe Jiang Ding Hai hingga mendekati Kota Nan Jing. Kaisar Dao Guang sangat panik dengan kekuatan militer Inggris dan mengutuskan Qi Shan untuk melakukan negosiasi dengan Inggris. Pada saat yang sama untuk menenangkan Inggris, Lin Ze Xu dihukum, Pelabuhan Guang Zhou dibuka kembali. Tetapi Inggris masih tidak puas dan terus melakukan penyerangan terhadap Hu Men, Ning Bo, dan Xia Men serta menguasai daerah Wu Song pada tahun 1842. Dengan demikian, Pemerintah Dinasti Qing terpaksa menandatangani Perjanjian Nan Jing (sebelumnya dikenal dengan nama Nanking). Perjanjian Nanking adalah perjanjian untuk menyutujui berakhirnya Perang Candu (Opium) pertama antara negara Inggris (Ratu Inggris) dengan China (Kaisar China) yang ditandatangani di atas kapal perang Inggris “HMS Cornwallis” di Nanking pada 29 Agustus 1842. Perjanjian ini merupakan perjanjian pertama yang sangat merugikan bagi China (tidak adil) karena dalam perjanjian ini China harus menyerahkan pulau Hongkong beserta pulau-pulau kecilnya serta pembukaan beberapa pelabuhan di China diantaranya adalah Guangzhou, Xiamen, Fuzhou, Ningbo, dan Shanghai untuk  perdagangan asing. Dari perjanjian ini maka dapat terselesaikanlah masalah mengenai perdagangan Opium, dimana dulunya perdagangan Opium ini dilarang akan tetapi karena pedagang Inggris tunduk pada aturan perwalian mereka maka perdagangan tersebut terus berlanjut.

2.    Perjanjian Tiang Jing, Bei Jing, dan Ai Hu

Setelah melakukan perjanjian dengan Inggris, maka negara barat selanjutnya yang melakukan perjanjian adalah Perancis. Pada Tahun 1856 sampai 1860, Perancis mendeklarasikan peperangan dengan China yang dalam sejarah dikenal dengan sebutan “Perang Candu ke-2”. Dinasti Qing mengalami kekalahan yang mengakibatkan Kaisar Qing Xian Feng terpaksa untuk mundur ke Bi Shu Shan Zhuang.  Ketika tahun 1856 Inggris dan Perancis berhasil menduduki bagian barat Taman Yuan Ming Yuan (ibukota Bei Jing) yang merupakan daerah terlarang, di kota ini Inggris dan Perancis membakar taman yang megah milik Kaisar di Qingyi Yuan dan Yuanming Yuan. Dengan kejadian ini maka Dinasti Qing terpaksa harus menandatangani perjanjian Tian Jing, Perjanjian Bei Jing dan Perjanjian Ai Hui yang menguntungkan pihak asing terutama Inggris dan Perancis. Perjanjian-perjanjian tersebut memberikan ketidakadilan bagi China, karena hasil perjanjian tersebut diantaranya adalah 1). Memaksa pemerintah Dinasti Qing untuk memberikan sebagian besar wilayah China kepada pihak asing, diantaranya adalah memberikan bagian dari selatan Semenanjung Kowloon yang sekarang menjadi Boundary Street, Kowloon, dan Hong Kong (termasuk Stonecutters Island) kepada Britania. 2). Perjanjian ini juga memberikan bagian dari Manchuria Luar kepada Kekaisaran Rusia. 3). Memberikan Rusia hak atas Ussuri krai, bagian dari Primorye saat ini, teritori yang berhubungan dengan provinsi Tartaria Timur di Manchu kuno sehingga perjanjian ini dianggap sebagai salah satu Perjanjian Tak Adil.  Akibat dari perjanjian ini adalah Pemerintah Britania Raya dan Republik Rakyat China (RRC) melakukan Deklarasi Bersama China-Britania atas Pertanyaan Mengenai Hong Kong tahun 1984, dimana kedaulatan teritori sewaan itu, bersama dengan Pulau Hong Kong, diberikan dibawah Perjanjian Nanking (1842), dan Kowloon (selatan Boundary Street), yang dijadwalkan diberikan pada RRT tanggal 1 Juli 1997.

3.    Perjanjian Shimonoseki (Perjanjian Maguan)

 Perjanjian Shimonoseki adalah perjanjian antara Dinasti Qing dari China (Tiongkok) dengan kaisar Jepang untuk mengakhiri Perang Jiawu yang ditandatangani pada 17 April 1895 di kota Akamagaseki (Shimonosheki), Prefektur Yamaguchi. Dalam perjanjian ini pihak China diwakili oleh Li Hoangzhang, sedangkan dari pihak Jepang diwakili oleh Mutsu Munemitsu. Penandatanganan perjanjian ini menyebabkan tiga negara Eropa (Rusia, Jerman, dan Perancis) melakukan intervensi diplomatic pada 23 April 1895 agar perjanjian ini dikaji ulang yang membawa hasil Dinasti Qing agar tidak perlu menyerahkan Semenanjung Liaodong. Adapun isi dari perjanjian ini adalah;

Ø Dinasti Qing mengakui kemerdekaan dan otonomi Dinasti Joseon secara penuh dan tanpa syarat.

Ø Dinasti Qing menyerahkan hak atas wilayah berikut, termasuk semua benteng pertahanan, gudang senjata, dan aset pemerintah yang terkait kepada Jepang.

Ø Dinasti Qing menyerahkan Semenanjung Liaodong, Formosa, dan Kepulauan Pescadores.

Ø Dinasti Qing membayar pampasan perang ke Jepang sebanyak 200 juta kùpíng tail emas (sekitar 300 juta yen).

Ø Dinasti Qing harus membuka kota Shashi, Chongqing, Suzhou, dan Hangzhou untuk perdagangan, tempat tinggal, industri dan manufaktur Jepang.

Berdasarkan Intervensi Tiga Negara, Jepang menerima tambahan ganti rugi atas penarikan pasukan dari Semenanjung Liaodong. Jumlah ganti rugi sebanyak 30 juta tail emas (45 juta yen) yang dibayar dalam jangka waktu tiga tahun dalam mata uang Pound sterling. Selanjutnya Dinasti Qing setuju untuk melepaskan pengaruhnya secara penuh atas Dinasti Joseon yang mengubah nama menjadi Kekaisaran Korea. Selanjutnya, hak diplomatik Kekaisaran Korea dirampas dan Korea berada dalam zaman pendudukan Jepang dari tahun 1910 hingga 1945.

4.    Perjanjian tahun 1901 (Protoxol Boxer)

Perjanjian tahun 1901 merupakan perjanjian antara Dinasti Qing dari China dengan aliansi delapan negara yang meliputi Austria, Hongaria, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Rusia, Inggris, dan ditambah dengan Amerika Serikat, Belgia, Belanda, dan Spanyol yang ditandatangani pada 7 September 1901. Perjanjian ini untuk menghentikan terjadinya pemberontakan Boxer dengan slogan “Dukung Qing, hancurkan barat”, pemberontakan Boxer adalah pemberontakan China terhadap kekuasaan asing disektor perdagangan, politik, agama, dan teknologi. Dengan adanya perjanjian ini maka pemberontakan dapat dihentikan sebagai akibatnya Dinasti Qing dikenakan sanksi yang sangat besar yaitu ganti rugi sebesar 450 juta tael perak, sehingga hal inilah yang menyebabkan keruntuhan Dinasti Qing. Dengan adanya perjanjian ini maka mempengaruhi kondisi politik, ekonomi, sosial, pemerintahan dan penduduk China. Dalam 1). Bidang politik adalah proses sesentralisasi dari pemerintah pusat ke provinsi semakin berkembang pesat, 2).  Bidang ekonomi adalah denda yang dibebankan sangatlah besar sehingga memaksa pemerintah China untuk menaikkan pajak secara besar-besaran karena pendapatan Dinasti Qing sebanyak 250 juta tael, 3).  Bidang sosial adalah membutikan buruknya system pemerintahan pada masa tersebut sehingga kepercayaan masyarakat menjadi hilang. Dengan demikian hal-hal inilah nanti yang akan memicu terjadinya revolusi untuk mengembalikan kondisi damai dan memperbaiki perekonomian negara China.

5.    China 4 perjanjian

Latar belakang terjadinya perjanjian ini adalah Jepang ikut campur atas urusan politik di Korea yang menimbulkan rasa tidak suka di pihak China, terjadinya persengketaan tentang pulau Linkiu, meningkatnya nasionalisme Jepang, Pada tanggal 31 Juli 1894 Cina menyatakan perang terhadap Jepang. Sementara itu pada tanggal 1 agustus 1894 Jepang baru menyatakan perang dengan dinasti Qing. Cina baru menyatakan perang setelah Jepang berhasil menenggelamkan kapal Inggris yang disewa oleh penguasa Cina untuk mengangkut tentaranya pada 25 Juli 1894. karena militer Jepang menghancurkan kekuatan militer Cina, maka Cina merasa tidak terima terhadap tindakan itu. Dalam perang ini Cina mengalami kekalahan yang diakibatkan oleh keunggulan mutu senjata serta keterampilan berperang pasukan Jepang melumpuhkan pasukan Dinasti Qing. Bahkan pelabuhan Port Athur di Mancuria Selatan dan Wei Hai Wei di pantai utara dapat dikuasai oleh Jepang. Pada 1915, Jepang mengeluarkan “dua puluh satu tuntutan” terhadap China untuk menambah kepentingan dalam bidang politik dan perdagangan dengan China. Setelah perang Dunia I, Jepang merebut kekuasaan daerah Shandong dari Jerman. Sementara itu China dalam keadaan terpecah-belah dan tidak mampu melawan serbuan asing hingga adanya Ekspedisi utara tahun 1926-1928 yang dilancarkan oleh Koumintang yang bergerak untuk menyatukan China dan terpusat di GuangZhou. Namun Ekspedisi ini terhenti di Shandong lantaran adanya usaha perhentian yang dilakukan oleh militer Beiyang, Zhang Zongchang yang di dukung Jepang. Situasi ini mencapai puncaknya ketika kedua pasukan ini terlibat pertempuran yang disebut Insiden Jinan pada 1928. pada tahun yang sama, pemimpin militer manchuria, Zang Zuolin juga dibunuh karena ia enggan bekerja sama dengan Jepang.

REFRENSI

·         //dinaviriya.com/sejarah-dinasti-qing/, diakses senin (7 April 2014)

·         //id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Chinaboxerprotocolsignature.png, diakses selasa (8 April 2014).

·         //jepangtoday.blogspot.com/2011/11/zaman-taisho-1912-1926.html, diakses selasa (8 April 2014).

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA