Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah?

  1. kematian anak sulung
  2. Tuhan memberikan roti manna
  3. dipimpin dengan tiang awan dan tiang api
  4. Semua jawaban benar
  5. Semua jawaban benar

Jawaban yang benar adalah: A. kematian anak sulung.

Dilansir dari Ensiklopedia, peristiwa yang membuat bangsa israel keluar dari mesir adalah kematian anak sulung.

Baca juga:  Jenis makanan buaya adalah?

Pembahasan dan Penjelasan

Menurut saya jawaban A. kematian anak sulung adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google.

Menurut saya jawaban B. Tuhan memberikan roti manna adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali.

Menurut saya jawaban C. dipimpin dengan tiang awan dan tiang api adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain.

Menurut saya jawaban D. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan.

Baca juga:  Analisis konten adalah?

Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah A. kematian anak sulung.

Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.

“Orang-Orang Israel di Padang Gurun,” Kisah-Kisah Perjanjian Lama (2022)

“Orang-Orang Israel di Padang Gurun,” Kisah-Kisah Perjanjian Lama

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

Segera setelah orang-orang Israel meninggalkan Mesir, mereka mengeluh bahwa mereka tidak mempunyai cukup makanan. Mereka berkata lebih baik menjadi budak di Mesir daripada menderita kelaparan di padang gurun.

Keluaran 16:1–3

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

Untuk mengajari orang-orang Israel agar memercayai-Nya, Tuhan menurunkan roti dari surga bagi mereka untuk diambil setiap hari. Mereka menyebut roti itu manna. Rasanya seperti madu. Tuhan tidak menurunkan manna pada hari Sabat, hari ketujuh dari minggu itu. Jadi pada hari keenam, Dia menyuruh mereka untuk mengambil manna yang cukup untuk dua hari.

Keluaran 16:4–5, 14–31

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

Untuk sementara waktu, Tuhan juga mengirim burung puyuh kepada orang-orang Israel untuk dimakan. Pada pagi hari mereka mengambil manna, dan pada malam hari mereka mengumpulkan burung puyuh. Tuhan menginginkan orang-orang Israel untuk belajar memercayai-Nya. Dengan cara ini, Dia memelihara mereka di padang gurun.

Keluaran 16:11–13

Penyeberangan Laut Merah adalah bagian dari perjalanan bangsa Israel setelah keluar dari Mesir yang dipimpin oleh nabi Musa dicatat dalam Kitab Keluaran 13:17-14:29. Ketika itu Bani Israel baru saja meninggalkan Mesir dan mengembara ke padang gurun. Allah memerintahkan Nabi Musa dan Bani Israel keluar dari perbudakan di Mesir dan pergi ke tanah Kanaan yang telah dijanjikan kepada mereka. Allah memerintahkan mereka keluar pada waktu malam. Awalnya Firaun membiarkan mereka pergi, setelah mengalami tulah semua anak sulung orang Mesir meninggal. Tetapi kemudian, Firaun mengejar Bani Israel ini dengan kereta hingga ke Laut Merah. Orang-orang Israel ketakutan karena mereka tidak dapat melawan dan pasti akan ditawan kembali. Namun Nabi Musa menyatakan bahwa Allah bersamanya dan memberi petunjuk kepadanya.
Atas perintah Tuhan Allah, Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu Allah menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.

Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Wikipedia

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

"Departure of the Israelites" ("Keberangkatan orang Israel"), lukisan David Roberts, 1829

Peristiwa Keluar dari Mesir (atau Keluaran; bahasa Inggris: The Exodus; dari bahasa Yunani: ἔξοδος, exodos, faedahnya "pergi ke luar") adalah suatu perihal sahnya penting dalam sejarah bangsa Israel, di mana mereka menjadi lepas sama sekali dari perbudakan selama bertambah dari 400 tahun di tanah Mesir. Bangsa Israel mula-mula menetap di Mesir pada zaman Yusuf bin Yakub menjadi perdana menteri. Yakub, ayah Yusuf, dan saudara-saudara Yusuf beserta keluarga mereka, sebanyak 75 orang, pindah dari tanah Kanaan kepada tinggal di tanah Gosyen, di delta sungai Nil, kepada menghindari bencana kelaparan yang berlanjut selama 7 tahun. Setelah Yusuf meninggal, munculnya raja-raja Mesir, yang disebut para Firaun, yang tidak ingat akan tingkah laku yang bermanfaat Yusuf. Sebaliknya mereka takut kepada orang Israel yang terus berlipat ganda banyaknya dengan pesat. Hasilnya mereka memutuskan kepada menekan dan menjadikan orang-orang itu menjadi budak kepada mendirikan kota-kota perbekalan.[1] Di bawah pimpinan Musa, yang diutus oleh Allah kepada menjadikan merdeka umat Israel, bangsa itu keluar dari tanah Mesir dan mengembara kepada masuk ke "Tanah Perjanjian" yaitu Tanah Kanaan.[2]

Bagian-bagian penting dari kisah perjalanan ini dicatat dalam kitab-kitab Taurat, terutama Kitab Keluaran, Kitab Imamat dan Kitab Bilangan. Asalnya catatan ini bukanlah dimaksudkan sebagai catatan sejarah (historiografi), tetapi maksud semuanya memang kepada mengingat sejarah menurut pengertian para penyusunnya: guna mengenang perbuatan-perbuatan luhur Allah dalam sejarah bangsa tersebut, mengingat kembali saat perbudakan dan pembebasan, serta pemenuhan kontrak Allah dengan umat Israel.[3] Sangat sedikit terdapat bukti arkeologis yang berkomunikasi langsung dengan Kitab Keluaran, sehingga banyak arkeolog yang meninggalkan penelitian tentang Musa dan peristiwa Keluaran ini sebagai "upaya yang tidak berbuah". Konsensus sebagian luhur pakar Alkitab saat ini adalah dengan memandang kisah ini sebagai teologi, kisah yang menggambarkan bagaimana Allah Israel menjalankan tugas menyelamatkan dan menguatkan umat pilihannya, dan tidak sebagai sejarah.

Peristiwa Keluaran ini sentral bagi Yudaisme: berfungsi kepada mengarahkan orang Yahudi terhadap peringatan tingkah laku Allah dalam sejarah, yang berlawanan dengan penyembahan politeistik dewa-dewa di alam, dan sampai sekarang terus diucapkan dalam bentuk doa harian oleh orang Yahudi dan dirayakan sebagai Hari Raya Paskah Yahudi. Sejarah sekuler telah menjadi sumber ilham dan teladan bagi banyak golongan, dari para pengembara Kristen yang melarikan diri dari penganiayaan di Eropa sampai dengan orang Amerika Afrika (kaum berkulit hitam) yang berjuang kepada kebebasan dari perbudakan dan persamaan hak-hak azasi.[7]

Ringkasan

Lihat Keluaran 13 dan pasal-pasal selanjutnya Kitab Keluaran mencatat bagaimana asal mulanya terjadi perbudakan terhadap bangsa Israel di tanah Mesir, sampai mereka berteriak kepada Allah kepada mempersilakan kebebasan, dan kesudahan berfokus kepada kelahiran, saat muda sampai waktu dipanggilnya Musa kepada menjadi pemimpin bangsanya. Firaun Mesir tidak mau begitu saja membiarkan orang Israel pergi, sehingga Allah menghukum Firaun dan orang Mesir dengan sepuluh Tulah Mesir. Di yang belakang sekali tulah kesepuluh, yaitu kematian anak-anak sulung, orang Israel diijinkan pergi dan di bawah pimpinan Musa lebih kurang 2 juta umat berlangsung keluar, meninggalkan tanah Mesir dan menempuh padang gurun menuju ke gunung Sinai. Di gunung tersebut Allah mencetuskan diri-Nya kepada bangsa Israel serta mengikat kontrak dengan mereka: Orang Israel harus melaksanakan torah (yaitu bermakna "hukum", "instruksi") Allah dan sebagai balasannya, Ia akan menjadi Allah mereka serta memberikan kepada mereka tanah Kanaan sebagai milik pusaka. Kitab Imamat mencatat hukum-hukum Allah, sedangkan Kitab Bilangan mengandung kisah perjalanan umat itu, sekarang dipimpin oleh Allah mereka, menuju ke tanah Kanaan. Namun, bangsa Israel tidak berteguh hati percaya kepada Allah. Ketika mata-mata yang mereka kirim kepada mengintai tanah Kanaan melaporkan bahwa tanah itu dikuasai oleh "raksasa-raksasa", mereka menolak kepada pergi ke sana dan memberontak terhadap pimpinan Allah. Hasilnya Allah menjadi murka dan menghukum mereka kepada tetap mengembara di padang gurun selama 40 tahun, sampai semua orang dari generasi pertama yang meninggalkan Mesir, yang berusia 20 tahun ke atas, mati di padang gurun. Setelah 40 tahun itu maka generasi baru itu sampai di perbatasan Kanaan. Kitab Ulangan mengandung kisah bagaimana, sambil memandang Tanah Perjanjian, Musa mengulangi kisah perjalanan dan hukum-hukum Allah kepada generasi baru ini. Kematian Musa (yang ditulis di anggota paling yang belakang sekali dari Kitab Taurat) mengakhiri perjalanan keluar dari Mesir tersebut.

Tulang-tulang Yusuf

Di dalam Perihal sahnya 50:24-25 tertulis bahwa Yusuf mempersilakan saudara-saudara dan keluarganya kepada bersumpah supaya tulang-tulangnya dikuburkan di tanah Kanaan. Sewaktu berangkat keluar dari Mesir, Musa membawa tulang-tulang Yusuf bersamanya (Keluaran 13:19).[8] Di yang belakang sekali Kitab Yosua dicatat, bahwa tulang-tulang Yusuf dikuburkan di Sikhem, di tanah milik yang dibeli Yakub dengan harga seratus kesita dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dan yang dipilihkan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka (Yosua 24:32). Dengan demikian tulang-tulang Yusuf ini menjadi mata rantai yang mengikat Kitab Perihal sahnya, Kitab Keluaran sampai ke Kitab Yosua, semacam jaminan bahwa keluarga Yakub, yaitu umat Israel, pasti akan dibawa TUHAN kembali ke tanah Kanaan.

Jalur

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

Kemungkinan-kemungkinan jalur perjalanan keluar dari Mesir. Garis hitam: jalur tradisional; biru dan hijau: jalur-jalur alternatif.

Kitab Taurat mengandung daftar tempat-tempat persinggahan orang Israel selama perjalanan keluar dari Mesir dan pengembaraan di padang gurun. Sebanyak tempat keberangkatan dari daftar tersebut, termasuk Rameses (Ra'amses; diduga sama dengan Avaris; salah satu kota perbendaharaan yang dibangun dengan tenaga budak Israel, yang lain adalah Pitom) dan Sukot, telah diidentifikasi cukup jelas dengan situs-situs arkeologi di sisi timur delta sungai Nil, demikian juga dengan Kadesh-Barnea,[10] di mana orang Israel diduga menghabiskan sebagian luhur waktu mereka di padang gurun, tidak diketahui jelas. Penyeberangan Laut Merah juga tidak diketahui akurat tempatnya. Gunung Sinai diidentifikasi menurut tradisi Kristen pada ratus tahun ke-3 M di Semenanjung Sinai, tetapi tidak mempunyai bukti-bukti tinggalnya orang Israel di sana.

Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka menempuh perlintasan ke negeri orang Filistin, walaupun perlintasan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir." Jalur yang paling dekat ini disebut: "Perlintasan Kerajaan" (royal roads atau "king's highways") yang telah dijalani selama beberapa masa seratus tahun sebelum dan sesudah peristiwa ini. Perlintasan yang juga dinamakan "jalan ke negeri orang Filistin" (Way of the Philistines) ini menyusuri pantai utara sepanjang Laut Tengah.[12] Garis ungu di peta di sebelah kanan menunjukkan perlintasan ke Shur (Way of Shur) yang menuju ke dalam daratan ke arah Shur, Asshur atau Siria menempuh "jalan ke negeri orang Filistin".

Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar menempuh perlintasan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Dengan siap sedia berperang berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir.[13]

Jalur Perniagaan Arab (Arabian Trade Route) yang berwarna hijau dan "jalan ke Seir" (Way of Seir) yang berwarna hitam dianggap jalur yang tidak mungkin dilalui. Perlintasan perniagaan Arab sebenarnya mempunyai keuntungan karena mengarah ke Kadesh-Barnea tetapi kesudahan berputar ke timur ke arah Petra di sebeluah utara Teluk Aqaba/Eilat.

Waktu

Seder Olam Rabbah (dari ratus tahun ke-2 M) menetapkan aturan bahwa peristiwa keluar dari Mesir itu terjadi pada tahun Yahudi 2448 AM (= 1313 SM). Tarikh ini menjadi tradisional di kalangan Yudaisme Rabbinik.[14]

Dalam menengah pertama ratus tahun ke-20, peristiwa "Exodus" ini ditarikhkan berdasarkan ayat 1 Raja-raja 6:1, yang mencetuskan bahwa bangsa Israel keluar dari Mesir 480 tahun sebelum pembangunan Bait Suci Pertama, pada tahun ke-4 pemerintahan raja Salomo. Menyamakan kronologi Alkitab dengan sejarah terkenal sulit, tetapi Edwin Thiele menciptakan aturan rekonsiliasi yang terbanyak diterima mengenai saat pemerintahan raja-raja Israel dan Yehuda, dan menempatkan Exodus pada lebih kurang tahun 1450 SM, dalam saat pemerintahan Firaun Thutmose III (1479-1425 SM).[15] Pada menengah ratus tahun ke-20 menjadi nyata bahwa catatan arkeologi tidak memungkinkan pentarikhan ini. Mumi Thutmoses III telah ditemukan pada tahun 1881,[16] dan catatan Mesir pada zaman itu tidak menyebutkan mempunyainya golongan yang dapat diidentifikasikan dengan 2 juta budak Ibrani, maupun tercatat peristiwa-peristiwa yang dalam dihubungkan dengan tulah Mesir. Lagi pula, penggalian pada tahun 1930-an gagal menemukan bekas-bekas kehancuran luhur kota-kota di Kanaan pada periode lebih kurang tahun 1400 SM.

Kurangnya bukti-bukti ini menciptakan arkeolog Alkitab terkemuka pada zamannya, William F. Albright, mengusulkan sebuah alternatif, yaitu "Eksodus lambat" ("late Exodus") lebih kurang tahun 1200-1250 SM. Gagasannya didasarkan pada banyak bukti kehancuran kota-kota Beitel (Betel) dan kota-kota lain pada zaman itu, dan munculnya suatu jenis rumah khas dan periuk bertepi bulat khas pada zaman yang sama, yang menurutnya berasal dari orang Israel yang baru tiba di tanah tersebut.

Nilai muslihat budi penting

Peristiwa Keluar dari Mesir merupakan tema dari Hari Raya Yahudi Paskah.[17] Istilah Ibrani kepada hari raya ini, yaitu "Pesakh" ("melewati"), merujuk kepada perintah Allah kepada orang Israel kepada menyiapkan roti tidak beragi karena mereka akan pergi dengan tergesa-gesa, dan kepada menandai ambang dan palang pintu rumah mereka dengan darah domba yang disembelih, sehingga "malaikat" atau "pemusnah" yang ditugaskan kepada membunuh anak sulung orang Mesir akan "melewati" mereka.

Tradisi Yahudi memelihara kenangan nasional dan pribadi akan kisah yang penting ini dalam hidup sehari-hari. Contohnya adalah dengan memakai tefilin (Jewish phylacteries) pada lengan dan dahi, memakai tzitzit (jumbai-jumbai ritual yang diikatkan pada keempat ujung syal sembahyang; knotted ritual fringes attached to the four corners of the prayer shawl), menyantap matzot (roti tidak beragi; unleavened bread) selama hari-hari perayaan Paskah, puasa anak sulung sehari sebelum Paskah, dan penebusan anak-anak sulung manusia maupun hewan.

Catatan di luar Alkitab

  • Catatan tertua di luar Alkitab mengenai keluarnya bangsa Israel dari Mesir didapati pada tulisan pengarang Yunani, Hecataeus dari Abdera: orang Mesir menimpakan kekeliruan atas datangnya suatu tulah kepada orang-orang asing dan mengusir mereka ke luar dari negara tersebut, di mana "Musa", pemimpin mereka, membawa mereka ke tanah Kanaan, di mana ia mendirikan kota Yerusalem. Hecataeus menulis karyanya pada yang belakang sekali ratus tahun ke-4 SM, tetapi anggota ini mungkin saja disisipkan pada menengah ratus tahun ke-1 SM.
  • Catatan paling terkenal ditulis oleh sejarawan Mesir, Manetho (abad ke-3 SM), yang diketahui dari dua kutipan oleh sejarawan Yahudi-Romawi dari ratus tahun ke-1 M, Flavius Yosefus. Dalam kutipan pertama, Manetho menggambarkan orang Hyksos, asal mula mereka yang rendah di Asia, pengambilan kekuasaan dan pengusiran mereka dari Mesir, serta kesudahan pendirian kota Yerusalem dan Bait Sucinya. Yosefus (bukan Manetho) mengidentifikasi orang Hyksos dengan orang Yahudi.{sfn|Droge|1996|p=121-122}} Dalam kutipan kedua, Manetho menuliskan bagaimana 80.000 orang penderita penyakit kusta dan "orang tidak bersih" yang lain, dipimpin oleh seorang imam bernama Osarseph, menggalang daya bersama orang Hyksos yang dahulu, sekarang tinggal di Yerusalem, kepada mengambil alih kekuasaan di Mesir. Mereka menyebabkan kekacauan sampai yang belakang sekalinya Firaun dan putranya mengusir mereka keluar dari perbatasan Siria, di mana Osarseph memberikan sebuah aturan hukum kepada para penderita kusta tersebut serta mengganti namanya menjadi Musa. Manetho berbeda dengan penulis-penulis lain dalam menggambarkan pengikut-pengikut pemimpin ini sebagai orang Mesir, bukan orang Yahudi, dan mempergunakan nama lain yang bukan Musa, sebagai pemimpin pemberontakan, meskipun identifikasi Osarseph dengan Musa mungkin merupakan tambahan kesudahan.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Lihat Keluaran 1 dan Keluaran 2.
  2. ^ Redmount, p.59
  3. ^ Redmount, p.63
  4. ^ Tigay pp.106-107
  5. ^ Keluaran 13:19
  6. ^ Mercer Dictionary of the Bible, entry for Kadesh Barnea (Mercer University Press, 1991) p.485
  7. ^ Keluaran 13:17
  8. ^ Keluaran 13:18
  9. ^ Seder Olam Rabbah, Finegan, Jack, Handbook of Biblical Chronology, Revised Ed., Hendrickson Publishers, Inc., 1998, p. 111
  10. ^ Howard, David M. Jr. and Michael A. Grisanti (editors) (2003). "The Date of the Exodus (by William H. Shea)". Giving the Sense: Understanding and Using the Old Testament Historical Texts. Kregel Publications. ISBN 9781844740161. 
  11. ^ "Tuthmosis", Egyptology Online
  12. ^ אָמַר לָהֶם רִבִּי אֶלְעָזָר בֶּן עֲזַרְיָה, הֲרֵי אֲנִי כְּבֶן שִׁבְעִים שָׁנָה, וְלֹא זָכִיתִי שֶׁתֵּאָמֵר יְצִיאַת מִצְרַיִם Passover Hagadah according to Mishneh Torah (Hebrew original), (mechon-mamre.org)

Pustaka

Beitzel, Barry (Spring 1980). "Exodus 3:14 and the divine Name: A Case of Biblical Paronomasia". Trinity Journal (Trinity Divinity School) 1: 5–20. Butzer, Karl W. (1999). "Demographics". In Bard, Kathryn A.; Shubert, Steven. Encyclopedia of the archaeology of ancient Egypt. Routledge. ISBN 0-907459-04-8. Davies, Graham (2001). "Introduction to the Pentateuch". In Barton, John. Oxford Bible Commentary. Oxford University Press. hlm. 37. Davies, Graham (2004). "Was There an Exodus?". In Day, John. In search of pre-exilic Israel: proceedings of the Oxford Old Testament Seminar. Continuum. Davies, Philip (1998). Scribes and Schools: The Canonization of the Hebrew Scriptures. Westminster John Knox. Dever, William (2001). What Did the Biblical Writers Know, and When Did They Know It?. Eerdmans. ISBN 3-927120-37-5. Dever, William (2003). Who Were the Early Israelites and Where Did They Come From?. Eerdmans. ISBN 3-927120-37-5. Droge, Arthur J. (1996). "Josephus Between Greeks and Barbarians". In Feldman, L.H.; Levison, J.R. Josephus' Contra Apion. Brill. Feldman, Louis H. (1998). Josephus's interpretation of the Bible. University of California Press. Finkelstein, Israel; Silberman, Neil Asher (2001). The Bible Unearthed. Free Press. ISBN 0-684-86912-8. Gmirkin, Russell E. (2006). Berossus and Genesis, Manetho and Exodus: Hellenistic Histories and The Date of the Pentateuch. T & T Clark International. Grisanti, Michael A. (2011). "The Book of Numbers". In Merrill, Eugene H.; Rooker, Mark; Grisanti, Michael A. The World and the Word. B&H Publishing. Guillaume, Philippe. "Tracing the Origin of the Sabbatical Calendar in the Priestly Narrative, Genesis 1 to Joshua 5". Journal of Hebrew Scriptures. 5, article 13, Spring 1980. Hayes, John Haralson; Miller, James Maxwell (1986). A History of Ancient Israel and Judah. Westminster John Knox. Hoffmeier, James K (1999). Israel in Egypt. Oxford University Press. ISBN 9780195130881. Hoffmeier, James K (2005). Ancient Israel in Sinai. Oxford University Press. ISBN 9780195155464. Killebrew, Anne E. (2005). Biblical Peoples and Ethnicity. Society of Biblical Literature. Kitchen, Kenneth (2006). "Egyptology and the traditions of early Hebrew antiquity (Genesis and Exodus)". In Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies. Oxford University Press. Knight, Douglas A (1995). "Deuteronomy and the Deuteronomist". In Mays, James Luther; Petersen, David L.; Richards, Kent Harold. Old Testament Interpretation. T&T Clark. Lemche, Niels Peter (1985). Early Israel: anthropological and historical studies. Brill. Levinson, Bernard Malcolm (1997). Deuteronomy and the hermeneutics of legal innovation. OUP. McDermott, John (2002). Reading the Pentateuch. Paulist Press. McEntire, Mark (2008). Struggling with God: An Introduction to the Pentateuch. Mercer University Press. Meyers, Carol (2005). Exodus. Cambridge University Press. Noll, K.L. (2001). Canaan and Israel in Antiquity: An Introduction. Sheffield Academic Press. Practico, Gary D. (Summer 1985). "Nelson Glueck's 1938-1940 Excavations at Tell el-Kheleifeh: A Reappraisal". Bulletin of the American Schools of Oriental Research (BASOR). No. 259: 1–32. Redmount, Carol A. (1998). "Bitter Lives: Israel In And Out of Egypt". In Coogan, Michael D. The Oxford History of the Biblical World. OUP. Rofé, Alexander (2002). Deuteronomy: Issues and Interpretation. T&T Clark. Rogerson, John W (2003). "Deuteronomy". In Dunn, James D. G. Eerdmans Commentary on the Bible. Eerdmans. Rohl, David (1995). Pharoahs and Kings. Crown Publishers. Russell, Stephen C. (2009). Images of Egypt in early biblical literature. Walter de Gruyter. Shaw, Ian (2002). "Israel, Israelites". In Jameson, Robert; Ian. A dictionary of archaeology. Wiley Blackwell. Shea, William H. (2002). "The Date of the Exodus". In Grisanti, Michael A.; Howard, David M. Giving the Sense: Understanding and Using Old Testament Historical Texts. Kregel Academic. Soggin, John (1998 [tr.1999]). An Introduction to the History of Israel and Judah. SCM Press. Sparkes, Kenton L. (2010). "Genre Criticism". In Dozeman, Thomas B. Methods for Exodus. Cambridge University Press. Tigay, Jeffrey H. (2004). "Exodus". In Berlin, Adele; Brettler, Marc Zvi. The Jewish study Bible. Oxford University Press. Van Seters, John (1997). "The Geography of the Exodus". In Silberman, Neil Ash. The land that I will show you. Sheffield Academic Press. ISBN 978-1850756507. Walton, John H. (2003). "Exodus, date of". In Alexander, T.D.; Baker, David W. Dictionary of the Old Testament: Pentateuch. InterVarsity Press. Whitelam, Keith W. (2006). "General problems of studying the text of the bible...". In Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies. Oxford University Press. 

Templat:Passover Footer


edunitas.com


Page 2

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

"Departure of the Israelites" ("Keberangkatan orang Israel"), lukisan David Roberts, 1829

Peristiwa Keluar dari Mesir (atau Keluaran; bahasa Inggris: The Exodus; dari bahasa Yunani: ἔξοδος, exodos, gunanya "pergi ke luar") adalah suatu kejadian penting dalam sejarah bangsa Israel, di mana mereka menjadi bebas sama sekali dari perbudakan selama semakin dari 400 tahun di tanah Mesir. Bangsa Israel mula-mula menetap di Mesir pada zaman Yusuf bin Yakub menjadi perdana menteri. Yakub, ayah Yusuf, dan saudara-saudara Yusuf beserta keluarga mereka, sejumlah 75 orang, pindah dari tanah Kanaan kepada tinggal di tanah Gosyen, di delta sungai Nil, kepada menghindari bencana kelaparan yang berlanjut selama 7 tahun. Setelah Yusuf meninggal, munculnya raja-raja Mesir, yang dinamakan para Firaun, yang alpa akan tingkah laku baik Yusuf. Sebaliknya mereka takut kepada orang Israel yang terus berlipat ganda banyaknya dengan pesat. Hasilnya mereka memutuskan kepada menekan dan menjadikan orang-orang itu menjadi budak kepada membangun kota-kota perbekalan.[1] Di bawah pimpinan Musa, yang diutus oleh Allah kepada membebaskan umat Israel, bangsa itu keluar dari tanah Mesir dan mengembara kepada masuk ke "Tanah Perjanjian" yaitu Tanah Kanaan.[2]

Bagian-bagian penting dari kisah perjalanan ini dicatat dalam kitab-kitab Taurat, terutama Kitab Keluaran, Kitab Imamat dan Kitab Bilangan. Asalnya catatan ini bukanlah dimaksudkan bagi catatan sejarah (historiografi), tetapi maksud keseluruhan memang kepada mengingat sejarah menurut pengertian para penyusunnya: guna mengenang perbuatan-perbuatan akbar Allah dalam sejarah bangsa tersebut, mengingat kembali masa perbudakan dan pembebasan, serta pemenuhan akad Allah dengan umat Israel.[3] Paling sedikit terdapat bukti arkeologis yang berkomunikasi langsung dengan Kitab Keluaran, sehingga banyak arkeolog yang meninggalkan penelitian tentang Musa dan peristiwa Keluaran ini bagi "upaya yang tidak berbuah". Konsensus sebagian akbar pakar Alkitab saat ini adalah dengan memandang kisah ini bagi teologi, kisah yang menggambarkan bagaimana Allah Israel bekerja menyelamatkan dan menguatkan umat pilihannya, dan tidak bagi sejarah.

Peristiwa Keluaran ini sentral bagi Yudaisme: berfungsi kepada mengarahkan orang Yahudi terhadap peringatan tingkah laku Allah dalam sejarah, yang berlawanan dengan penyembahan politeistik dewa-dewa di dunia, dan hingga kini terus disebutkan dalam bangun doa harian oleh orang Yahudi dan dirayakan bagi Hari Raya Paskah Yahudi. Sejarah sekuler telah menjadi sumber ilham dan teladan bagi banyak kelompok, dari para pengembara Kristen yang melarikan diri dari penganiayaan di Eropa hingga dengan orang Amerika Afrika (kaum berkulit hitam) yang berjuang kepada kebebasan dari perbudakan dan persamaan hak-hak azasi.[7]

Ringkasan

Lihat Keluaran 13 dan pasal-pasal berikutnya Kitab Keluaran mencatat bagaimana asal mulanya terjadi perbudakan terhadap bangsa Israel di tanah Mesir, hingga mereka berteriak kepada Allah kepada memohon kebebasan, dan kesudahan berfokus kepada lahir, masa muda hingga waktu dipanggilnya Musa kepada menjadi pemimpin bangsanya. Firaun Mesir tidak ingin begitu saja membiarkan orang Israel pergi, sehingga Allah menghukum Firaun dan orang Mesir dengan sepuluh Tulah Mesir. Di penghabisan tulah kesepuluh, yaitu kematian anak-anak sulung, orang Israel diijinkan pergi dan di bawah pimpinan Musa bertambah kurang 2 juta umat berjalan keluar, meninggalkan tanah Mesir dan melewati padang gurun menuju ke gunung Sinai. Di gunung tersebut Allah menyatakan diri-Nya kepada bangsa Israel serta mengikat akad dengan mereka: Orang Israel mesti melaksanakan torah (yaitu bermakna "hukum", "instruksi") Allah dan bagi balasannya, Ia akan menjadi Allah mereka serta memberikan kepada mereka tanah Kanaan bagi milik pusaka. Kitab Imamat mencatat hukum-hukum Allah, sedangkan Kitab Bilangan memuat kisah perjalanan umat itu, kini dipimpin oleh Allah mereka, menuju ke tanah Kanaan. Namun, bangsa Israel tidak berteguh hati percaya kepada Allah. Ketika mata-mata yang mereka kirim kepada mengintai tanah Kanaan melaporkan bahwa tanah itu dikuasai oleh "raksasa-raksasa", mereka menolak kepada pergi ke sana dan memberontak terhadap pimpinan Allah. Hasilnya Allah menjadi murka dan menghukum mereka kepada tetap mengembara di padang gurun selama 40 tahun, hingga semua orang dari generasi pertama yang meninggalkan Mesir, yang berusia 20 tahun ke atas, mati di padang gurun. Setelah 40 tahun itu maka generasi baru itu hingga di perbatasan Kanaan. Kitab Ulangan memuat kisah bagaimana, sambil memandang Tanah Perjanjian, Musa mengulangi kisah perjalanan dan hukum-hukum Allah kepada generasi baru ini. Kematian Musa (yang ditulis di anggota paling penghabisan dari Kitab Taurat) mengakhiri perjalanan keluar dari Mesir tersebut.

Tulang-tulang Yusuf

Di dalam Kejadian 50:24-25 tertulis bahwa Yusuf memohon saudara-saudara dan keluarganya kepada bersumpah supaya tulang-tulangnya dikuburkan di tanah Kanaan. Sewaktu berangkat keluar dari Mesir, Musa membawa tulang-tulang Yusuf bersamanya (Keluaran 13:19).[8] Di penghabisan Kitab Yosua dicatat, bahwa tulang-tulang Yusuf dikuburkan di Sikhem, di tanah milik yang dibeli Yakub dengan harga seratus kesita dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dan yang ditetapkan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka (Yosua 24:32). Dengan demikian tulang-tulang Yusuf ini menjadi mata rantai yang mengikat Kitab Kejadian, Kitab Keluaran hingga ke Kitab Yosua, semacam jaminan bahwa keluarga Yakub, yaitu umat Israel, pasti akan dibawa TUHAN kembali ke tanah Kanaan.

Jalur

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

Kemungkinan-kemungkinan jalur perjalanan keluar dari Mesir. Garis hitam: jalur tradisional; biru dan hijau: jalur-jalur alternatif.

Kitab Taurat memuat daftar tempat-tempat persinggahan orang Israel selama perjalanan keluar dari Mesir dan pengembaraan di padang gurun. Sejumlah tempat keberangkatan dari daftar tersebut, termasuk Rameses (Ra'amses; diduga sama dengan Avaris; salah satu kota perbendaharaan propertti dengan tenaga budak Israel, lainnya adalah Pitom) dan Sukot, telah diidentifikasi cukup jelas dengan situs-situs arkeologi di sisi timur delta sungai Nil, demikian juga dengan Kadesh-Barnea,[10] di mana orang Israel diduga menghabiskan sebagian akbar waktu mereka di padang gurun, tidak dikenali jelas. Penyeberangan Laut Merah juga tidak dikenali tepat tempatnya. Gunung Sinai diidentifikasi menurut tradisi Kristen pada ratus tahun ke-3 M di Semenanjung Sinai, tetapi tidak terdapat bukti-bukti tinggalnya orang Israel di sana.

Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melewati jalan ke negeri orang Filistin, meskipun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir." Jalur yang paling dekat ini disebut: "Jalan Kerajaan" (royal roads atau "king's highways") yang telah dijalani selama beberapa zaman sebelum dan sesudah peristiwa ini. Jalan yang juga dinamakan "jalan ke negeri orang Filistin" (Way of the Philistines) ini menyusuri pantai utara sepanjang Laut Tengah.[12] Garis ungu di peta di sebelah kanan menunjukkan jalan ke Shur (Way of Shur) yang menuju ke dalam daratan ke arah Shur, Asshur atau Siria melewati "jalan ke negeri orang Filistin".

Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melewati jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Dengan siap sedia bertempur berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir.[13]

Jalur Perniagaan Arab (Arabian Trade Route) yang berwarna hijau dan "jalan ke Seir" (Way of Seir) yang berwarna hitam dianggap jalur yang tidak mungkin dilintasi. Jalan perniagaan Arab sebenarnya memiliki keuntungan karena mengarah ke Kadesh-Barnea tetapi kesudahan berputar ke timur ke arah Petra di sebeluah utara Teluk Aqaba/Eilat.

Waktu

Seder Olam Rabbah (dari ratus tahun ke-2 M) menetapkan aturan bahwa peristiwa keluar dari Mesir itu terjadi pada tahun Yahudi 2448 AM (= 1313 SM). Tarikh ini menjadi tradisional di kalangan Yudaisme Rabbinik.[14]

Dalam pertengahan pertama ratus tahun ke-20, peristiwa "Exodus" ini ditarikhkan berdasarkan ayat 1 Raja-raja 6:1, yang menyatakan bahwa bangsa Israel keluar dari Mesir 480 tahun sebelum pembangunan Bait Suci Pertama, pada tahun ke-4 pemerintahan raja Salomo. Menyamakan kronologi Alkitab dengan sejarah terkenal sulit, tetapi Edwin Thiele membuat aturan rekonsiliasi yang paling banyak diterima mengenai masa pemerintahan raja-raja Israel dan Yehuda, dan mendudukkan Exodus pada bertambah kurang tahun 1450 SM, dalam masa pemerintahan Firaun Thutmose III (1479-1425 SM).[15] Pada pertengahan ratus tahun ke-20 menjadi nyata bahwa catatan arkeologi tidak memungkinkan pentarikhan ini. Mumi Thutmoses III telah ditemukan pada tahun 1881,[16] dan catatan Mesir pada zaman itu tidak menyebutkan terdapatnya kelompok yang dapat diidentifikasikan dengan 2 juta budak Ibrani, maupun tercatat peristiwa-peristiwa yang dalam dihubungkan dengan tulah Mesir. Lagi pula, penggalian pada tahun 1930-an gagal menemukan bekas-bekas kehancuran akbar kota-kota di Kanaan pada periode bertambah kurang tahun 1400 SM.

Kurangnya bukti-bukti ini membuat arkeolog Alkitab terkemuka pada zamannya, William F. Albright, mengusulkan suatu alternatif, yaitu "Eksodus lambat" ("late Exodus") bertambah kurang tahun 1200-1250 SM. Gagasannya didasarkan pada banyak bukti kehancuran kota-kota Beitel (Betel) dan kota-kota lain pada zaman itu, dan munculnya suatu jenis rumah khas dan periuk bertepi bulat khas pada zaman yang sama, yang menurutnya bermula dari orang Israel yang baru tiba di tanah tersebut.

Nilai budaya penting

Peristiwa Keluar dari Mesir merupakan tema dari Hari Raya Yahudi Paskah.[17] Istilah Ibrani kepada hari raya ini, yaitu "Pesakh" ("melewati"), merujuk kepada perintah Allah kepada orang Israel kepada menyiapkan roti tidak beragi karena mereka akan pergi dengan tergesa-gesa, dan kepada menandai ambang dan palang pintu rumah mereka dengan darah domba yang disembelih, sehingga "malaikat" atau "pemusnah" yang ditugaskan kepada membunuh anak sulung orang Mesir akan "melewati" mereka.

Tradisi Yahudi memelihara kenangan nasional dan pribadi akan kisah yang penting ini dalam hidup sehari-hari. Contohnya adalah dengan menggunakan tefilin (Jewish phylacteries) pada lengan dan dahi, menggunakan tzitzit (jumbai-jumbai ritual yang diikatkan pada keempat ujung syal sembahyang; knotted ritual fringes attached to the four corners of the prayer shawl), menyantap matzot (roti tidak beragi; unleavened bread) selama hari-hari perayaan Paskah, puasa anak sulung sehari sebelum Paskah, dan penebusan anak-anak sulung manusia maupun binatang.

Catatan di luar Alkitab

  • Catatan tertua di luar Alkitab mengenai keluarnya bangsa Israel dari Mesir didapati pada tulisan pengarang Yunani, Hecataeus dari Abdera: orang Mesir menimpakan kekeliruan atas datangnya suatu tulah kepada orang-orang asing dan mengusir mereka ke luar dari negara tersebut, di mana "Musa", pemimpin mereka, membawa mereka ke tanah Kanaan, di mana ia membangun kota Yerusalem. Hecataeus menulis karyanya pada penghabisan ratus tahun ke-4 SM, tetapi anggota ini mungkin saja disisipkan pada pertengahan ratus tahun ke-1 SM.
  • Catatan paling terkenal ditulis oleh sejarawan Mesir, Manetho (abad ke-3 SM), yang dikenali dari dua kutipan oleh sejarawan Yahudi-Romawi dari ratus tahun ke-1 M, Flavius Yosefus. Dalam kutipan pertama, Manetho menggambarkan orang Hyksos, asal mula mereka yang rendah di Asia, pengambilan kekuasaan dan pengusiran mereka dari Mesir, serta kesudahan pendirian kota Yerusalem dan Bait Sucinya. Yosefus (bukan Manetho) mengidentifikasi orang Hyksos dengan orang Yahudi.{sfn|Droge|1996|p=121-122}} Dalam kutipan kedua, Manetho menuliskan bagaimana 80.000 orang penderita penyakit kusta dan "orang tidak bersih" lainnya, dipimpin oleh seorang imam bernama Osarseph, menggalang daya bersama orang Hyksos yang dulu, kini tinggal di Yerusalem, kepada mengambil alih kekuasaan di Mesir. Mereka menyebabkan kekacauan hingga penghabisannya Firaun dan putranya mengusir mereka keluar dari perbatasan Siria, di mana Osarseph memberikan suatu aturan hukum kepada para penderita kusta tersebut serta mengganti namanya menjadi Musa. Manetho beda dengan penulis-penulis lain dalam menggambarkan pengikut-pengikut pemimpin ini bagi orang Mesir, bukan orang Yahudi, dan menggunakan nama lain yang bukan Musa, bagi pemimpin pemberontakan, meskipun identifikasi Osarseph dengan Musa mungkin merupakan tambahan kesudahan.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Lihat Keluaran 1 dan Keluaran 2.
  2. ^ Redmount, p.59
  3. ^ Redmount, p.63
  4. ^ Tigay pp.106-107
  5. ^ Keluaran 13:19
  6. ^ Mercer Dictionary of the Bible, entry for Kadesh Barnea (Mercer University Press, 1991) p.485
  7. ^ Keluaran 13:17
  8. ^ Keluaran 13:18
  9. ^ Seder Olam Rabbah, Finegan, Jack, Handbook of Biblical Chronology, Revised Ed., Hendrickson Publishers, Inc., 1998, p. 111
  10. ^ Howard, David M. Jr. and Michael A. Grisanti (editors) (2003). "The Date of the Exodus (by William H. Shea)". Giving the Sense: Understanding and Using the Old Testament Historical Texts. Kregel Publications. ISBN 9781844740161. 
  11. ^ "Tuthmosis", Egyptology Online
  12. ^ אָמַר לָהֶם רִבִּי אֶלְעָזָר בֶּן עֲזַרְיָה, הֲרֵי אֲנִי כְּבֶן שִׁבְעִים שָׁנָה, וְלֹא זָכִיתִי שֶׁתֵּאָמֵר יְצִיאַת מִצְרַיִם Passover Hagadah according to Mishneh Torah (Hebrew original), (mechon-mamre.org)

Pustaka

Beitzel, Barry (Spring 1980). "Exodus 3:14 and the divine Name: A Case of Biblical Paronomasia". Trinity Journal (Trinity Divinity School) 1: 5–20. Butzer, Karl W. (1999). "Demographics". In Bard, Kathryn A.; Shubert, Steven. Encyclopedia of the archaeology of ancient Egypt. Routledge. ISBN 0-907459-04-8. Davies, Graham (2001). "Introduction to the Pentateuch". In Barton, John. Oxford Bible Commentary. Oxford University Press. hlm. 37. Davies, Graham (2004). "Was There an Exodus?". In Day, John. In search of pre-exilic Israel: proceedings of the Oxford Old Testament Seminar. Continuum. Davies, Philip (1998). Scribes and Schools: The Canonization of the Hebrew Scriptures. Westminster John Knox. Dever, William (2001). What Did the Biblical Writers Know, and When Did They Know It?. Eerdmans. ISBN 3-927120-37-5. Dever, William (2003). Who Were the Early Israelites and Where Did They Come From?. Eerdmans. ISBN 3-927120-37-5. Droge, Arthur J. (1996). "Josephus Between Greeks and Barbarians". In Feldman, L.H.; Levison, J.R. Josephus' Contra Apion. Brill. Feldman, Louis H. (1998). Josephus's interpretation of the Bible. University of California Press. Finkelstein, Israel; Silberman, Neil Asher (2001). The Bible Unearthed. Free Press. ISBN 0-684-86912-8. Gmirkin, Russell E. (2006). Berossus and Genesis, Manetho and Exodus: Hellenistic Histories and The Date of the Pentateuch. T & T Clark International. Grisanti, Michael A. (2011). "The Book of Numbers". In Merrill, Eugene H.; Rooker, Mark; Grisanti, Michael A. The World and the Word. B&H Publishing. Guillaume, Philippe. "Tracing the Origin of the Sabbatical Calendar in the Priestly Narrative, Genesis 1 to Joshua 5". Journal of Hebrew Scriptures. 5, article 13, Spring 1980. Hayes, John Haralson; Miller, James Maxwell (1986). A History of Ancient Israel and Judah. Westminster John Knox. Hoffmeier, James K (1999). Israel in Egypt. Oxford University Press. ISBN 9780195130881. Hoffmeier, James K (2005). Ancient Israel in Sinai. Oxford University Press. ISBN 9780195155464. Killebrew, Anne E. (2005). Biblical Peoples and Ethnicity. Society of Biblical Literature. Kitchen, Kenneth (2006). "Egyptology and the traditions of early Hebrew antiquity (Genesis and Exodus)". In Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies. Oxford University Press. Knight, Douglas A (1995). "Deuteronomy and the Deuteronomist". In Mays, James Luther; Petersen, David L.; Richards, Kent Harold. Old Testament Interpretation. T&T Clark. Lemche, Niels Peter (1985). Early Israel: anthropological and historical studies. Brill. Levinson, Bernard Malcolm (1997). Deuteronomy and the hermeneutics of legal innovation. OUP. McDermott, John (2002). Reading the Pentateuch. Paulist Press. McEntire, Mark (2008). Struggling with God: An Introduction to the Pentateuch. Mercer University Press. Meyers, Carol (2005). Exodus. Cambridge University Press. Noll, K.L. (2001). Canaan and Israel in Antiquity: An Introduction. Sheffield Academic Press. Practico, Gary D. (Summer 1985). "Nelson Glueck's 1938-1940 Excavations at Tell el-Kheleifeh: A Reappraisal". Bulletin of the American Schools of Oriental Research (BASOR). No. 259: 1–32. Redmount, Carol A. (1998). "Bitter Lives: Israel In And Out of Egypt". In Coogan, Michael D. The Oxford History of the Biblical World. OUP. Rofé, Alexander (2002). Deuteronomy: Issues and Interpretation. T&T Clark. Rogerson, John W (2003). "Deuteronomy". In Dunn, James D. G. Eerdmans Commentary on the Bible. Eerdmans. Rohl, David (1995). Pharoahs and Kings. Crown Publishers. Russell, Stephen C. (2009). Images of Egypt in early biblical literature. Walter de Gruyter. Shaw, Ian (2002). "Israel, Israelites". In Jameson, Robert; Ian. A dictionary of archaeology. Wiley Blackwell. Shea, William H. (2002). "The Date of the Exodus". In Grisanti, Michael A.; Howard, David M. Giving the Sense: Understanding and Using Old Testament Historical Texts. Kregel Academic. Soggin, John (1998 [tr.1999]). An Introduction to the History of Israel and Judah. SCM Press. Sparkes, Kenton L. (2010). "Genre Criticism". In Dozeman, Thomas B. Methods for Exodus. Cambridge University Press. Tigay, Jeffrey H. (2004). "Exodus". In Berlin, Adele; Brettler, Marc Zvi. The Jewish study Bible. Oxford University Press. Van Seters, John (1997). "The Geography of the Exodus". In Silberman, Neil Ash. The land that I will show you. Sheffield Academic Press. ISBN 978-1850756507. Walton, John H. (2003). "Exodus, date of". In Alexander, T.D.; Baker, David W. Dictionary of the Old Testament: Pentateuch. InterVarsity Press. Whitelam, Keith W. (2006). "General problems of studying the text of the bible...". In Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies. Oxford University Press. 

Templat:Passover Footer


edunitas.com


Page 3

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

"Departure of the Israelites" ("Keberangkatan orang Israel"), lukisan David Roberts, 1829

Peristiwa Keluar dari Mesir (atau Keluaran; bahasa Inggris: The Exodus; dari bahasa Yunani: ἔξοδος, exodos, gunanya "pergi ke luar") adalah suatu kejadian penting dalam sejarah bangsa Israel, di mana mereka menjadi bebas sama sekali dari perbudakan selama semakin dari 400 tahun di tanah Mesir. Bangsa Israel mula-mula menetap di Mesir pada zaman Yusuf bin Yakub menjadi perdana menteri. Yakub, ayah Yusuf, dan saudara-saudara Yusuf beserta keluarga mereka, sejumlah 75 orang, pindah dari tanah Kanaan kepada tinggal di tanah Gosyen, di delta sungai Nil, kepada menghindari bencana kelaparan yang berlanjut selama 7 tahun. Setelah Yusuf meninggal, munculnya raja-raja Mesir, yang dinamakan para Firaun, yang alpa akan tingkah laku baik Yusuf. Sebaliknya mereka takut kepada orang Israel yang terus berlipat ganda banyaknya dengan pesat. Hasilnya mereka memutuskan kepada menekan dan menjadikan orang-orang itu menjadi budak kepada membangun kota-kota perbekalan.[1] Di bawah pimpinan Musa, yang diutus oleh Allah kepada membebaskan umat Israel, bangsa itu keluar dari tanah Mesir dan mengembara kepada masuk ke "Tanah Perjanjian" yaitu Tanah Kanaan.[2]

Bagian-bagian penting dari kisah perjalanan ini dicatat dalam kitab-kitab Taurat, terutama Kitab Keluaran, Kitab Imamat dan Kitab Bilangan. Asalnya catatan ini bukanlah dimaksudkan bagi catatan sejarah (historiografi), tetapi maksud keseluruhan memang kepada mengingat sejarah menurut pengertian para penyusunnya: guna mengenang perbuatan-perbuatan akbar Allah dalam sejarah bangsa tersebut, mengingat kembali masa perbudakan dan pembebasan, serta pemenuhan akad Allah dengan umat Israel.[3] Paling sedikit terdapat bukti arkeologis yang berkomunikasi langsung dengan Kitab Keluaran, sehingga banyak arkeolog yang meninggalkan penelitian tentang Musa dan peristiwa Keluaran ini bagi "upaya yang tidak berbuah". Konsensus sebagian akbar pakar Alkitab saat ini adalah dengan memandang kisah ini bagi teologi, kisah yang menggambarkan bagaimana Allah Israel bekerja menyelamatkan dan menguatkan umat pilihannya, dan tidak bagi sejarah.

Peristiwa Keluaran ini sentral bagi Yudaisme: berfungsi kepada mengarahkan orang Yahudi terhadap peringatan tingkah laku Allah dalam sejarah, yang berlawanan dengan penyembahan politeistik dewa-dewa di dunia, dan hingga kini terus disebutkan dalam bangun doa harian oleh orang Yahudi dan dirayakan bagi Hari Raya Paskah Yahudi. Sejarah sekuler telah menjadi sumber ilham dan teladan bagi banyak kelompok, dari para pengembara Kristen yang melarikan diri dari penganiayaan di Eropa hingga dengan orang Amerika Afrika (kaum berkulit hitam) yang berjuang kepada kebebasan dari perbudakan dan persamaan hak-hak azasi.[7]

Ringkasan

Lihat Keluaran 13 dan pasal-pasal berikutnya Kitab Keluaran mencatat bagaimana asal mulanya terjadi perbudakan terhadap bangsa Israel di tanah Mesir, hingga mereka berteriak kepada Allah kepada memohon kebebasan, dan kesudahan berfokus kepada lahir, masa muda hingga waktu dipanggilnya Musa kepada menjadi pemimpin bangsanya. Firaun Mesir tidak ingin begitu saja membiarkan orang Israel pergi, sehingga Allah menghukum Firaun dan orang Mesir dengan sepuluh Tulah Mesir. Di penghabisan tulah kesepuluh, yaitu kematian anak-anak sulung, orang Israel diijinkan pergi dan di bawah pimpinan Musa bertambah kurang 2 juta umat berjalan keluar, meninggalkan tanah Mesir dan melewati padang gurun menuju ke gunung Sinai. Di gunung tersebut Allah menyatakan diri-Nya kepada bangsa Israel serta mengikat akad dengan mereka: Orang Israel mesti melaksanakan torah (yaitu bermakna "hukum", "instruksi") Allah dan bagi balasannya, Ia akan menjadi Allah mereka serta memberikan kepada mereka tanah Kanaan bagi milik pusaka. Kitab Imamat mencatat hukum-hukum Allah, sedangkan Kitab Bilangan memuat kisah perjalanan umat itu, kini dipimpin oleh Allah mereka, menuju ke tanah Kanaan. Namun, bangsa Israel tidak berteguh hati percaya kepada Allah. Ketika mata-mata yang mereka kirim kepada mengintai tanah Kanaan melaporkan bahwa tanah itu dikuasai oleh "raksasa-raksasa", mereka menolak kepada pergi ke sana dan memberontak terhadap pimpinan Allah. Hasilnya Allah menjadi murka dan menghukum mereka kepada tetap mengembara di padang gurun selama 40 tahun, hingga semua orang dari generasi pertama yang meninggalkan Mesir, yang berusia 20 tahun ke atas, mati di padang gurun. Setelah 40 tahun itu maka generasi baru itu hingga di perbatasan Kanaan. Kitab Ulangan memuat kisah bagaimana, sambil memandang Tanah Perjanjian, Musa mengulangi kisah perjalanan dan hukum-hukum Allah kepada generasi baru ini. Kematian Musa (yang ditulis di anggota paling penghabisan dari Kitab Taurat) mengakhiri perjalanan keluar dari Mesir tersebut.

Tulang-tulang Yusuf

Di dalam Kejadian 50:24-25 tertulis bahwa Yusuf memohon saudara-saudara dan keluarganya kepada bersumpah supaya tulang-tulangnya dikuburkan di tanah Kanaan. Sewaktu berangkat keluar dari Mesir, Musa membawa tulang-tulang Yusuf bersamanya (Keluaran 13:19).[8] Di penghabisan Kitab Yosua dicatat, bahwa tulang-tulang Yusuf dikuburkan di Sikhem, di tanah milik yang dibeli Yakub dengan harga seratus kesita dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dan yang ditetapkan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka (Yosua 24:32). Dengan demikian tulang-tulang Yusuf ini menjadi mata rantai yang mengikat Kitab Kejadian, Kitab Keluaran hingga ke Kitab Yosua, semacam jaminan bahwa keluarga Yakub, yaitu umat Israel, pasti akan dibawa TUHAN kembali ke tanah Kanaan.

Jalur

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

Kemungkinan-kemungkinan jalur perjalanan keluar dari Mesir. Garis hitam: jalur tradisional; biru dan hijau: jalur-jalur alternatif.

Kitab Taurat memuat daftar tempat-tempat persinggahan orang Israel selama perjalanan keluar dari Mesir dan pengembaraan di padang gurun. Sejumlah tempat keberangkatan dari daftar tersebut, termasuk Rameses (Ra'amses; diduga sama dengan Avaris; salah satu kota perbendaharaan propertti dengan tenaga budak Israel, lainnya adalah Pitom) dan Sukot, telah diidentifikasi cukup jelas dengan situs-situs arkeologi di sisi timur delta sungai Nil, demikian juga dengan Kadesh-Barnea,[10] di mana orang Israel diduga menghabiskan sebagian akbar waktu mereka di padang gurun, tidak dikenali jelas. Penyeberangan Laut Merah juga tidak dikenali tepat tempatnya. Gunung Sinai diidentifikasi menurut tradisi Kristen pada ratus tahun ke-3 M di Semenanjung Sinai, tetapi tidak terdapat bukti-bukti tinggalnya orang Israel di sana.

Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melewati jalan ke negeri orang Filistin, meskipun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir." Jalur yang paling dekat ini disebut: "Jalan Kerajaan" (royal roads atau "king's highways") yang telah dijalani selama beberapa zaman sebelum dan sesudah peristiwa ini. Jalan yang juga dinamakan "jalan ke negeri orang Filistin" (Way of the Philistines) ini menyusuri pantai utara sepanjang Laut Tengah.[12] Garis ungu di peta di sebelah kanan menunjukkan jalan ke Shur (Way of Shur) yang menuju ke dalam daratan ke arah Shur, Asshur atau Siria melewati "jalan ke negeri orang Filistin".

Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melewati jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Dengan siap sedia bertempur berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir.[13]

Jalur Perniagaan Arab (Arabian Trade Route) yang berwarna hijau dan "jalan ke Seir" (Way of Seir) yang berwarna hitam dianggap jalur yang tidak mungkin dilintasi. Jalan perniagaan Arab sebenarnya memiliki keuntungan karena mengarah ke Kadesh-Barnea tetapi kesudahan berputar ke timur ke arah Petra di sebeluah utara Teluk Aqaba/Eilat.

Waktu

Seder Olam Rabbah (dari ratus tahun ke-2 M) menetapkan aturan bahwa peristiwa keluar dari Mesir itu terjadi pada tahun Yahudi 2448 AM (= 1313 SM). Tarikh ini menjadi tradisional di kalangan Yudaisme Rabbinik.[14]

Dalam pertengahan pertama ratus tahun ke-20, peristiwa "Exodus" ini ditarikhkan berdasarkan ayat 1 Raja-raja 6:1, yang menyatakan bahwa bangsa Israel keluar dari Mesir 480 tahun sebelum pembangunan Bait Suci Pertama, pada tahun ke-4 pemerintahan raja Salomo. Menyamakan kronologi Alkitab dengan sejarah terkenal sulit, tetapi Edwin Thiele membuat aturan rekonsiliasi yang paling banyak diterima mengenai masa pemerintahan raja-raja Israel dan Yehuda, dan mendudukkan Exodus pada bertambah kurang tahun 1450 SM, dalam masa pemerintahan Firaun Thutmose III (1479-1425 SM).[15] Pada pertengahan ratus tahun ke-20 menjadi nyata bahwa catatan arkeologi tidak memungkinkan pentarikhan ini. Mumi Thutmoses III telah ditemukan pada tahun 1881,[16] dan catatan Mesir pada zaman itu tidak menyebutkan terdapatnya kelompok yang dapat diidentifikasikan dengan 2 juta budak Ibrani, maupun tercatat peristiwa-peristiwa yang dalam dihubungkan dengan tulah Mesir. Lagi pula, penggalian pada tahun 1930-an gagal menemukan bekas-bekas kehancuran akbar kota-kota di Kanaan pada periode bertambah kurang tahun 1400 SM.

Kurangnya bukti-bukti ini membuat arkeolog Alkitab terkemuka pada zamannya, William F. Albright, mengusulkan suatu alternatif, yaitu "Eksodus lambat" ("late Exodus") bertambah kurang tahun 1200-1250 SM. Gagasannya didasarkan pada banyak bukti kehancuran kota-kota Beitel (Betel) dan kota-kota lain pada zaman itu, dan munculnya suatu jenis rumah khas dan periuk bertepi bulat khas pada zaman yang sama, yang menurutnya bermula dari orang Israel yang baru tiba di tanah tersebut.

Nilai budaya penting

Peristiwa Keluar dari Mesir merupakan tema dari Hari Raya Yahudi Paskah.[17] Istilah Ibrani kepada hari raya ini, yaitu "Pesakh" ("melewati"), merujuk kepada perintah Allah kepada orang Israel kepada menyiapkan roti tidak beragi karena mereka akan pergi dengan tergesa-gesa, dan kepada menandai ambang dan palang pintu rumah mereka dengan darah domba yang disembelih, sehingga "malaikat" atau "pemusnah" yang ditugaskan kepada membunuh anak sulung orang Mesir akan "melewati" mereka.

Tradisi Yahudi memelihara kenangan nasional dan pribadi akan kisah yang penting ini dalam hidup sehari-hari. Contohnya adalah dengan menggunakan tefilin (Jewish phylacteries) pada lengan dan dahi, menggunakan tzitzit (jumbai-jumbai ritual yang diikatkan pada keempat ujung syal sembahyang; knotted ritual fringes attached to the four corners of the prayer shawl), menyantap matzot (roti tidak beragi; unleavened bread) selama hari-hari perayaan Paskah, puasa anak sulung sehari sebelum Paskah, dan penebusan anak-anak sulung manusia maupun binatang.

Catatan di luar Alkitab

  • Catatan tertua di luar Alkitab mengenai keluarnya bangsa Israel dari Mesir didapati pada tulisan pengarang Yunani, Hecataeus dari Abdera: orang Mesir menimpakan kekeliruan atas datangnya suatu tulah kepada orang-orang asing dan mengusir mereka ke luar dari negara tersebut, di mana "Musa", pemimpin mereka, membawa mereka ke tanah Kanaan, di mana ia membangun kota Yerusalem. Hecataeus menulis karyanya pada penghabisan ratus tahun ke-4 SM, tetapi anggota ini mungkin saja disisipkan pada pertengahan ratus tahun ke-1 SM.
  • Catatan paling terkenal ditulis oleh sejarawan Mesir, Manetho (abad ke-3 SM), yang dikenali dari dua kutipan oleh sejarawan Yahudi-Romawi dari ratus tahun ke-1 M, Flavius Yosefus. Dalam kutipan pertama, Manetho menggambarkan orang Hyksos, asal mula mereka yang rendah di Asia, pengambilan kekuasaan dan pengusiran mereka dari Mesir, serta kesudahan pendirian kota Yerusalem dan Bait Sucinya. Yosefus (bukan Manetho) mengidentifikasi orang Hyksos dengan orang Yahudi.{sfn|Droge|1996|p=121-122}} Dalam kutipan kedua, Manetho menuliskan bagaimana 80.000 orang penderita penyakit kusta dan "orang tidak bersih" lainnya, dipimpin oleh seorang imam bernama Osarseph, menggalang daya bersama orang Hyksos yang dulu, kini tinggal di Yerusalem, kepada mengambil alih kekuasaan di Mesir. Mereka menyebabkan kekacauan hingga penghabisannya Firaun dan putranya mengusir mereka keluar dari perbatasan Siria, di mana Osarseph memberikan suatu aturan hukum kepada para penderita kusta tersebut serta mengganti namanya menjadi Musa. Manetho beda dengan penulis-penulis lain dalam menggambarkan pengikut-pengikut pemimpin ini bagi orang Mesir, bukan orang Yahudi, dan menggunakan nama lain yang bukan Musa, bagi pemimpin pemberontakan, meskipun identifikasi Osarseph dengan Musa mungkin merupakan tambahan kesudahan.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Lihat Keluaran 1 dan Keluaran 2.
  2. ^ Redmount, p.59
  3. ^ Redmount, p.63
  4. ^ Tigay pp.106-107
  5. ^ Keluaran 13:19
  6. ^ Mercer Dictionary of the Bible, entry for Kadesh Barnea (Mercer University Press, 1991) p.485
  7. ^ Keluaran 13:17
  8. ^ Keluaran 13:18
  9. ^ Seder Olam Rabbah, Finegan, Jack, Handbook of Biblical Chronology, Revised Ed., Hendrickson Publishers, Inc., 1998, p. 111
  10. ^ Howard, David M. Jr. and Michael A. Grisanti (editors) (2003). "The Date of the Exodus (by William H. Shea)". Giving the Sense: Understanding and Using the Old Testament Historical Texts. Kregel Publications. ISBN 9781844740161. 
  11. ^ "Tuthmosis", Egyptology Online
  12. ^ אָמַר לָהֶם רִבִּי אֶלְעָזָר בֶּן עֲזַרְיָה, הֲרֵי אֲנִי כְּבֶן שִׁבְעִים שָׁנָה, וְלֹא זָכִיתִי שֶׁתֵּאָמֵר יְצִיאַת מִצְרַיִם Passover Hagadah according to Mishneh Torah (Hebrew original), (mechon-mamre.org)

Pustaka

Beitzel, Barry (Spring 1980). "Exodus 3:14 and the divine Name: A Case of Biblical Paronomasia". Trinity Journal (Trinity Divinity School) 1: 5–20. Butzer, Karl W. (1999). "Demographics". In Bard, Kathryn A.; Shubert, Steven. Encyclopedia of the archaeology of ancient Egypt. Routledge. ISBN 0-907459-04-8. Davies, Graham (2001). "Introduction to the Pentateuch". In Barton, John. Oxford Bible Commentary. Oxford University Press. hlm. 37. Davies, Graham (2004). "Was There an Exodus?". In Day, John. In search of pre-exilic Israel: proceedings of the Oxford Old Testament Seminar. Continuum. Davies, Philip (1998). Scribes and Schools: The Canonization of the Hebrew Scriptures. Westminster John Knox. Dever, William (2001). What Did the Biblical Writers Know, and When Did They Know It?. Eerdmans. ISBN 3-927120-37-5. Dever, William (2003). Who Were the Early Israelites and Where Did They Come From?. Eerdmans. ISBN 3-927120-37-5. Droge, Arthur J. (1996). "Josephus Between Greeks and Barbarians". In Feldman, L.H.; Levison, J.R. Josephus' Contra Apion. Brill. Feldman, Louis H. (1998). Josephus's interpretation of the Bible. University of California Press. Finkelstein, Israel; Silberman, Neil Asher (2001). The Bible Unearthed. Free Press. ISBN 0-684-86912-8. Gmirkin, Russell E. (2006). Berossus and Genesis, Manetho and Exodus: Hellenistic Histories and The Date of the Pentateuch. T & T Clark International. Grisanti, Michael A. (2011). "The Book of Numbers". In Merrill, Eugene H.; Rooker, Mark; Grisanti, Michael A. The World and the Word. B&H Publishing. Guillaume, Philippe. "Tracing the Origin of the Sabbatical Calendar in the Priestly Narrative, Genesis 1 to Joshua 5". Journal of Hebrew Scriptures. 5, article 13, Spring 1980. Hayes, John Haralson; Miller, James Maxwell (1986). A History of Ancient Israel and Judah. Westminster John Knox. Hoffmeier, James K (1999). Israel in Egypt. Oxford University Press. ISBN 9780195130881. Hoffmeier, James K (2005). Ancient Israel in Sinai. Oxford University Press. ISBN 9780195155464. Killebrew, Anne E. (2005). Biblical Peoples and Ethnicity. Society of Biblical Literature. Kitchen, Kenneth (2006). "Egyptology and the traditions of early Hebrew antiquity (Genesis and Exodus)". In Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies. Oxford University Press. Knight, Douglas A (1995). "Deuteronomy and the Deuteronomist". In Mays, James Luther; Petersen, David L.; Richards, Kent Harold. Old Testament Interpretation. T&T Clark. Lemche, Niels Peter (1985). Early Israel: anthropological and historical studies. Brill. Levinson, Bernard Malcolm (1997). Deuteronomy and the hermeneutics of legal innovation. OUP. McDermott, John (2002). Reading the Pentateuch. Paulist Press. McEntire, Mark (2008). Struggling with God: An Introduction to the Pentateuch. Mercer University Press. Meyers, Carol (2005). Exodus. Cambridge University Press. Noll, K.L. (2001). Canaan and Israel in Antiquity: An Introduction. Sheffield Academic Press. Practico, Gary D. (Summer 1985). "Nelson Glueck's 1938-1940 Excavations at Tell el-Kheleifeh: A Reappraisal". Bulletin of the American Schools of Oriental Research (BASOR). No. 259: 1–32. Redmount, Carol A. (1998). "Bitter Lives: Israel In And Out of Egypt". In Coogan, Michael D. The Oxford History of the Biblical World. OUP. Rofé, Alexander (2002). Deuteronomy: Issues and Interpretation. T&T Clark. Rogerson, John W (2003). "Deuteronomy". In Dunn, James D. G. Eerdmans Commentary on the Bible. Eerdmans. Rohl, David (1995). Pharoahs and Kings. Crown Publishers. Russell, Stephen C. (2009). Images of Egypt in early biblical literature. Walter de Gruyter. Shaw, Ian (2002). "Israel, Israelites". In Jameson, Robert; Ian. A dictionary of archaeology. Wiley Blackwell. Shea, William H. (2002). "The Date of the Exodus". In Grisanti, Michael A.; Howard, David M. Giving the Sense: Understanding and Using Old Testament Historical Texts. Kregel Academic. Soggin, John (1998 [tr.1999]). An Introduction to the History of Israel and Judah. SCM Press. Sparkes, Kenton L. (2010). "Genre Criticism". In Dozeman, Thomas B. Methods for Exodus. Cambridge University Press. Tigay, Jeffrey H. (2004). "Exodus". In Berlin, Adele; Brettler, Marc Zvi. The Jewish study Bible. Oxford University Press. Van Seters, John (1997). "The Geography of the Exodus". In Silberman, Neil Ash. The land that I will show you. Sheffield Academic Press. ISBN 978-1850756507. Walton, John H. (2003). "Exodus, date of". In Alexander, T.D.; Baker, David W. Dictionary of the Old Testament: Pentateuch. InterVarsity Press. Whitelam, Keith W. (2006). "General problems of studying the text of the bible...". In Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies. Oxford University Press. 

Templat:Passover Footer


edunitas.com


Page 4

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

"Departure of the Israelites" ("Keberangkatan orang Israel"), lukisan David Roberts, 1829

Peristiwa Keluar dari Mesir (atau Keluaran; bahasa Inggris: The Exodus; dari bahasa Yunani: ἔξοδος, exodos, gunanya "pergi ke luar") adalah suatu kejadian penting dalam sejarah bangsa Israel, di mana mereka menjadi bebas sama sekali dari perbudakan selama semakin dari 400 tahun di tanah Mesir. Bangsa Israel mula-mula menetap di Mesir pada zaman Yusuf bin Yakub menjadi perdana menteri. Yakub, ayah Yusuf, dan saudara-saudara Yusuf beserta keluarga mereka, sejumlah 75 orang, pindah dari tanah Kanaan kepada tinggal di tanah Gosyen, di delta sungai Nil, kepada menghindari bencana kelaparan yang berlanjut selama 7 tahun. Setelah Yusuf meninggal, munculnya raja-raja Mesir, yang dinamakan para Firaun, yang alpa akan tingkah laku baik Yusuf. Sebaliknya mereka takut kepada orang Israel yang terus berlipat ganda banyaknya dengan pesat. Hasilnya mereka memutuskan kepada menekan dan menjadikan orang-orang itu menjadi budak kepada membangun kota-kota perbekalan.[1] Di bawah pimpinan Musa, yang diutus oleh Allah kepada membebaskan umat Israel, bangsa itu keluar dari tanah Mesir dan mengembara kepada masuk ke "Tanah Perjanjian" yaitu Tanah Kanaan.[2]

Bagian-bagian penting dari kisah perjalanan ini dicatat dalam kitab-kitab Taurat, terutama Kitab Keluaran, Kitab Imamat dan Kitab Bilangan. Asalnya catatan ini bukanlah dimaksudkan bagi catatan sejarah (historiografi), tetapi maksud keseluruhan memang kepada mengingat sejarah menurut pengertian para penyusunnya: guna mengenang perbuatan-perbuatan akbar Allah dalam sejarah bangsa tersebut, mengingat kembali masa perbudakan dan pembebasan, serta pemenuhan akad Allah dengan umat Israel.[3] Paling sedikit terdapat bukti arkeologis yang berkomunikasi langsung dengan Kitab Keluaran, sehingga banyak arkeolog yang meninggalkan penelitian tentang Musa dan peristiwa Keluaran ini bagi "upaya yang tidak berbuah". Konsensus sebagian akbar pakar Alkitab saat ini adalah dengan memandang kisah ini bagi teologi, kisah yang menggambarkan bagaimana Allah Israel bekerja menyelamatkan dan menguatkan umat pilihannya, dan tidak bagi sejarah.

Peristiwa Keluaran ini sentral bagi Yudaisme: berfungsi kepada mengarahkan orang Yahudi terhadap peringatan tingkah laku Allah dalam sejarah, yang berlawanan dengan penyembahan politeistik dewa-dewa di dunia, dan hingga kini terus disebutkan dalam bangun doa harian oleh orang Yahudi dan dirayakan bagi Hari Raya Paskah Yahudi. Sejarah sekuler telah menjadi sumber ilham dan teladan bagi banyak kelompok, dari para pengembara Kristen yang melarikan diri dari penganiayaan di Eropa hingga dengan orang Amerika Afrika (kaum berkulit hitam) yang berjuang kepada kebebasan dari perbudakan dan persamaan hak-hak azasi.[7]

Ringkasan

Lihat Keluaran 13 dan pasal-pasal berikutnya Kitab Keluaran mencatat bagaimana asal mulanya terjadi perbudakan terhadap bangsa Israel di tanah Mesir, hingga mereka berteriak kepada Allah kepada memohon kebebasan, dan kesudahan berfokus kepada lahir, masa muda hingga waktu dipanggilnya Musa kepada menjadi pemimpin bangsanya. Firaun Mesir tidak ingin begitu saja membiarkan orang Israel pergi, sehingga Allah menghukum Firaun dan orang Mesir dengan sepuluh Tulah Mesir. Di penghabisan tulah kesepuluh, yaitu kematian anak-anak sulung, orang Israel diijinkan pergi dan di bawah pimpinan Musa bertambah kurang 2 juta umat berjalan keluar, meninggalkan tanah Mesir dan melewati padang gurun menuju ke gunung Sinai. Di gunung tersebut Allah menyatakan diri-Nya kepada bangsa Israel serta mengikat akad dengan mereka: Orang Israel mesti melaksanakan torah (yaitu bermakna "hukum", "instruksi") Allah dan bagi balasannya, Ia akan menjadi Allah mereka serta memberikan kepada mereka tanah Kanaan bagi milik pusaka. Kitab Imamat mencatat hukum-hukum Allah, sedangkan Kitab Bilangan memuat kisah perjalanan umat itu, kini dipimpin oleh Allah mereka, menuju ke tanah Kanaan. Namun, bangsa Israel tidak berteguh hati percaya kepada Allah. Ketika mata-mata yang mereka kirim kepada mengintai tanah Kanaan melaporkan bahwa tanah itu dikuasai oleh "raksasa-raksasa", mereka menolak kepada pergi ke sana dan memberontak terhadap pimpinan Allah. Hasilnya Allah menjadi murka dan menghukum mereka kepada tetap mengembara di padang gurun selama 40 tahun, hingga semua orang dari generasi pertama yang meninggalkan Mesir, yang berusia 20 tahun ke atas, mati di padang gurun. Setelah 40 tahun itu maka generasi baru itu hingga di perbatasan Kanaan. Kitab Ulangan memuat kisah bagaimana, sambil memandang Tanah Perjanjian, Musa mengulangi kisah perjalanan dan hukum-hukum Allah kepada generasi baru ini. Kematian Musa (yang ditulis di anggota paling penghabisan dari Kitab Taurat) mengakhiri perjalanan keluar dari Mesir tersebut.

Tulang-tulang Yusuf

Di dalam Kejadian 50:24-25 tertulis bahwa Yusuf memohon saudara-saudara dan keluarganya kepada bersumpah supaya tulang-tulangnya dikuburkan di tanah Kanaan. Sewaktu berangkat keluar dari Mesir, Musa membawa tulang-tulang Yusuf bersamanya (Keluaran 13:19).[8] Di penghabisan Kitab Yosua dicatat, bahwa tulang-tulang Yusuf dikuburkan di Sikhem, di tanah milik yang dibeli Yakub dengan harga seratus kesita dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dan yang ditetapkan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka (Yosua 24:32). Dengan demikian tulang-tulang Yusuf ini menjadi mata rantai yang mengikat Kitab Kejadian, Kitab Keluaran hingga ke Kitab Yosua, semacam jaminan bahwa keluarga Yakub, yaitu umat Israel, pasti akan dibawa TUHAN kembali ke tanah Kanaan.

Jalur

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

Kemungkinan-kemungkinan jalur perjalanan keluar dari Mesir. Garis hitam: jalur tradisional; biru dan hijau: jalur-jalur alternatif.

Kitab Taurat memuat daftar tempat-tempat persinggahan orang Israel selama perjalanan keluar dari Mesir dan pengembaraan di padang gurun. Sejumlah tempat keberangkatan dari daftar tersebut, termasuk Rameses (Ra'amses; diduga sama dengan Avaris; salah satu kota perbendaharaan propertti dengan tenaga budak Israel, lainnya adalah Pitom) dan Sukot, telah diidentifikasi cukup jelas dengan situs-situs arkeologi di sisi timur delta sungai Nil, demikian juga dengan Kadesh-Barnea,[10] di mana orang Israel diduga menghabiskan sebagian akbar waktu mereka di padang gurun, tidak dikenali jelas. Penyeberangan Laut Merah juga tidak dikenali tepat tempatnya. Gunung Sinai diidentifikasi menurut tradisi Kristen pada ratus tahun ke-3 M di Semenanjung Sinai, tetapi tidak terdapat bukti-bukti tinggalnya orang Israel di sana.

Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melewati jalan ke negeri orang Filistin, meskipun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir." Jalur yang paling dekat ini disebut: "Jalan Kerajaan" (royal roads atau "king's highways") yang telah dijalani selama beberapa zaman sebelum dan sesudah peristiwa ini. Jalan yang juga dinamakan "jalan ke negeri orang Filistin" (Way of the Philistines) ini menyusuri pantai utara sepanjang Laut Tengah.[12] Garis ungu di peta di sebelah kanan menunjukkan jalan ke Shur (Way of Shur) yang menuju ke dalam daratan ke arah Shur, Asshur atau Siria melewati "jalan ke negeri orang Filistin".

Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melewati jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Dengan siap sedia bertempur berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir.[13]

Jalur Perniagaan Arab (Arabian Trade Route) yang berwarna hijau dan "jalan ke Seir" (Way of Seir) yang berwarna hitam dianggap jalur yang tidak mungkin dilintasi. Jalan perniagaan Arab sebenarnya memiliki keuntungan karena mengarah ke Kadesh-Barnea tetapi kesudahan berputar ke timur ke arah Petra di sebeluah utara Teluk Aqaba/Eilat.

Waktu

Seder Olam Rabbah (dari ratus tahun ke-2 M) menetapkan aturan bahwa peristiwa keluar dari Mesir itu terjadi pada tahun Yahudi 2448 AM (= 1313 SM). Tarikh ini menjadi tradisional di kalangan Yudaisme Rabbinik.[14]

Dalam pertengahan pertama ratus tahun ke-20, peristiwa "Exodus" ini ditarikhkan berdasarkan ayat 1 Raja-raja 6:1, yang menyatakan bahwa bangsa Israel keluar dari Mesir 480 tahun sebelum pembangunan Bait Suci Pertama, pada tahun ke-4 pemerintahan raja Salomo. Menyamakan kronologi Alkitab dengan sejarah terkenal sulit, tetapi Edwin Thiele membuat aturan rekonsiliasi yang paling banyak diterima mengenai masa pemerintahan raja-raja Israel dan Yehuda, dan mendudukkan Exodus pada bertambah kurang tahun 1450 SM, dalam masa pemerintahan Firaun Thutmose III (1479-1425 SM).[15] Pada pertengahan ratus tahun ke-20 menjadi nyata bahwa catatan arkeologi tidak memungkinkan pentarikhan ini. Mumi Thutmoses III telah ditemukan pada tahun 1881,[16] dan catatan Mesir pada zaman itu tidak menyebutkan terdapatnya kelompok yang dapat diidentifikasikan dengan 2 juta budak Ibrani, maupun tercatat peristiwa-peristiwa yang dalam dihubungkan dengan tulah Mesir. Lagi pula, penggalian pada tahun 1930-an gagal menemukan bekas-bekas kehancuran akbar kota-kota di Kanaan pada periode bertambah kurang tahun 1400 SM.

Kurangnya bukti-bukti ini membuat arkeolog Alkitab terkemuka pada zamannya, William F. Albright, mengusulkan suatu alternatif, yaitu "Eksodus lambat" ("late Exodus") bertambah kurang tahun 1200-1250 SM. Gagasannya didasarkan pada banyak bukti kehancuran kota-kota Beitel (Betel) dan kota-kota lain pada zaman itu, dan munculnya suatu jenis rumah khas dan periuk bertepi bulat khas pada zaman yang sama, yang menurutnya bermula dari orang Israel yang baru tiba di tanah tersebut.

Nilai budaya penting

Peristiwa Keluar dari Mesir merupakan tema dari Hari Raya Yahudi Paskah.[17] Istilah Ibrani kepada hari raya ini, yaitu "Pesakh" ("melewati"), merujuk kepada perintah Allah kepada orang Israel kepada menyiapkan roti tidak beragi karena mereka akan pergi dengan tergesa-gesa, dan kepada menandai ambang dan palang pintu rumah mereka dengan darah domba yang disembelih, sehingga "malaikat" atau "pemusnah" yang ditugaskan kepada membunuh anak sulung orang Mesir akan "melewati" mereka.

Tradisi Yahudi memelihara kenangan nasional dan pribadi akan kisah yang penting ini dalam hidup sehari-hari. Contohnya adalah dengan menggunakan tefilin (Jewish phylacteries) pada lengan dan dahi, menggunakan tzitzit (jumbai-jumbai ritual yang diikatkan pada keempat ujung syal sembahyang; knotted ritual fringes attached to the four corners of the prayer shawl), menyantap matzot (roti tidak beragi; unleavened bread) selama hari-hari perayaan Paskah, puasa anak sulung sehari sebelum Paskah, dan penebusan anak-anak sulung manusia maupun binatang.

Catatan di luar Alkitab

  • Catatan tertua di luar Alkitab mengenai keluarnya bangsa Israel dari Mesir didapati pada tulisan pengarang Yunani, Hecataeus dari Abdera: orang Mesir menimpakan kekeliruan atas datangnya suatu tulah kepada orang-orang asing dan mengusir mereka ke luar dari negara tersebut, di mana "Musa", pemimpin mereka, membawa mereka ke tanah Kanaan, di mana ia membangun kota Yerusalem. Hecataeus menulis karyanya pada penghabisan ratus tahun ke-4 SM, tetapi anggota ini mungkin saja disisipkan pada pertengahan ratus tahun ke-1 SM.
  • Catatan paling terkenal ditulis oleh sejarawan Mesir, Manetho (abad ke-3 SM), yang dikenali dari dua kutipan oleh sejarawan Yahudi-Romawi dari ratus tahun ke-1 M, Flavius Yosefus. Dalam kutipan pertama, Manetho menggambarkan orang Hyksos, asal mula mereka yang rendah di Asia, pengambilan kekuasaan dan pengusiran mereka dari Mesir, serta kesudahan pendirian kota Yerusalem dan Bait Sucinya. Yosefus (bukan Manetho) mengidentifikasi orang Hyksos dengan orang Yahudi.{sfn|Droge|1996|p=121-122}} Dalam kutipan kedua, Manetho menuliskan bagaimana 80.000 orang penderita penyakit kusta dan "orang tidak bersih" lainnya, dipimpin oleh seorang imam bernama Osarseph, menggalang daya bersama orang Hyksos yang dulu, kini tinggal di Yerusalem, kepada mengambil alih kekuasaan di Mesir. Mereka menyebabkan kekacauan hingga penghabisannya Firaun dan putranya mengusir mereka keluar dari perbatasan Siria, di mana Osarseph memberikan suatu aturan hukum kepada para penderita kusta tersebut serta mengganti namanya menjadi Musa. Manetho beda dengan penulis-penulis lain dalam menggambarkan pengikut-pengikut pemimpin ini bagi orang Mesir, bukan orang Yahudi, dan menggunakan nama lain yang bukan Musa, bagi pemimpin pemberontakan, meskipun identifikasi Osarseph dengan Musa mungkin merupakan tambahan kesudahan.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Lihat Keluaran 1 dan Keluaran 2.
  2. ^ Redmount, p.59
  3. ^ Redmount, p.63
  4. ^ Tigay pp.106-107
  5. ^ Keluaran 13:19
  6. ^ Mercer Dictionary of the Bible, entry for Kadesh Barnea (Mercer University Press, 1991) p.485
  7. ^ Keluaran 13:17
  8. ^ Keluaran 13:18
  9. ^ Seder Olam Rabbah, Finegan, Jack, Handbook of Biblical Chronology, Revised Ed., Hendrickson Publishers, Inc., 1998, p. 111
  10. ^ Howard, David M. Jr. and Michael A. Grisanti (editors) (2003). "The Date of the Exodus (by William H. Shea)". Giving the Sense: Understanding and Using the Old Testament Historical Texts. Kregel Publications. ISBN 9781844740161. 
  11. ^ "Tuthmosis", Egyptology Online
  12. ^ אָמַר לָהֶם רִבִּי אֶלְעָזָר בֶּן עֲזַרְיָה, הֲרֵי אֲנִי כְּבֶן שִׁבְעִים שָׁנָה, וְלֹא זָכִיתִי שֶׁתֵּאָמֵר יְצִיאַת מִצְרַיִם Passover Hagadah according to Mishneh Torah (Hebrew original), (mechon-mamre.org)

Pustaka

Beitzel, Barry (Spring 1980). "Exodus 3:14 and the divine Name: A Case of Biblical Paronomasia". Trinity Journal (Trinity Divinity School) 1: 5–20. Butzer, Karl W. (1999). "Demographics". In Bard, Kathryn A.; Shubert, Steven. Encyclopedia of the archaeology of ancient Egypt. Routledge. ISBN 0-907459-04-8. Davies, Graham (2001). "Introduction to the Pentateuch". In Barton, John. Oxford Bible Commentary. Oxford University Press. hlm. 37. Davies, Graham (2004). "Was There an Exodus?". In Day, John. In search of pre-exilic Israel: proceedings of the Oxford Old Testament Seminar. Continuum. Davies, Philip (1998). Scribes and Schools: The Canonization of the Hebrew Scriptures. Westminster John Knox. Dever, William (2001). What Did the Biblical Writers Know, and When Did They Know It?. Eerdmans. ISBN 3-927120-37-5. Dever, William (2003). Who Were the Early Israelites and Where Did They Come From?. Eerdmans. ISBN 3-927120-37-5. Droge, Arthur J. (1996). "Josephus Between Greeks and Barbarians". In Feldman, L.H.; Levison, J.R. Josephus' Contra Apion. Brill. Feldman, Louis H. (1998). Josephus's interpretation of the Bible. University of California Press. Finkelstein, Israel; Silberman, Neil Asher (2001). The Bible Unearthed. Free Press. ISBN 0-684-86912-8. Gmirkin, Russell E. (2006). Berossus and Genesis, Manetho and Exodus: Hellenistic Histories and The Date of the Pentateuch. T & T Clark International. Grisanti, Michael A. (2011). "The Book of Numbers". In Merrill, Eugene H.; Rooker, Mark; Grisanti, Michael A. The World and the Word. B&H Publishing. Guillaume, Philippe. "Tracing the Origin of the Sabbatical Calendar in the Priestly Narrative, Genesis 1 to Joshua 5". Journal of Hebrew Scriptures. 5, article 13, Spring 1980. Hayes, John Haralson; Miller, James Maxwell (1986). A History of Ancient Israel and Judah. Westminster John Knox. Hoffmeier, James K (1999). Israel in Egypt. Oxford University Press. ISBN 9780195130881. Hoffmeier, James K (2005). Ancient Israel in Sinai. Oxford University Press. ISBN 9780195155464. Killebrew, Anne E. (2005). Biblical Peoples and Ethnicity. Society of Biblical Literature. Kitchen, Kenneth (2006). "Egyptology and the traditions of early Hebrew antiquity (Genesis and Exodus)". In Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies. Oxford University Press. Knight, Douglas A (1995). "Deuteronomy and the Deuteronomist". In Mays, James Luther; Petersen, David L.; Richards, Kent Harold. Old Testament Interpretation. T&T Clark. Lemche, Niels Peter (1985). Early Israel: anthropological and historical studies. Brill. Levinson, Bernard Malcolm (1997). Deuteronomy and the hermeneutics of legal innovation. OUP. McDermott, John (2002). Reading the Pentateuch. Paulist Press. McEntire, Mark (2008). Struggling with God: An Introduction to the Pentateuch. Mercer University Press. Meyers, Carol (2005). Exodus. Cambridge University Press. Noll, K.L. (2001). Canaan and Israel in Antiquity: An Introduction. Sheffield Academic Press. Practico, Gary D. (Summer 1985). "Nelson Glueck's 1938-1940 Excavations at Tell el-Kheleifeh: A Reappraisal". Bulletin of the American Schools of Oriental Research (BASOR). No. 259: 1–32. Redmount, Carol A. (1998). "Bitter Lives: Israel In And Out of Egypt". In Coogan, Michael D. The Oxford History of the Biblical World. OUP. Rofé, Alexander (2002). Deuteronomy: Issues and Interpretation. T&T Clark. Rogerson, John W (2003). "Deuteronomy". In Dunn, James D. G. Eerdmans Commentary on the Bible. Eerdmans. Rohl, David (1995). Pharoahs and Kings. Crown Publishers. Russell, Stephen C. (2009). Images of Egypt in early biblical literature. Walter de Gruyter. Shaw, Ian (2002). "Israel, Israelites". In Jameson, Robert; Ian. A dictionary of archaeology. Wiley Blackwell. Shea, William H. (2002). "The Date of the Exodus". In Grisanti, Michael A.; Howard, David M. Giving the Sense: Understanding and Using Old Testament Historical Texts. Kregel Academic. Soggin, John (1998 [tr.1999]). An Introduction to the History of Israel and Judah. SCM Press. Sparkes, Kenton L. (2010). "Genre Criticism". In Dozeman, Thomas B. Methods for Exodus. Cambridge University Press. Tigay, Jeffrey H. (2004). "Exodus". In Berlin, Adele; Brettler, Marc Zvi. The Jewish study Bible. Oxford University Press. Van Seters, John (1997). "The Geography of the Exodus". In Silberman, Neil Ash. The land that I will show you. Sheffield Academic Press. ISBN 978-1850756507. Walton, John H. (2003). "Exodus, date of". In Alexander, T.D.; Baker, David W. Dictionary of the Old Testament: Pentateuch. InterVarsity Press. Whitelam, Keith W. (2006). "General problems of studying the text of the bible...". In Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies. Oxford University Press. 

Templat:Passover Footer


edunitas.com


Page 5

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

"Departure of the Israelites" ("Keberangkatan orang Israel"), lukisan David Roberts, 1829

Peristiwa Keluar dari Mesir (atau Keluaran; bahasa Inggris: The Exodus; dari bahasa Yunani: ἔξοδος, exodos, gunanya "pergi ke luar") adalah suatu kejadian penting dalam sejarah bangsa Israel, di mana mereka menjadi bebas sama sekali dari perbudakan selama semakin dari 400 tahun di tanah Mesir. Bangsa Israel mula-mula menetap di Mesir pada zaman Yusuf bin Yakub menjadi perdana menteri. Yakub, ayah Yusuf, dan saudara-saudara Yusuf beserta keluarga mereka, sejumlah 75 orang, pindah dari tanah Kanaan kepada tinggal di tanah Gosyen, di delta sungai Nil, kepada menghindari bencana kelaparan yang berlanjut selama 7 tahun. Setelah Yusuf meninggal, munculnya raja-raja Mesir, yang dinamakan para Firaun, yang alpa akan tingkah laku baik Yusuf. Sebaliknya mereka takut kepada orang Israel yang terus berlipat ganda banyaknya dengan pesat. Hasilnya mereka memutuskan kepada menekan dan menjadikan orang-orang itu menjadi budak kepada membangun kota-kota perbekalan.[1] Di bawah pimpinan Musa, yang diutus oleh Allah kepada membebaskan umat Israel, bangsa itu keluar dari tanah Mesir dan mengembara kepada masuk ke "Tanah Perjanjian" yaitu Tanah Kanaan.[2]

Bagian-bagian penting dari kisah perjalanan ini dicatat dalam kitab-kitab Taurat, terutama Kitab Keluaran, Kitab Imamat dan Kitab Bilangan. Asalnya catatan ini bukanlah dimaksudkan bagi catatan sejarah (historiografi), tetapi maksud keseluruhan memang kepada mengingat sejarah menurut pengertian para penyusunnya: guna mengenang perbuatan-perbuatan akbar Allah dalam sejarah bangsa tersebut, mengingat kembali masa perbudakan dan pembebasan, serta pemenuhan akad Allah dengan umat Israel.[3] Paling sedikit terdapat bukti arkeologis yang berkomunikasi langsung dengan Kitab Keluaran, sehingga banyak arkeolog yang meninggalkan penelitian tentang Musa dan peristiwa Keluaran ini bagi "upaya yang tidak berbuah". Konsensus sebagian akbar pakar Alkitab saat ini adalah dengan memandang kisah ini bagi teologi, kisah yang menggambarkan bagaimana Allah Israel bekerja menyelamatkan dan menguatkan umat pilihannya, dan tidak bagi sejarah.

Peristiwa Keluaran ini sentral bagi Yudaisme: berfungsi kepada mengarahkan orang Yahudi terhadap peringatan tingkah laku Allah dalam sejarah, yang berlawanan dengan penyembahan politeistik dewa-dewa di dunia, dan hingga kini terus disebutkan dalam bangun doa harian oleh orang Yahudi dan dirayakan bagi Hari Raya Paskah Yahudi. Sejarah sekuler telah menjadi sumber ilham dan teladan bagi banyak kelompok, dari para pengembara Kristen yang melarikan diri dari penganiayaan di Eropa hingga dengan orang Amerika Afrika (kaum berkulit hitam) yang berjuang kepada kebebasan dari perbudakan dan persamaan hak-hak azasi.[7]

Ringkasan

Lihat Keluaran 13 dan pasal-pasal berikutnya Kitab Keluaran mencatat bagaimana asal mulanya terjadi perbudakan terhadap bangsa Israel di tanah Mesir, hingga mereka berteriak kepada Allah kepada memohon kebebasan, dan kesudahan berfokus kepada lahir, masa muda hingga waktu dipanggilnya Musa kepada menjadi pemimpin bangsanya. Firaun Mesir tidak ingin begitu saja membiarkan orang Israel pergi, sehingga Allah menghukum Firaun dan orang Mesir dengan sepuluh Tulah Mesir. Di penghabisan tulah kesepuluh, yaitu kematian anak-anak sulung, orang Israel diijinkan pergi dan di bawah pimpinan Musa bertambah kurang 2 juta umat berjalan keluar, meninggalkan tanah Mesir dan melewati padang gurun menuju ke gunung Sinai. Di gunung tersebut Allah menyatakan diri-Nya kepada bangsa Israel serta mengikat akad dengan mereka: Orang Israel mesti melaksanakan torah (yaitu bermakna "hukum", "instruksi") Allah dan bagi balasannya, Ia akan menjadi Allah mereka serta memberikan kepada mereka tanah Kanaan bagi milik pusaka. Kitab Imamat mencatat hukum-hukum Allah, sedangkan Kitab Bilangan memuat kisah perjalanan umat itu, kini dipimpin oleh Allah mereka, menuju ke tanah Kanaan. Namun, bangsa Israel tidak berteguh hati percaya kepada Allah. Ketika mata-mata yang mereka kirim kepada mengintai tanah Kanaan melaporkan bahwa tanah itu dikuasai oleh "raksasa-raksasa", mereka menolak kepada pergi ke sana dan memberontak terhadap pimpinan Allah. Hasilnya Allah menjadi murka dan menghukum mereka kepada tetap mengembara di padang gurun selama 40 tahun, hingga semua orang dari generasi pertama yang meninggalkan Mesir, yang berusia 20 tahun ke atas, mati di padang gurun. Setelah 40 tahun itu maka generasi baru itu hingga di perbatasan Kanaan. Kitab Ulangan memuat kisah bagaimana, sambil memandang Tanah Perjanjian, Musa mengulangi kisah perjalanan dan hukum-hukum Allah kepada generasi baru ini. Kematian Musa (yang ditulis di anggota paling penghabisan dari Kitab Taurat) mengakhiri perjalanan keluar dari Mesir tersebut.

Tulang-tulang Yusuf

Di dalam Kejadian 50:24-25 tertulis bahwa Yusuf memohon saudara-saudara dan keluarganya kepada bersumpah supaya tulang-tulangnya dikuburkan di tanah Kanaan. Sewaktu berangkat keluar dari Mesir, Musa membawa tulang-tulang Yusuf bersamanya (Keluaran 13:19).[8] Di penghabisan Kitab Yosua dicatat, bahwa tulang-tulang Yusuf dikuburkan di Sikhem, di tanah milik yang dibeli Yakub dengan harga seratus kesita dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dan yang ditetapkan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka (Yosua 24:32). Dengan demikian tulang-tulang Yusuf ini menjadi mata rantai yang mengikat Kitab Kejadian, Kitab Keluaran hingga ke Kitab Yosua, semacam jaminan bahwa keluarga Yakub, yaitu umat Israel, pasti akan dibawa TUHAN kembali ke tanah Kanaan.

Jalur

Peristiwa yang membuat bangsa Israel keluar dari Mesir adalah brainly

Kemungkinan-kemungkinan jalur perjalanan keluar dari Mesir. Garis hitam: jalur tradisional; biru dan hijau: jalur-jalur alternatif.

Kitab Taurat memuat daftar tempat-tempat persinggahan orang Israel selama perjalanan keluar dari Mesir dan pengembaraan di padang gurun. Sejumlah tempat keberangkatan dari daftar tersebut, termasuk Rameses (Ra'amses; diduga sama dengan Avaris; salah satu kota perbendaharaan propertti dengan tenaga budak Israel, lainnya adalah Pitom) dan Sukot, telah diidentifikasi cukup jelas dengan situs-situs arkeologi di sisi timur delta sungai Nil, demikian juga dengan Kadesh-Barnea,[10] di mana orang Israel diduga menghabiskan sebagian akbar waktu mereka di padang gurun, tidak dikenali jelas. Penyeberangan Laut Merah juga tidak dikenali tepat tempatnya. Gunung Sinai diidentifikasi menurut tradisi Kristen pada ratus tahun ke-3 M di Semenanjung Sinai, tetapi tidak terdapat bukti-bukti tinggalnya orang Israel di sana.

Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melewati jalan ke negeri orang Filistin, meskipun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir." Jalur yang paling dekat ini disebut: "Jalan Kerajaan" (royal roads atau "king's highways") yang telah dijalani selama beberapa zaman sebelum dan sesudah peristiwa ini. Jalan yang juga dinamakan "jalan ke negeri orang Filistin" (Way of the Philistines) ini menyusuri pantai utara sepanjang Laut Tengah.[12] Garis ungu di peta di sebelah kanan menunjukkan jalan ke Shur (Way of Shur) yang menuju ke dalam daratan ke arah Shur, Asshur atau Siria melewati "jalan ke negeri orang Filistin".

Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melewati jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Dengan siap sedia bertempur berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir.[13]

Jalur Perniagaan Arab (Arabian Trade Route) yang berwarna hijau dan "jalan ke Seir" (Way of Seir) yang berwarna hitam dianggap jalur yang tidak mungkin dilintasi. Jalan perniagaan Arab sebenarnya memiliki keuntungan karena mengarah ke Kadesh-Barnea tetapi kesudahan berputar ke timur ke arah Petra di sebeluah utara Teluk Aqaba/Eilat.

Waktu

Seder Olam Rabbah (dari ratus tahun ke-2 M) menetapkan aturan bahwa peristiwa keluar dari Mesir itu terjadi pada tahun Yahudi 2448 AM (= 1313 SM). Tarikh ini menjadi tradisional di kalangan Yudaisme Rabbinik.[14]

Dalam pertengahan pertama ratus tahun ke-20, peristiwa "Exodus" ini ditarikhkan berdasarkan ayat 1 Raja-raja 6:1, yang menyatakan bahwa bangsa Israel keluar dari Mesir 480 tahun sebelum pembangunan Bait Suci Pertama, pada tahun ke-4 pemerintahan raja Salomo. Menyamakan kronologi Alkitab dengan sejarah terkenal sulit, tetapi Edwin Thiele membuat aturan rekonsiliasi yang paling banyak diterima mengenai masa pemerintahan raja-raja Israel dan Yehuda, dan mendudukkan Exodus pada bertambah kurang tahun 1450 SM, dalam masa pemerintahan Firaun Thutmose III (1479-1425 SM).[15] Pada pertengahan ratus tahun ke-20 menjadi nyata bahwa catatan arkeologi tidak memungkinkan pentarikhan ini. Mumi Thutmoses III telah ditemukan pada tahun 1881,[16] dan catatan Mesir pada zaman itu tidak menyebutkan terdapatnya kelompok yang dapat diidentifikasikan dengan 2 juta budak Ibrani, maupun tercatat peristiwa-peristiwa yang dalam dihubungkan dengan tulah Mesir. Lagi pula, penggalian pada tahun 1930-an gagal menemukan bekas-bekas kehancuran akbar kota-kota di Kanaan pada periode bertambah kurang tahun 1400 SM.

Kurangnya bukti-bukti ini membuat arkeolog Alkitab terkemuka pada zamannya, William F. Albright, mengusulkan suatu alternatif, yaitu "Eksodus lambat" ("late Exodus") bertambah kurang tahun 1200-1250 SM. Gagasannya didasarkan pada banyak bukti kehancuran kota-kota Beitel (Betel) dan kota-kota lain pada zaman itu, dan munculnya suatu jenis rumah khas dan periuk bertepi bulat khas pada zaman yang sama, yang menurutnya bermula dari orang Israel yang baru tiba di tanah tersebut.

Nilai budaya penting

Peristiwa Keluar dari Mesir merupakan tema dari Hari Raya Yahudi Paskah.[17] Istilah Ibrani kepada hari raya ini, yaitu "Pesakh" ("melewati"), merujuk kepada perintah Allah kepada orang Israel kepada menyiapkan roti tidak beragi karena mereka akan pergi dengan tergesa-gesa, dan kepada menandai ambang dan palang pintu rumah mereka dengan darah domba yang disembelih, sehingga "malaikat" atau "pemusnah" yang ditugaskan kepada membunuh anak sulung orang Mesir akan "melewati" mereka.

Tradisi Yahudi memelihara kenangan nasional dan pribadi akan kisah yang penting ini dalam hidup sehari-hari. Contohnya adalah dengan menggunakan tefilin (Jewish phylacteries) pada lengan dan dahi, menggunakan tzitzit (jumbai-jumbai ritual yang diikatkan pada keempat ujung syal sembahyang; knotted ritual fringes attached to the four corners of the prayer shawl), menyantap matzot (roti tidak beragi; unleavened bread) selama hari-hari perayaan Paskah, puasa anak sulung sehari sebelum Paskah, dan penebusan anak-anak sulung manusia maupun binatang.

Catatan di luar Alkitab

  • Catatan tertua di luar Alkitab mengenai keluarnya bangsa Israel dari Mesir didapati pada tulisan pengarang Yunani, Hecataeus dari Abdera: orang Mesir menimpakan kekeliruan atas datangnya suatu tulah kepada orang-orang asing dan mengusir mereka ke luar dari negara tersebut, di mana "Musa", pemimpin mereka, membawa mereka ke tanah Kanaan, di mana ia membangun kota Yerusalem. Hecataeus menulis karyanya pada penghabisan ratus tahun ke-4 SM, tetapi anggota ini mungkin saja disisipkan pada pertengahan ratus tahun ke-1 SM.
  • Catatan paling terkenal ditulis oleh sejarawan Mesir, Manetho (abad ke-3 SM), yang dikenali dari dua kutipan oleh sejarawan Yahudi-Romawi dari ratus tahun ke-1 M, Flavius Yosefus. Dalam kutipan pertama, Manetho menggambarkan orang Hyksos, asal mula mereka yang rendah di Asia, pengambilan kekuasaan dan pengusiran mereka dari Mesir, serta kesudahan pendirian kota Yerusalem dan Bait Sucinya. Yosefus (bukan Manetho) mengidentifikasi orang Hyksos dengan orang Yahudi.{sfn|Droge|1996|p=121-122}} Dalam kutipan kedua, Manetho menuliskan bagaimana 80.000 orang penderita penyakit kusta dan "orang tidak bersih" lainnya, dipimpin oleh seorang imam bernama Osarseph, menggalang daya bersama orang Hyksos yang dulu, kini tinggal di Yerusalem, kepada mengambil alih kekuasaan di Mesir. Mereka menyebabkan kekacauan hingga penghabisannya Firaun dan putranya mengusir mereka keluar dari perbatasan Siria, di mana Osarseph memberikan suatu aturan hukum kepada para penderita kusta tersebut serta mengganti namanya menjadi Musa. Manetho beda dengan penulis-penulis lain dalam menggambarkan pengikut-pengikut pemimpin ini bagi orang Mesir, bukan orang Yahudi, dan menggunakan nama lain yang bukan Musa, bagi pemimpin pemberontakan, meskipun identifikasi Osarseph dengan Musa mungkin merupakan tambahan kesudahan.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Lihat Keluaran 1 dan Keluaran 2.
  2. ^ Redmount, p.59
  3. ^ Redmount, p.63
  4. ^ Tigay pp.106-107
  5. ^ Keluaran 13:19
  6. ^ Mercer Dictionary of the Bible, entry for Kadesh Barnea (Mercer University Press, 1991) p.485
  7. ^ Keluaran 13:17
  8. ^ Keluaran 13:18
  9. ^ Seder Olam Rabbah, Finegan, Jack, Handbook of Biblical Chronology, Revised Ed., Hendrickson Publishers, Inc., 1998, p. 111
  10. ^ Howard, David M. Jr. and Michael A. Grisanti (editors) (2003). "The Date of the Exodus (by William H. Shea)". Giving the Sense: Understanding and Using the Old Testament Historical Texts. Kregel Publications. ISBN 9781844740161. 
  11. ^ "Tuthmosis", Egyptology Online
  12. ^ אָמַר לָהֶם רִבִּי אֶלְעָזָר בֶּן עֲזַרְיָה, הֲרֵי אֲנִי כְּבֶן שִׁבְעִים שָׁנָה, וְלֹא זָכִיתִי שֶׁתֵּאָמֵר יְצִיאַת מִצְרַיִם Passover Hagadah according to Mishneh Torah (Hebrew original), (mechon-mamre.org)

Pustaka

Beitzel, Barry (Spring 1980). "Exodus 3:14 and the divine Name: A Case of Biblical Paronomasia". Trinity Journal (Trinity Divinity School) 1: 5–20. Butzer, Karl W. (1999). "Demographics". In Bard, Kathryn A.; Shubert, Steven. Encyclopedia of the archaeology of ancient Egypt. Routledge. ISBN 0-907459-04-8. Davies, Graham (2001). "Introduction to the Pentateuch". In Barton, John. Oxford Bible Commentary. Oxford University Press. hlm. 37. Davies, Graham (2004). "Was There an Exodus?". In Day, John. In search of pre-exilic Israel: proceedings of the Oxford Old Testament Seminar. Continuum. Davies, Philip (1998). Scribes and Schools: The Canonization of the Hebrew Scriptures. Westminster John Knox. Dever, William (2001). What Did the Biblical Writers Know, and When Did They Know It?. Eerdmans. ISBN 3-927120-37-5. Dever, William (2003). Who Were the Early Israelites and Where Did They Come From?. Eerdmans. ISBN 3-927120-37-5. Droge, Arthur J. (1996). "Josephus Between Greeks and Barbarians". In Feldman, L.H.; Levison, J.R. Josephus' Contra Apion. Brill. Feldman, Louis H. (1998). Josephus's interpretation of the Bible. University of California Press. Finkelstein, Israel; Silberman, Neil Asher (2001). The Bible Unearthed. Free Press. ISBN 0-684-86912-8. Gmirkin, Russell E. (2006). Berossus and Genesis, Manetho and Exodus: Hellenistic Histories and The Date of the Pentateuch. T & T Clark International. Grisanti, Michael A. (2011). "The Book of Numbers". In Merrill, Eugene H.; Rooker, Mark; Grisanti, Michael A. The World and the Word. B&H Publishing. Guillaume, Philippe. "Tracing the Origin of the Sabbatical Calendar in the Priestly Narrative, Genesis 1 to Joshua 5". Journal of Hebrew Scriptures. 5, article 13, Spring 1980. Hayes, John Haralson; Miller, James Maxwell (1986). A History of Ancient Israel and Judah. Westminster John Knox. Hoffmeier, James K (1999). Israel in Egypt. Oxford University Press. ISBN 9780195130881. Hoffmeier, James K (2005). Ancient Israel in Sinai. Oxford University Press. ISBN 9780195155464. Killebrew, Anne E. (2005). Biblical Peoples and Ethnicity. Society of Biblical Literature. Kitchen, Kenneth (2006). "Egyptology and the traditions of early Hebrew antiquity (Genesis and Exodus)". In Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies. Oxford University Press. Knight, Douglas A (1995). "Deuteronomy and the Deuteronomist". In Mays, James Luther; Petersen, David L.; Richards, Kent Harold. Old Testament Interpretation. T&T Clark. Lemche, Niels Peter (1985). Early Israel: anthropological and historical studies. Brill. Levinson, Bernard Malcolm (1997). Deuteronomy and the hermeneutics of legal innovation. OUP. McDermott, John (2002). Reading the Pentateuch. Paulist Press. McEntire, Mark (2008). Struggling with God: An Introduction to the Pentateuch. Mercer University Press. Meyers, Carol (2005). Exodus. Cambridge University Press. Noll, K.L. (2001). Canaan and Israel in Antiquity: An Introduction. Sheffield Academic Press. Practico, Gary D. (Summer 1985). "Nelson Glueck's 1938-1940 Excavations at Tell el-Kheleifeh: A Reappraisal". Bulletin of the American Schools of Oriental Research (BASOR). No. 259: 1–32. Redmount, Carol A. (1998). "Bitter Lives: Israel In And Out of Egypt". In Coogan, Michael D. The Oxford History of the Biblical World. OUP. Rofé, Alexander (2002). Deuteronomy: Issues and Interpretation. T&T Clark. Rogerson, John W (2003). "Deuteronomy". In Dunn, James D. G. Eerdmans Commentary on the Bible. Eerdmans. Rohl, David (1995). Pharoahs and Kings. Crown Publishers. Russell, Stephen C. (2009). Images of Egypt in early biblical literature. Walter de Gruyter. Shaw, Ian (2002). "Israel, Israelites". In Jameson, Robert; Ian. A dictionary of archaeology. Wiley Blackwell. Shea, William H. (2002). "The Date of the Exodus". In Grisanti, Michael A.; Howard, David M. Giving the Sense: Understanding and Using Old Testament Historical Texts. Kregel Academic. Soggin, John (1998 [tr.1999]). An Introduction to the History of Israel and Judah. SCM Press. Sparkes, Kenton L. (2010). "Genre Criticism". In Dozeman, Thomas B. Methods for Exodus. Cambridge University Press. Tigay, Jeffrey H. (2004). "Exodus". In Berlin, Adele; Brettler, Marc Zvi. The Jewish study Bible. Oxford University Press. Van Seters, John (1997). "The Geography of the Exodus". In Silberman, Neil Ash. The land that I will show you. Sheffield Academic Press. ISBN 978-1850756507. Walton, John H. (2003). "Exodus, date of". In Alexander, T.D.; Baker, David W. Dictionary of the Old Testament: Pentateuch. InterVarsity Press. Whitelam, Keith W. (2006). "General problems of studying the text of the bible...". In Rogerson, John William; Lieu, Judith. The Oxford handbook of biblical studies. Oxford University Press. 

Templat:Passover Footer


edunitas.com