Penggunaan fungsi B-HPH pada PHP

Authors

  • Ibnu Syaifullah Prasetyo Sistem Pembangkit Energi, PENS
  • Arrad Ghani Safitra Sistem Pembangkit Energi, PENS
  • Joke Pratilastiarso Sistem Pembangkit Energi, PENS

Keywords:

High Pressure Heater, Desuperheating Zone, Impingement Plate, CFD

Abstract

High Pressure Heater (HPH) merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi boiler. HPH memanfaatkan uap panas hasil ekstraksi turbin sebagai media pemanas sebelum masuk menuju economizer pada boiler. Di dunia industri, High Pressure Heater (HPH) merupakan salah satu alat yang termasuk alat penukar kalor atau yang diistilahkan dengan Heat Exchanger (HE). Untuk mencegah beberapa kegagalan pada tube beberapa industri mengaplikasikan plat yang disebut Impinggement Plate pada sisi inlet steam high pressure heater. Plat tersebut diletakkan pada steam inlet sisi shell dari High Pressure Heater dengan fungsi melindungi tube yang menghadap langsung aliran masukan sisi shell. Untuk mengetahui pengaruh penambahan impingement plate terhadap perpindahan panas yang terjadi pada zona desuperheating, maka dilakukan simulasi menggunakan software CFD. Dari hasil simulasi menggunakan software CFD diketahui bahwa setelah penambahan impingement plate, perpindahan panas yang terjadi turun sekitar 9,024% jika dibandingkan dengan tanpa impingement plate. Kemudian dari sampel tekanan yang diambil dari tube a, tube b, tube c diketahui bahwa penggunaan impingement plate menyebabkan penurunan tekanan pada tube a sebesar 7,27%, tube b sebesar 64,45%, dan tube c sebesar 20,7%.

References

Al-Anizi, S. S., & Al-Otaibi, A. M. (2009). Double perforated impingement plate in shell-and-tube heat exchanger. Heat Transfer Engineering, 30(10–11), 885–894. https://doi.org/10.1080/01457630902753805

Incropera, DeWitt, Bergman, & Lavine. (2007). Fundamental of Heat and Mass Transfer Sixth Edition. In John Wiley & Sons, Inc. https://doi.org/10.1109/TKDE.2004.30

Maurya, R. S., & Singh, S. (2017). Numerical investigation of isothermal flow around impingement plates in a shell and tube exchanger. Journal of Thermal Engineering, 3(5), 1442–1452. https://doi.org/10.18186/journal-of-thermal-engineering.338901

Wibowo, Agus Ari. (2011). Studi Numerik 2D Pengaruh Sudut Impingement Terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas Pada Zona Desuperheating High Pressure Heater. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Tidak Dipublikasikan.

Penggunaan fungsi B-HPH pada PHP

How to Cite

Prasetyo, I. S., Safitra, A. G., & Pratilastiarso, J. (2020). ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN IMPINGEMENT PLATE TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA ZONA DESUPERHEATING HIGH PRESSURE HEATER. Prosiding Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV), 6(1), 30-37. Retrieved from https://proceeding.isas.or.id/index.php/sentrinov/article/view/324

Enumerasi TSP/PSP

A.Latar belakang

Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan pentingdidalam kehidupan manusia.Berbagai fungsi hutan diantaranya sebagai pengatur tata air, pengawetan tanah, pelestarian flora dan fauna, sumber plasma nutfah dan lain sebaginya. Oleh karena itu hutan perlu dilindungi, dimanfaatkan dan dikelola secara optimal dan lestari.

Enumerasi TSP/PSP merupakan kegiatan Inventarisasi Hutan Nasional(NFI) yang sejak tahun 1990/1991 sudah dilakukan kegiatan Enumerasi TSP/PSP pada klaster yang mempunyai jarak antara satu klaster dengan klaster lainnya sejauh 20 x 20 Km pada hutan rawa dan hutan pegunungan dibawah 1000 m dari permukaan laut (dpl) dan 5 x 5 Km pada hutan mangrove. Yang selanjutnya mulai tahun 1995/1996 sampai dengan tahun 2006 telah dilaksanakan tahap Re-enumerasi. Kemudian dengan perkembangan yang ada maka pada tahun 2006 Departemen Kehutanan melalui Badan Planologi Kehutanan telah melakukan Redesain Lokasi Enumerasi PSP/TSP dengan perapatan klaster yang masuk dalam kawasan/kelompok hutan dengan jarak menjadi 10 x 10 Km dan 5 X 5 Km pada seluruh Kawasan Hutan dengan penutupan lahan berupa hutan pada ketinggian di bawah 1.000 m dpl serta pada setiap kelompok hutan minimal terwakili 9 ( sembilan ) klaster. Hal tersebut di atas dimaksudkan untuk mendapatkan data mengenai kondisi hutan yang lebih baik dan detail sehingga dapat diketahui keadaan vegetasi yang ada didalam suatu kawasan/kelompok hutan dalam rangka untuk mengetahui perkembangan dan potensi hutan.

Pelaksanaan Enumerasi TSP/PSP dilakukan terhadap klaster yang lama maupun baru bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih akurat danup to date sebagai acuan dalam rangka penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan dan Statistik Kehutanan di Indonesia

B.Tujuan

Tujuan dilaksanakannya kegiatan Enumerasi PSP/TSP untuk mendapatkan data dan informasi mengenai keadaan penutupan lahan hutan,luas, lokasi, taksiran potensi, distribusi jenis, keanekaragaman hayati, perubahan penggunaan lahan serta informasi geografis (Topografi, Assesibilitas, Pola Aliran) dalam rangka menyusun rencana pengelolaan hutan yang optimal dan lestari.


C.Pemilihan Lokasi Klaster

Enumerasi TSP/PSP dilaksanakan pada seluruh kawasan hutan/kelompok hutan yang masih berpenutupan lahan hutan dimana untuk setiap kelompok hutan minimal diwakili 9 (sembilan ) klaster.Metode yang digunakan dalam pelaksanaan enumerasi TSP/PSP adalah metode “Single Stage ” dengan petak contoh berupa klaster yang disebar secara sistematis pada kisi10 x 10 km pada hutan Rawa dan Pegunungan dengan ketinggian dibawah 1000 m dari permukaan laut (dpl) dan 5 x 5 km pada hutan mangrove. Tiap klaster tersebut terdiri dari 9 tract (plot) dengan ukuran 100 x 100 m, masing-masing tract ber jarak 500 m dalam pola segi empat (kisi 500 x 500 m). Tract yang terletak ditengah adalah tract nomor 5 dengan sudut barat daya sebagai titik sub plot 5/1 dan merupakan pusat klaster yaitu terletak pada koordinat UTM sesuai Grid peta Re-desain. Tract ini selain sebagai Plot TSP juga merupakan Plot PSP.

Masing-masing tract TSP terdiiri dari 8 sub plot yang berjarak 50 m mengelilingi batas tract dengan penomoran dimulai dari sudut barat daya terus memutar searah jarum jam, dimana pada tiap titik 50 m tersebut dijadikan titik sub plot 1 – 8, sedangkan plot PSP terdiri dari 16 Record unit, masing-masing berukuran 25 x 25 m bujur sangkar. Dengan pola percontohan semacam ini berarti besarnya intensitas sampling yang digunakan0,09% untuk klaster pada kisi grid peta 10 x 10 km dan 0,36% untuk klaster pada kisi grid peta5 x 5 km. Skets bentuk dan letak klaster, teknik perpindahan antaratract, serta cara pembuatan dan cara pencapaian antara Petak dan Sub Petak pada klaster tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

D. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan melalui hasil pengukuran di lapangan meliputi :

1.Data koordinat titik ikatan dan pusat klaster

2.Data saksi-saksi kedudukan titik ikatan dan pusat klaster

3.Data dan informasi vegetasi sepanjang garis ikatan

4.Data deskrispi lahan sekitar lokasi klaster

5.Parameter yang diamati/diukur yaitu :

a.Tingkat pohon di TSP : jenis, jumlah, diameter setinggi dada(1,30 m) atau 20 cm di atas banir, tinggi bebas cabang, tinggi banir danpenilaian pohon. Penentuan pohon yang masuk diukur berdasarkan BAF 4

b.Tingkat pohon di PSP : jenis, jumlah, diameter setinggi dada(1,30 m) atau 20 cm di atas banir dan 2,2 m di atas banir (untuk pohon yang berbanir di atas 1,30 m), tinggi bebas cabang, tinggi sampai puncak tajuk, tinggi banir, penilaian pohon, pemetaan pohon (diukur azimut dan jarak dari pusat RU) ditambah data kelas pohon. Kelas tajuk dan posisi tajuk dari sinar matahari) Didata dan diukur secara sensus pada setiap Record Unit (RU).

c.Tingkat poles di TSP maupun PSP : jenis, jumlah, diameter setinggi dada dan kualitas poles, khusus di PSP dipetakan (diukur jarak dan azimuthnya dari pusat RU). Didata pada radius 5 m.

d.Tingkat Sapling di TSP maupun PSP : jenis dan jumlahnya, Didata pada radius 2 m.

e. Tingkat Seedling di TSP maupun PSP : jenis dan jumlahnya, Didata pada radius 1 m.

f.Rotan anakan di TSP maupun PSP : jenis dan jumlahnya, Didata pada radius 5 m.

g.Rotan Dewasa di TSP maupun PSP : jenis dan jumlahnya, , diameter minimum, diameter maximum dan diameter rata-rata serta panjang rata-rata. Didata pada radius 10 m.

h.Bambu di TSP maupun PSP dicatat menurutjenis dan rumpun,. Untuk setiap rumpunnya dihitung jumlah batang, jumlah tonggak yang masih hidup.Hanya bambu yang berukuran minimalpanjang 5 m dan diameter minimal 2,5 cm yang dicatat, didata pada radius 10 m. Khusus di PSP diukur jarak dan azimuthnya (dipetakan) dan pada TSP Sub Plot 1,3,5 dan 7 dilakukan penimbangan bambu contoh.

Untuk data penunjang lainnya (data sekunder) dikumpulkan melalui hasil wawancara maupun pustaka

E.Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dilapangan diolah dengan cara tabulasi, rumus dan perhitungan statistik. Adapun tahapan pengolahansebagai berikut :

a.Menghitung Luas Bidang Dasar Tiang

LBDSV = ¶ / 4 . D² .

Dimana :

LBDS = Luas Bidang Dasar

= 3.14

D= Diameter (m)

b.Menghitung Volume Pohon

V = ¶ / 4 . D² . H . F

Dimana :

LBDS = Luas Bidang Dasar

V= Volume (m³)

D = Diameter (m)

H= Tinggi batang (m)

F = Faktor Bentuk Pohon = 0,7

Jumlah Individu dari suatu jenis

c.Kerapatan(K) =----------------------------------------------

Luas seluruh Petak (Ha)

Kerapatan dari suatu jenis

d.Kerapatan Relatif (%)(KR) =------------------------------------- x100

Kerapatan dari seluruh jenis

Jumlah Petak Ukur ditemukan suatu jenis

e.Frekuensi(F) =-------------------------------------------------------

Jumlah Seluruh Petak Ukur

Frekuensi dari suatu jenis

f.Frekuensi Relatif (%)(FR) =------------------------------------------x100

Frekuensi dari seluruh jenis

Jumlah Luas Bidang Dasar Suatu Jenis

g.Dominasi (D) =-------------------------------------------------------

Luas Seluruh Petak Ukur (Ha)

Dominasi dari suatu jenis

h.Dominasi Relatif (%)(DR) =--------------------------------------------x100

Dominasi dari seluruh jenis

i. Indek Nilai Penting (%) (INP) =KR+FR+DR

Dimana :

Luas seluruh Petak untuk :

-Tingkat Anakan ( Seedling) = 0.005024 Ha (Jari-jari lingkaran Tingkat Anakan = 1m)

-Tingkat Pancang ( Sapling) = 0.020096 Ha (Jari-jari lingkaran Tingkat Anakan = 2m)

-Tingkat Tiang ( Poles) = 0.1256 Ha (Jari-jari lingkaran Tingkat Anakan = 5m)

-Tingkat Pohon ( Trees) = 1 Ha (Seluruh Petak Contoh)

Jumlah Petak Ukur = 16 Record Unit.