Pameran annual dilaksanakan dalam waktu

Merdeka.com - Sabtu (6/11/2021) Museum Sonobudoyo Yogyakarta kembali menggelar pameran tahunan AMEX (Annual Museum Exhibition) yang bertajuk "Upaboga: Ketika Makanan Bercerita".

Pameran yang berlangsung dari tanggal 6 - 30 November 2021 ini, dilaksanakan di gedung Pameran Temporer Museum Sonobudoyo, Jalan Trikora/Pangurakan No.4 Yogyakarta.

Pameran ini sekaligus menjadi penanda ulang tahun Museum Sonobudoyo yang berdiri sejak 6 November 1935. Pameran yang dibiayai menggunakan Dana Keistimewaan (Danais) tersebut memilih tema makanan sebagai wujud apresiasi keberagaman kuliner di Nusantara.

Pameran ini juga diharap bisa melatih masyarakat untuk menggali kekayaan budaya dalam bentuk makanan tradisional. ungkap Kepala Museum Sonobudoyo, Setyawan Sahli dalam acara pembukaan pameran tersebut.

2 dari 3 halaman

Menyuguhkan Garis Waktu Perjalanan Makanan Nusantara

Pameran annual dilaksanakan dalam waktu
©2021 Merdeka.com

Pameran dibuka dengan sajian hidangan pesta pada masyarakat pra aksara beserta alat-alat apa saja yang digunakan untuk menyiapkannya. Kemudian dalam perjalanannya, akan dibawa pada ragam macam rempah dan pengaruh kolonialisasi di penyajian makanan Nusantara.

Garis waktu pameran cerita makanan ini pun nantinya bermuara pada instalasi pangan masyarakat perkotaan, yang kini tergambar dalam kehidupan masyarakat kota Yogyakarta yang mulai melakukan urban farming.

Di mana semakin menyempitnya lahan bercocok tanam untuk menghasilkan pangan, bertani dengan menggunakan pot, maupun hidroponik menjadi pilihan di perkotaan.

Pameran annual dilaksanakan dalam waktu
©2021 Merdeka.com

Melalui narasi kecil dalam pameran ini, kami ingin mengajak dan menggugah kesadaran masyarakat untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga dalam skala mikro lewat kegiatan perkebunan subsisten. tegas Iwan dalam sambutannya.

3 dari 3 halaman

Makanan sebagai Warisan Tak Benda

Pameran annual dilaksanakan dalam waktu
©2021 Merdeka.com

Tema makanan yang diangkat di dalamnya mengandung informasi satu kesatuan antara makanan, masyarakat dan budaya. Latar belakang sosial budaya yang melingkupi semua makanan inilah, yang menjadi salah satu dari konsen budaya tak benda DIY. kata Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dian Lakshmi Pratiwi dalam sambutannya.

Jadi makanan itu hanya media, tetapi makna dan nilai dari makanan itulah yang ingin kita bagikan informasi itu pada masyarakat, sehingga kita bisa lebih menghargai kuliner kita. Lanjutnya usai berkeliling dalam pameran.

Pameran annual dilaksanakan dalam waktu
©2021 Merdeka.com

Dian juga menjelaskan bagaimana sebuah makanan tradisional agar bisa masuk dalam warisan tak benda. Kriteria untuk masuk warisan tak benda yang pertama yakni makanan harus tercatat terlebih dahulu atau memiliki naskah kajian, serta harus memiliki dokumentasi dan foto.

Kuliner juga harus dimiliki lebih dari dua generasi, memiliki komunitas pendukung, dan juga memiliki satu keterikatan dengan kehidupan masyarakatnya.

Kalau sudah ditetapkan jadi warisan budaya tak benda DIY dahulu, kemudian ke nasional, kalau dari situ mewakili nilai penting yang luar biasa bagi dunia, itu bisa maju ke tingkat internasional. pungkas Dian.

Merangkul Sejumlah Komunitas

Pameran annual dilaksanakan dalam waktu
©2021 Merdeka.com

Semarak pameran Upaboga tak terlepas dari kerja sama berbagai pihak. Beberapa komunitas yang terlibat dalam pameran ini yaitu Komunitas Bakudapan, Komunitas Majalah Bumbu serta Museum Tani Indonesia.

Meski kondisi tidak cukup memungkinkan di tengah pandemi untuk sekaligus mengundang banyak kerumunan, namun acara ini tetap akan dilaksanakan sesuai protokol kesehatan, seperti memakai masker, jaga jarak, mencuci tangan, mengukur suhu sebelum masuk, serta mengaplikasikan kembali hand sanitizer yang telah disediakan di berbagai sudut ruang pameran.

Pameran upaboga juga akan menghadirkan beragam agenda pendamping seperti webinar, workshop, dan performance art yang akan diumumkan melalui situs dan sosial media resmi Museum Sonobudoyo.

(mdk/amd)