Show Trikoro dharmo adalah suatu organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman wirjosandjojo. Organisasi ini berasal dari Jong Java (jawa)
Trikoro darmo merupakan organisasi perkumpulan yang berasal dari Pulau Jawa saranailmu.com – diantara banyaknya Organisasi Gerakan Nasional yang tumbuh di Indonesia, salah satu yang dari kalangan pemuda dan wanita adalah Tri Koro Dharmo. Seperti yang dikatakan diatas, maka pada pembahasan ini akan di ulas mengenai sejarah Tri Koro Dharmo, tokoh pendiri tri koro dharmo, sejarah perkembangan tri koro darmo, tujuan dan latar belakang berdirinya tri koro dharmo. Selangkapnya bisa anda simak dibawah ini : Sejarah Organisasi Pemuda dan WanitaTri Koro Dharmo merupakan perkumpulan pemuda pertama kali yang berdiri di indonesia. Lebih tepatnya Organisasi ini lahir pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas gagasan Budi Utomo. di Diprakarsai oleh dr. Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Secara mufakat mereka memutuskan untuk mendirikan organisasi kepemudaan yang mana setiap anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura. Organisai atau perkumpulan ini di namakan Tri Koro Dharmo yang memiliki arti tiga tujuan mulia (sakti, budhi, bakti). Melihat dari perkembangannya, Tri Koro Dharmo membuka cabang di Kota Surabaya. Demi untuk mengefektifkan perjuangan, maka di terbitkanlah sebuah majalah yang juga bernama Tri Koro Dharmo. Tujuan Tri Koro DharmoAda beberapa tujuan dengan lahirnya Tri Koro Dharmo secara fakta dalam anggaran dasarnya, diantaranya adalah :
Asas Tri Koro DharmoTri Koro Dharmo mempunyai beberapa asas diantaranya adalah :
Organisasi Pemuda LainnyaBanyak lahir Organisasi kepemudaan lainnya yang bersifat kedaerahan di antaranya seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten Bond, kepanduan, dll. Bangkitnya Organisasi WanitaDengan banyaknya lahir gerakan para pemuda, maka kaum wanita pun tidak mau ketinggalan. Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini. Putri Mardika Organisasi wanita lainnya yang lahir sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi Utomo. Dengan terbentuknya perkumpulan ini adalah bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak perempuan dengan cara memberikan penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang merdeka, dan melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas. Keutamaan Istri Lalu, adapula Perkumpulan dengan nama Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, dan pada tahun tahun 1916 membuka cabang di Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug tahun 1918. Beberapa tokoh utama di organisasi ini adalah Raden Dewi Sartika, seorang pengajar Kautamaan Istri di tanah Pasundan. Sopa Tresna (Aisyah) Di Yogyakarta pada tahun 1912 lahirlah perkumpulan wanita yang berasaskan Islam dengan nama Sopa Tresna, dan di tahun 1914 menjadi bagian wanita dari Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Wanito Utomo Di Yogyakarta terbentuklah perkumpulan wanita selain Aisyah yakni Wanito Utomo, yang mana mulai mengikutsertakan wanita ke dalam kegiatan dasar pekerjaan ke arah emansipasi. Tokoh Organisasi Wanita Tidak hanya R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih adapula seorang tokoh wanita yakni Ibu Maria Walanda Maramis dari Minahasa. PIKAT Beliau kemudian mendirikan organisasi dengan nama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT), lebih tepatnya pada tahun 1917. Kegiatan yang di lakukan PIKAT ini adalah mendirikan Sekolah Kepandaian Putri. Melihat dari sejarah perkembangannya, berbagai perkumpulan wanita itu melaksanakan kongres yang dikenal dengan “Kongres Perempuan Indonesia”. Hanya itu saja yang dapat saya jelaskan mengenai Pengertian Sejarah, Tujuan dan Tokoh Tri Koro Dharmo. Semoga dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita tentang sejarah organisasi di Indonesia. Baca Juga : Jong Java adalah suatu organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA pada tanggal 7 Maret 1915 dengan nama awal Tri Koro Dharmo (TKD) (bahasa Indonesia: "Tiga Tujuan Mulia"). Perkumpulan pemuda ini didirikannya karena banyak pemuda yang menganggap bahwa Boedi Oetomo dianggap sebagai organisasi elit.[1] Pada saat didirikan, ketuanya adalah Dr. Satiman Wirjosandjojo, dengan wakil ketua Wongsonegoro, sekretaris Sutomo dan anggotanya Muslich, Mosodo dan Abdul Rahman.[2] Tri Koro Dharmo bertujuan untuk mempersatukan para pelajar pribumi, menyuburkan minat pada kesenian dan bahasa nasional serta memajukan pengetahuan umum untuk anggotanya. Hal ini dilakukan antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pertemuan dan kursus, mendirikan lembaga yang memberi beasiswa, menyelenggarakan berbagai pertunjukan kesenian, serta menerbitkan majalah Tri Koro Dharmo. TKD berubah menjadi Jong Java pada 12 Juni 1918 dalam kongres I-nya yang diadakan di Solo,[2] yang dimaksudkan untuk bisa merangkul para pemuda dari Sunda, Madura dan Bali. Bahkan tiga tahun kemudian atau pada tahun 1921 terbersit ide untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, tetapi upaya ini tidak berhasil.[3] Oleh karena jumlah murid-murid Jawa merupakan anggota terbanyak, maka perkumpulan ini tetap bersifat Jawa dan terlihat dalam kongres II yang diadakan di Yogyakarta pada tahun 1919 yang dihadiri oleh sedikit anggota yang tidak berbahasa Jawa. Namun dalam kongres ini dibicarakan beberapa hal besar antara lain:
Pada pertengahan tahun 1920 diadakan kongres III di Solo, Jawa Tengah dan pada pertengahan tahun 1921 diadakan kongres ke-IV di Bandung, Jawa Barat. Dalam kedua kongres tersebut, bertujuan untuk membangunkan cita-cita Jawa Raya. dan mengembangkan rasa persatuan di antara suku-suku bangsa di Indonesia.[3] 1921 - 1929Dalam semua kongres yang pernah diadakan, perkumpulan ini tidak akan ikut serta dalam aksi politik, di mana hal ini ditegaskan dalam kongresnya yang ke-V, pada tahun 1922 di Solo, Jawa Tengah, bahwa perkumpulan ini tidak akan mencampuri politik ataupun aksi politik.[3] Namun pada kenyataannya perkumpulan ini mendapatkan pengaruh politik yang cukup kuat yang datang dari Serikat Islam (SI) di bawah pimpinan Haji Agus Salim. Dalam kongresnya pada tahun 1924, pengaruh SI semangkin terasa sehingga mengakibatkan beberapa tokoh yang berpegang teguh pada asas agama Islam akhirnya keluar dari perkumpulan ini dan membentuk Jong Islamieten Bond (JIB).[3] Pada tahun 1925 wawasan organisasi ini kian meluas, menyerap gagasan persatuan Indonesia dan pencapaian Indonesia merdeka. Pada tahun 1928, organisasi ini siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran Jong Java, semata-mata demi tanah air.[4] Oleh karena itu, maka terhitung sejak tanggal 27 Desember 1929, Jong Java pun bergabung dengan Indonesia Moeda[4]
Page 27 Maret adalah hari ke-66 (hari ke-67 dalam tahun kabisat) dalam kalender Gregorian.
6 Maret - 7 Maret - 8 Maret
|