Orang yang membunuh khalifah umar bin khattab adalah

Pasca kekalahan telak Persia di hadapan kaum muslimin, tidak ada pilihan lain bagi orang-orang Persia kecuali menyerah dan masuk Islam. Namun ternyata tidak banyak dari mereka yang bagus keislamannya. Sebagian besar masuk Islam karena terpaksa, bahkan sebagian dari mereka masuk Islam dengan rencana membuat makar dan menusuk Islam dari dalam.


Pembunuhan Umar bin Khattab 

Radhiyallahu ‘Anhu

1

Orang-orang Persia begitu paham, bahwa tokoh utama di balik kehancuran kerajaan mereka adalah Amirul Mu’minin Umar bin Khattab 

Radhiyallahu ‘anhu

. Mereka pun -bekerjasama dengan orang Romawi dan Yahudi- berencana untuk membunuh Amirul Mu’minin Umar bin Khattab 

Radhiyallahu ‘anhu


.

Untuk melancarkan rencananya, orang-orang Persia selalu berusaha untuk bisa tinggal di kota Madinah, tempat keberadaan Khalifah Umar bin Khattab 

Radhiyallahu ‘anhu


. Awalnya Khalifah selalu menolak karena tidak suka dengan keberadaan orang Persia dan Romawi yang tinggal di Madinah. Namun mereka selalu mencari cara dan berusaha keras untuk bisa tinggal di Madinah, hingga akhirnya ada sebagian dari orang-orang Persia dan Romawi yang di izinkan untuk bisa tinggal di Madinah.

Diantara mereka yang diizinkan tinggal di Madinah adalah Hurmuzan salah satu mantan komandan perang Persia yang terkenal. Juga Fairuz atau yang lebih dikenal dengan julukan Abu Lu’luah Al Majusi. Abu Lu’luah pada asalnya merupakan salah satu tawanan perang kaum muslimin yang dijadikan budak oleh Mughiroh bin Syu’bah 

Radhiyallahu ‘anhu

. Dikarenakan kemahirannya dalam berbagai bidang, Mughiroh bin Syu’bah 

Radhiyallahu ‘anhu

 meminta izin kepada Khalifah Umar bin Khattab 

Radhiyallahu ‘anhu


untuk mengizinkannya supaya dia bisa tinggal di Madinah. Tentu dengan harapan kaum muslimin mendapatkan banyak manfaat dari kemahirannya. Karena alasan ini maka Khalifah pun memberikan Izin kepadanya untuk tinggal di Madinah. Namun ternyata, justru Abu Lulu’ah inilah yang nantinya menjadi tokoh utama pembunuhan Khalifah.

Setelah mereka di izinkan untuk tinggal di Madinah, mereka pun tinggal menunggu waktu untuk menjalankan rencana mereka, membunuh Khalifah Umar bin Khattab 

Radhiyallahu ‘anhu


. Hingga pada tahun 23 Hijriyah, pada saat sholat subuh terjadilah pembunuhan Khalifah oleh Abu Lu’lu’ah Al Majusi.

Ketika itu baru saja Khalifah Umar bin Khattab bertakbir, hingga tiba tiba Abu Lu’lu’ah menusukkan belati bermata dua ke tubuh beliau. Kemudian tidak cukup disitu, dia pun menyerang para sahabat yang lain dengan belati tersebut hingga tertusuk tiga belas sahabat dan meninggal tujuh diantaranya. Ketika para sahabat akhirnya berhasil menangkapnya, Abu Lu’luah pun menusukan belati tersebut ke tubuhnya sendiri, dan dia pun mati bunuh diri.

Adapun Khalifah Umar bin Khattab 

Radhiyallahu ‘anhu

, ketika tertusuk langsung mengambil tangan Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘Anhu untuk menggantikan beliau menjadi imam sholat. dan setelah sholat diselesaikan dengan ringan, Khalifah pun meminta kepada Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhum untuk melihat siapa yang telah membunuhnya. Setelah ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma melihatnya, beliaupun segera kembali dan mengabarkan kepada Khalifah bahwa yang membunuhnya adalah Abu Lu’luah al Majusi. Khalifah Umar pun berkata, “

Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan seorang yang sujud kepada Allah


”.

Kemudian Khalifah Umar 

Radhiyallahu ‘anhu

 di bawa ke rumah dan diberi minum. Namun ternyata, setiap kali air diminum langsung keluar lagi melalui luka tusukannya. Maka beliau pun mengetahui bahwa ajal beliau sudah dekat. orang-orang pun mendatangi beliau dan memberikan pujian yang baik kepada beliau. Adapun beliau setelah mengetahui ajalnya sudah semakin dekat, meminta kepada para sahabat untuk dihitung hutang hutangnya dan segera dilunasi. Beliaupun juga meminta izin kepada Ummul Mu’minin Aisyah Radhiyallahu ‘Anha untuk diperbolehkan dikuburkan di samping kuburan Rosulullah

 Shallalllahu Alaihi Wasallam

 dan Abu Bakar 

Radhiyallahu ‘anhu


, maka beliaupun di izinkan.

Selain Abu Lu’luah, para sahabat pun mengetahui siapa saja dalang pembunuh khaliafah. Yaitu melalui kesaksian seorang sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar 

Radhiyallahu ‘anhu


. Pagi hari sebelum pembunuhan Khalifah, Abdurrahman melihat Abu Lu’lu’ah, Hurmuzan, dan Jafinah seorang Nashroni sedang berunding dengan berbisik bisik. Yang ketika mereka tiba tiba melihat Abdurrahman terjatuh dari mereka belati yang memiliki dua mata. Maka setelah apa yang terjadi dengan Khalifah, para sahabat pun menindak mereka semua.

Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu dan Abu Lu’luah Al Majusi di mata Syiah

Setelah meninggalnya Umar bin Khattab 

Radhiyallahu ‘anhu

, ternyata orang-orang syiah majusi belum juga berhenti memerangi beliau. Hingga saat ini kita masih saja menyaksikan kebiasaan mereka mencela dan menghina Umar bin Khattab 

Radhiyallahu ‘anhu


.

Bahkan kalau kita membaca kitab-kitab mereka, kita akan menemukan banyak sekali hujatan kepada dan pengkafiran kepada para sahabat nabi secara umum dan khusunya kepada Abu Bakar dan Umar bin Khattab 

Radhiyallahu ‘anhum ajma’in

. Sebagai contoh, disebutkan dalam 

Roudhotul Kafi

2

, “Dua orang tersebut (yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab 

Rodhiyallahu ‘anhuma

) meninggalkan dunia dan belum bertaubat serta tidak mengingat apa yang telah mereka lakukan terhadap Amirul Mu’minin (Ali Bin Abi Thalib) –(yaitu berupa merampas kekuasaan menurut mereka), maka bagi mereka berdua laknat Allah, malaikat, dan semua orang”

3

Disisi lain, kita justru menyaksikan bagaimana mereka bagitu bersimpati kepada pembunuh Khalifah Umar bin Khattab, yaitu Abu Lu’luah. Bahkan mereka memberikan gelar kepadanya sebagai As Syahid (seorang yang mati syahid) dan Baba Syuja’ud Din (tokoh pemberani). Merekapun menjadikan kuburannya -yang bertempat di kota Kasyan negara Iran- sebagai tempat ibadah yang dikeramatkan.

4

Fakta bahwa orang-orang syiah begitu membenci Amirul Mu’minin Umar bin Khattab 

Radhiyallahu ‘anhu


dan justru membela Abu Lu’luah seorang majusi menambah keyakinan kita bahwa Syiah bukan bagian dari agama Islam. Namun merupakan sempalan dari agama majusi yang menyusup dalam tubuh umat islam.

Oleh aminuddin
Jurnalis

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh ..

Kita bertemu lagi sahabat semuanya ..

Tulisan kita kali ini melanjutkan tulisan sebelumnya yang dimuat di media online SatuJalan.com berjudul ‘Meneladani Akhlak Umar bin Khattab ra” di edisi 13/3/2021.

Kali ini membahas siapa Abu Lukluk (Lu’lu’ah) sebenarnya?

Prajurit Sasania
Pīrūz Nahavandi (bahasa Persia: پیروز نهاوندی) atau yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai ‘Abu-Lū’lū’ah al-Majusi (bahasa Arab: أبو لؤلؤة المجوسي‎) atau Abu Lukluk.

Dia adalah seorang prajurit Sasania yang bertugas di bawah komandan Rustum Farrokhzad, tetapi berhasil ditangkap dalam Pertempuran Qadisiyyah pada tahun 636 M ketika Sasania dikalahkan oleh tentara Muslim Khalifah Umar bin Khattab di tepi barat Sungai Efrat.

Prof Hamka (Buya Hamka) dalam bukunya yang berjudul Sejarah Umat Islam, menuliskan bahwa pada suatu hari Umar bin Khattab berjalan-jalan di pasar.

Tiba-tiba dia bertemu dengan Abu Lukluk (Fairuz), budak Al-Mughirah bin Syubáh asal Persia yang kelak membunuh Umar.
Abu Lu’luah berkata, “Ya Amirul Mukminin, tolonglah selesaikan urusan saya dengan Al-Mughirah bin Syub’ah, karena banyak benar upahku yang masih di tangannya.”

“Berapakah upah itu?” tanya Umar.
“Dua dirham setiap hari,” jawab Abu Lukluk.

“Apakah pekerjaan yang engkau buat untuk dia?” tanya Umar.

“Tukang kayu, tukang ukir, dan tukang besi,” kata Abu Lukluk.
Umar bin Khattab berkata, “Menurutku sudah banyak upah yang engkau terima itu.”

“Benar,” kata Abu Lukluk.
Umar berkata, “Saya mendengar kabar, bahwa engkau pun sanggup membuat tepung yang ditumbuk dengan angin saja?”

Abu Lukluk menjawab, “Benar, saya bisa.”
“Kalau begitu buatkanlah saya tepung yang semacam itu,” kata Umar.

Abu Lukluk menjawab, “Akan saya buatkan tuan tepung yang paling bagus, yang kelak akan mahsyur buatannya dari Masyriq sampai ke Maghrib.”

Setelah berkata itu, dia pun pergi.
Dalam buku Sang Legenda Umar bin Khattab yang ditulis oleh Yahya bin Yazid Al Hukmi Al Faifi disebutkan, beberapa hari kemudian, setelah pertemuan Umar dan Abu Lukluk, terjadi peristiwa terbunuhnya Umar bin Khattab di waktu fajar, pada 26 Dzulhijjah 23 H.

Dan, pembunuhnya adalah Abu Lukluk.

Salah seorang saksi pembunuhan itu, Umar bin Maimun berkata, “Pada pagi hari sebelum terbunuhnya Umar, saya berdiri dekat sekali dengannya.

Antara saya dan dia hanya ada Abdullah bin Abbas.

Kebiasannya, sebelum shalat dia mengecek jamaah terlebih dahulu.

Dia berjalan di sela-sela shaf dan selalu berkata, “Luruskan shaf!”

Setelah melihat barisan telah rapat dan lurus, beliau maju dan mulai bertakbir.

Pada waktu itu mungkin beliau sedang membaca surat Yusuf atau An Nahl, ataupun surat lainnya pada rakaat pertama, hingga seluruh jamaah hadir berkumpul.”

Umar bin Khattab bertakbir.

Tiba-tiba Umar bin Maimun mendengar beliau menjerit, “Anjing-membunuhku! sewaktu ditikam.”

Ternyata beliau ditikam oleh seorang Abu Lukluk.

Kemudian budak itu lari dengan membawa pisau belati bermata dua.

Dia berusaha melewati shaf-shaf shalat dan jamaah di shaf-shaf itu terkena tikaman belatinya, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kirinya.

Subuh berdarah itu, menelan 13 korban.

Tujuh orang di antaranya meninggal dunia, termasuk Umar bin Khattab.

Baca Juga  Rasulullah Sangat Lemah Lembut dalam Berdakwah

Salah seorang dari kaum mukminin yang melihat peristiwa itu langsung melemparkan burnus (baju berpenutup kepala) untuk menyergap dan menangkapnya.

Kala itu, sepertinya Abu Lukluk yakin bahwa dia pasti tertangkap.

Dan tidak mendapatkan jalan keluar.

Maka, dia langsung bunuh diri.

Penyembah Api Lalu bagaimana mungkin seorang beragama Majusi penyembah api bisa berada di Kota Madinah?

Bukankah kota Madinah adalah kota suci yang diharamkan bagi siapapun kecuali kaum Muslimin?.

Semua ini berawal dari perintah Khalifah Umar bin Khatab kepada sahabat mulia Sa’ad bin Abi Waqas, untuk menaklukkan Persia.

Pada tahun 16 H, 10 pasukan Persia yang dipimpin Rustum dan Hurmuzan dapat dihancurkan sekitar lebih dari 40.000 pasukan muslimin.

Jendral Persia, Rustum, Tewas.
Sementara Hurmuzan berhasil meloloskan diri.

Hurmuzan: “Kekalahan seperti ini tidak pernah dialami Persia sebelumnya” Sa’ad bin Abi Waqas: “Kabar gembira, wahai Amirul Mukminin, Allah telah membuat kalah musuh Muslimin. Pasukan kita berhasil mengalahkan pasuka Persia.”

Kemenangan ini benar-benar membahagiakan Khalifah Umar bin Khatab ra di Madinah.

Sementara pasukan muslimin pimpinan Sa’ad bin Abi Waqash tetap bertahan di Iraq menunggu perintah Khalifah Umar bin Khatab.

Saat itulah, salah satu pemimpin pasukan Persia, Hurmuzan, yang berhasil meloloskan diri dari perang Qodisiyah tidak terima dengan kekalahan Persia.

Maka ia pun mulai menggalang pasukan khusus untuk aksi balas dendam.
Hurmuzan: “Kita akan membentuk pasukan rahasia” Abu Lukluk: “Aku siap menjadi relawan”. Seorang diantaranya yang siap menjadi relawan pasukan khusus Persia adalah Abu Lukluk.

Seorang pandai besi Persia yang mahir dan memiliki banyak keahlian kerajinan tangan. Sebenarnya Abu Lukluk bukan orang dari kalangan biasa.

Abu Lukluk pernah menjadi tahanan Romawi ketika perang Persia dan Romawi meletus, hingga ia menjadi seorang pandai besi yang handal, karena keadaan yang memaksa.

Kini kekalahan persia di tangan kaum Muslimin benar-benar membuat Abu Lukluk terkesima. Dendam mulai menggelayuti dirinya. Maka wajar bila Abu Lukluk menyambut seruan aksi balas dendam kepada Muslimin karena faktor Ras Persia. Mana mungkin negeri Persia yang telah malang melintang menguasai dunia dan menebarkan peradaban di dunia bisa di hancurkan oleh sebuah kaum dari padang pasir? Hurmuzan: “Alangkah menyedihkannya Persia… hampir saja aku tidak percaya. Setelah Persia mengalami kebesarannya, tiba-tiba saja datang orang Arab. Padahal sebelumnya kita meremehkan mereka. Ternyata sekarang mereka mampu mengalahkan kejayaan Persia.” Abu Lukluk: “Kok bisa?” Hurmuzan: “Itu karena Islam yang mereka anut.” Apalagi belakangan ia tahu, bahwa pemimpin Muslimin yang membuat bangsa Persia takluk adalah Umar bin Khatab. Hurmuzan: “Dia punya pribadi kuat. namanya Umar bin Khattab.” Abu Lukluk: “Umar Bin Khattab. Jadi dia pemimpin yang menggulingkan tahta Persia.” Hurmuzan: “Benar” Abu Lukluk: “Umar bin Khattab. Tidak akan aku lupakan nama ini…” Abu Lukluk pun beraksi bersama sekelompok pasukan khusus menyerang markas pasukan muslimin di Iraq. Sejumlah Muslimin terbunuh, namun aksi mereka berhasil dihentikan. Kelompok ini pun ditangkap dan di tawan pasukan Muslimin. Termasuk Abu Lukluk. Abu Lukluk: “Pemimpin Muslimin, Umar bin Khattab, dia penyebab semua musibah ini. Bagaimana cara agar aku bisa membalasmu, wahai Umar. Kau telah menghancurkan hatiku, wahai Umar”. Muslimin: “Kenapa Hurmuzan tidak ada? Dia melarikan diri. Nanti pasti kita bisa menangkapnya.” Nasib Abu Lukluk kemudian diserahkan kepada Al-Mughirah. Muslimin: “Keahlian apa yang kau miliki?” Abu Lukluk: “Memahat. Membuat saluran air. Membuat gilingan gandum”. Muslimin: “Profesi yang bisa dimanfaatkan. Dia aku serahkan kepadamu, wahai Mughirah.” Beragam keahlian yang dimiliki Abu Lukluk menarik minat Al-Mughirah sang majikan. Namun untuk dibawa ke Madinah tentu tidak di perbolehkan. Karena tanah suci Madinah tidak boleh dimasuki selain kaum Muslimin. Sementara Abu Lukluk memilih tetap pada agama nenek moyangnya yaitu agama Majusi. Al Mughirah: “Kenapakau tidak masuk Islam saja?” Abu Lukluk: “Tidak mau! Aku tetap pada agamaku.” Al Mughirah: “Islam itu agama yang haq. Tidak kah kau menyadari semua yang menentangnya kalah?” Abu Lukluk: “Aku tidak akan pindah agama sekalipun dibunuh!.” Al Mughirah: “Baiklah. Memang tidak ada paksaan dalam beragama. Sudahlah, yang penting aku akan minta izin ke Khalifah agar kau dan kawan seprofesimu bisa masuk dan tinggal di Madinah. Agar bermanfaat bagi orang Muslim”. Maka Al-Mughirah pun meminta izin pada Khalifah Umar bin Khattab agar Abu Lukluk dan kawan-kawan seprofesinya diperbolehkan tinggal di Madinah. Dengan alasan keahlian mereka bisa dimanfaatkan kaum muslimin. Masuk kota Madinah Al-Munawaroh, Abu Lukluk tertegun. Seolah tidak percaya, Kota Madinah yang menjadi pusat Khalifah Muslimin dan berhasil menaklukkan kekuasaan raja di raja Persia, ternyata sangat sederhana. Abu Lukluk: “Beginikah kotanya pemimpin Muslimin yang menggulingkan Persia? ini seperti desa paling terbelakang milik Persia.” Maka sejak itu Abu Lukluk bersama kawan-kawan seprofesinya tinggal di Madinah menjadi pengrajin. Dan inilah yang justru mendekatkan Abu Lukluk pada terbukanya pintu balas dendam pada pemimpin kaum Muslimin, Umar bin Khattab. Penyakit Hati

Penyebab Besar Abu Lukluk membunuh Khalifah Adil Umar bin Khattab RA adalah dendam. Dendam ini sifatnya ada dendam pribadi, misalnya ada kepentingan pribadi yang tidak tersampaikan dan tidak disetujui. Yang kedua adalah dendam agama.

Baca Juga  Seorang Panglima Gagah Berani Rasulullah SAW

Dendam ini adalah penyakit yang sangat besar dalam hati seseorang. Yang ia bisa berujung pada perbuatan menghilangkan nyawa orang, merusak barang kekayaan orang, atau mengambilnya dan segala macamnya.

Karena itu masalah hasad, masalah dengki dan dendam, itu merupakan salah satu bagian dari penyakit hati yang harus dihilangkan dari hati orang yang beriman.

Rasulullah SAW bersabda: ‘Jauhilah oleh kalian dendam, karena dendam itu memakan kebaikan-kebaikan kita. Sebagaimana api memakan kayu bakar’.

Karena Rasulullah SAW mengajari kita untuk memaafkan, berapa banyak perilaku orang-orang yang sangat tidak sopan kepada Nabi, sangat kasar kepada Rasul.

Bahkan Nabi terancam nyawanya, tapi beliau memaafkan mereka. Tidak me nyimpan kebencian di hati dan tidak menyimpan dendam di dalam dirinya.

Dendam itu membakar setiap kebaikan yang ada. Bayangkan, semua kebaikan kita habis hanya oleh dendam yang ada di dalam diri kita.

Sumber literasi :

1. Republika.co.id

2. Bersama Dakwah

3. Ponpes Darun Najah Bogor

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA