Menurut dr. PurnamaWATI S. Pujiarto, Sp.AK, MMPed, napas bayi yang berbunyi saat tidur bukanlah kondisi berbahaya dan biasanya disebabkan alergi. Alergi adalah kondisi saat sistem imun tubuh bereaksi terhadap hal tidak berbahaya (debu, serbuk bunga, atau makanan).
Alergi bisa mengenai berbagai bagian tubuh, seperti saluran napas atas (hidung pilek, bersin), mata (mata merah, berair, dan gatal), dan kulit (eksim, biduran). Jika alergi mengenai saluran napas bawah, terjadi penyempitan saluran napas alias asma.
Udara dingin bisa menyebabkan iritasi dan pembengkakan di saluran napas; terlebih jika udaranya kering seperti udara di ruangan ber-AC. Asap tembakau dan polusi juga jadi faktor pencetus.
Penanganan utamanya adalah:
- Kenali pencetus dan sedapat mungkin hindarilah.
- Berikan ASI dan hanya ASI selama enam bulan pertama (ASI dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun atau lebih). Kalau Anda memberi susu formula sejak dini, Anda justru memperkenalkan protein asing (protein non manusia) pada anak dan hal ini akan merangsang sistem imun anak, sehingga terjadi reaksi alergi.
- Bijaklah menggunakan antibiotika. Penelitian membuktikan, pemberian antibiotika sejak usia dini bisa melipatgandakan risiko alergi dan asma ketika anak berusia enam tahun.
- Pantau kondisi anak. Selama anak tidak sesak (frekuensi napas lebih dari 40 kali per menit), jangan cemas. Lebih seringlah Anda memberi minuman, serta biarkan ia menghirup uap panas (agar lendir tidak mengental). Bila perlu, berikan larutan garam fisiologis steril sebagai tetes hitung. Dan, jangan ada yang merokok di dekat anak, ya.
Baca juga: Kenapa Bayi Perlu Suasana Tenang
“Tak jarang terjadi kematian mendadak atau SIDS pada bayi yang berusia kurang dari satu tahun. Sebenarnya, kondisi ini terjadi karena bayi lemas. Sayangnya, tidak banyak orangtua yang mengetahui bahwa bayi mengalami SIDS saat tidur satu ranjang dengan orangtuanya.”
Halodoc, Jakarta - Ada yang berpendapat bahwa kematian bayi karena tidur di samping orangtuanya belum bisa dibuktikan kebenarannya. Pasalnya, ada perbedaan yang bisa dikatakan signifikan antara aktivitas otak pada bayi yang mengalami SIDS dengan bayi yang meninggal karena lemas.
Baca juga: Tidak Perlu Bantal, Ini Alasan Newborn tetap Nyaman
Perlu diketahui bahwa di Amerika Serikat, tingkat kematian bayi secara mendadak ternyata banyak terjadi di tempat tidur. Tingkat kematian bayi yang berusia di bawah 1 tahun mengalami peningkatan dari 12,4 menjadi 28,3 kematian untuk setiap 1000 bayi di negara tersebut. Hal ini terjadi karena masih banyak orangtua yang meletakkan berbagai benda, seperti boneka di tempat tidur bayinya.
Padahal, rekomendasi tempat tidur yang aman adalah tanpa boneka, selimut lembut, bantal guling, dan barang lainnya. Barang-barang tersebut dianggap dapat menyebabkan bayi kehabisan napas.
Baca juga: 4 Faktor yang Meningkatkan Potensi Sindrom Kematian Bayi
Mungkin selama ini orangtua tidak diingatkan tentang bahaya meletakan boneka di tempat tidur, berbagi tempat tidur, dan meletakkan bayi di permukaan miring seperti di sofa. Sebagian dari kematian bayi yang diakibatkan oleh SIDS kemungkinan disebabkan oleh sesak napas atau overlay.
Lebih Baik Cegah SIDS
Kematian bayi karena kelalaian orangtua ataupun SIDS merupakan penyesalan yang menyakitkan. Oleh karena itu, orangtua perlu menyadari betapa pentingnya menghindari bayi meninggal karena SIDS. Berikut ini cara pencegahan yang dapat dilakukan:
- Letakan bayi pada posisi telentang saat tidur. Posisi ini tidak akan menghalangi jalan napas bayi, sehingga bayi tidak mengalami gangguan pernapasan saat tidur. Pilihlah posisi telentang dibandingkan posisi telungkup kapan saja saat bayi tidur.
- Hindari meletakkan berbagai macam benda di atas tempat tidur bayi. Jauhkan bayi dari bantal, selimut, boneka, mainan, atau hal lainnya saat bayi tidur. Benda-benda ini dapat menghalangi mulut dan hidung bayi sebagai jalan napas, sehingga bayi dapat mengalami sesak napas saat tidur.
- Apabila memungkinkan, sebaiknya bayi tidur sendiri di tempat tidurnya yang dekat dengan ibu. Ketika bayi tidur di kasur yang sama dengan orangtuanya, ini dapat membatasi ruang gerak bayi dan mungkin dapat mengganggu pernapasan bayi.
- Beri ASI pada bayi selama yang ibu bisa. Menyusui bayi terbukti dapat menurunkan risiko SIDS pada bayi sebesar 50 persen. Beberapa ahli percaya bahwa ASI dapat melindungi bayi dari infeksi yang dapat meningkatkan risiko SIDS.
- Jaga bayi agar tidak kepanasan. Kepanasan dapat meningkatkan risiko bayi mengalami SIDS. Sebaiknya, selalu jaga suhu kamar bayi, hindari pemakaian pakaian yang terlalu tebal dan selimut, serta pakaikan pakaian tidur yang nyaman saat bayi tidur.
- Jangan berikan madu pada bayi di bawah usia 1 tahun. Madu dapat menyebabkan bayi mengidap botulisme. Botulisme dan bakteri penyebab botulisme dapat dihubungkan dengan kejadian SIDS pada bayi.
Baca juga: Tips Memilih Tempat Tidur untuk Bayi
Untuk mengetahui informasi lebih banyak mengenai SIDS ibu juga bisa bertanya langsung dengan dokter ahli melalui aplikasi Halodoc. Cukup download aplikasi Halodoc untuk bisa terhubung langsung dengan dokter setiap saat.