Musik dangdut merupakan perpaduan musik melayu Arab dan India merupakan salah satu contoh dari akulturasi apakah benar?

Tyas Wening Kamis, 5 November 2020 | 16:35 WIB

Musik dangdut merupakan perpaduan musik melayu Arab dan India merupakan salah satu contoh dari akulturasi apakah benar?

Wayang merupakan salah satu bentuk akulturasi (Creative Commons/Tri Sulis Tiyani)

Bobo.id - Berkaitan dengan budaya, ada istilah akulturasi dan asimilasi. Siapa yang sudah pernah mengdengar mengenai dua istilah ini?

Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga terdiri dari berbagai suku yang tinggal di pulau-pulau yang berbeda.

Hal ini membuat budaya di Indonesia sangat beragam, teman-teman.

Ada tarian, lagu daerah, bahasa, baju adat, rumah adat, berbagai upacara, dan makanan yang menjadi ciri khas atau budaya masing-masing daerah.

Nah, dari keberagaman budaya ini, ada yang disebut dengan akulturasi dan asimilasi.

Baca Juga: Inilah Keistimewaan Perahu Kora-Kora Bagi Masyarakat Maluku

Apakah teman-teman tahu apa yang dimaksud akulturasi dan asimilasi, serta hubungannya dengan kebudayaan?

Kita cari tahu mengenai akulturasi dan asimilasi, yuk!


Page 2


Page 3

Musik dangdut merupakan perpaduan musik melayu Arab dan India merupakan salah satu contoh dari akulturasi apakah benar?

Creative Commons/Tri Sulis Tiyani

Wayang merupakan salah satu bentuk akulturasi

Bobo.id - Berkaitan dengan budaya, ada istilah akulturasi dan asimilasi. Siapa yang sudah pernah mengdengar mengenai dua istilah ini?

Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga terdiri dari berbagai suku yang tinggal di pulau-pulau yang berbeda.

Hal ini membuat budaya di Indonesia sangat beragam, teman-teman.

Ada tarian, lagu daerah, bahasa, baju adat, rumah adat, berbagai upacara, dan makanan yang menjadi ciri khas atau budaya masing-masing daerah.

Nah, dari keberagaman budaya ini, ada yang disebut dengan akulturasi dan asimilasi.

Baca Juga: Inilah Keistimewaan Perahu Kora-Kora Bagi Masyarakat Maluku

Apakah teman-teman tahu apa yang dimaksud akulturasi dan asimilasi, serta hubungannya dengan kebudayaan?

Kita cari tahu mengenai akulturasi dan asimilasi, yuk!

tirto.id - Asimilasi adalah proses adaptasi dua kebudayaan yang melahirkan budaya baru, sedangkan akulturasi adalah proses adaptasi dengan tetap mempertahankan kebudayaan lama.

Persinggungan dari berbagai perbedaan yang ada menjadikan suatu ketertarikan untuk bisa melakukan proses adaptasi ke dalam berbagai bentuk kebudayaan. Hal tersebut didasarkan oleh kemajuan zaman dan juga kebutuhan dari masing-masing kelompok untuk bisa bertahan dan juga dapat terus berkembang.

Perbedaan Akulturasi dan Asimilasi

Proses akulturasi dan asimilasi merupakan suatu cara untuk tiap kelompok dapat mengembangkan dan juga mempertahankan kebudayaannya. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan pengembangan maupun pembaruan sistem dengan kelompok sosial lain.

Proses ini menurut Dr. Trina Harlow juga dianggap sebagai cara untuk mempertahankan budaya sendiri sekaligus belajar memahami keberadaan budaya lain. Namun, dari kedua proses tersebut terdapat berbagai perbedaan antara akulturasi dan asimilasi.

Akulturasi

Menurut sosiolog Gillin dan Raimy akulturasi adalah proses budaya dalam suatu masyarakat yang dimodifikasi dengan budaya lain. Terjadinya proses ini diakibatkan dari aktivitas kontak sosial dengan budaya lain yang berdampak pada munculnya proses akulturasi.

Secara lebih luas, akulturasi adalah proses adaptasi kebudayaan dengan tetap mempertahankan kebudayaan lama. Sehingga proses ini tidak berjalan secara tunggal, melainkan terjadi secara dinamis.

Baca juga: Contoh Asimilasi dan Akulturasi di Indonesia Beserta Penjelasannya

Sedangkan sosiolog Dr. Trina Harlow mencontohkan proses akulturasi seperti sebuah mangkuk salad. Ibaratnya di dalam mangkuk itu berisikan berbagai jenis bahan makanan yang masing-masing tetap independen tetapi bercampur dan meningkatkan posisi satu sama lain.

Terkait dengan prosesnya, terdapat berbagai perdebatan teori apakah proses ini dilakukan oleh individu ataupun kelompok. Menurut Devereux dan Loeb, akulturasi merupakan proses kelompok tanpa mengacu pada peran individu. Hal tersebut karena kelompok dijadikan sebagai kepentingan konstituen dalam suatu budaya.

Sedangkan menurut Dohrewen dan Smith mengatakan bahwa meskipun kelompok sebagai elemen penting dalam akulturasi, tetapi memiliki pengaruh terhadap peluang akulturasi individu.

Keseluruhan perdebatan tersebut ditegaskan kembali oleh Gillin dan Raimy, dan Eaton bahwa pada akhirnya akulturasi dapat terjadi pada keduanya, baik individu maupun kelompok.

Dalam analisis tingkat kelompok, akulturasi mungkin menunjukkan perubahan orientasi nilai dan juga adopsi nilai-nilai kelompok lain. Akan tetapi hal tersebut bukanlah kondisi utama yang diperlukan agar akulturasi bisa diciptakan. Melainkan hal tersebut diciptakan melalui nilai dan sikap yang dilakukan tanpa paksaan.

Contoh alkuturasi dalam bidang arsitektur atau bangunan antara lain, bangunan keraton yang merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Jawa, Eropa, Arab, dan China.

Asimilasi

Sedangkan menurut Raymond H. C. Teske, Jr.dan Bardin H. Nelson, akulturasi dan asimilasi merupakan suatu proses terpisah. Menurut mereka, asimilasi adalah suatu proses penggabungan dua kebudayaan berbeda menjadi suatu kebudayaan baru. Proses ini juga dapat diartikan sebagai suatu peleburan budaya dengan menghilangkan budaya asli menjadi suatu budaya baru yang lebih dominan.

Jika kita melihat perbedayaannya, akulturasi tidak membutuhkan penerimaan dari luar kelompok, sedangkan asimilasi memerlukan penerimaan karena merupakan suatu budaya baru atas peleburan dari dua kebudayaan lama. Kemudian, asimilasi juga membutuhkan orientasi positif terhadap luar kelompok. Secara lebih lanjut, juga membutuhkan adanya identifikasi dengan kelompok luar.

Contoh asimilasi dapat dilihat dalam penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, misalnya anak muda yang kerap menggunakan kata "sorry" daripada "maaf".

Baca juga: Apa Itu Stratifikasi Sosial: Definisi, Penyebab, Teori di Sosiologi

Baca juga artikel terkait SOSIOLOGI atau tulisan menarik lainnya Muhammad Ibnu Azzulfa
(tirto.id - mia/agu)


Penulis: Muhammad Ibnu Azzulfa
Editor: Agung DH
Kontributor: Muhammad Ibnu Azzulfa

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Dangdut merupakan salah satu dari genre musik populer tradisional Indonesia yang khususnya memiliki unsur-unsur musik Hindustani (India Utara), Melayu, dan Arab. Dangdut memiliki ciri khas pada dentuman tabla (alat musik perkusi India) dan gendang.[2] Dangdut juga sangat dipengaruhi dari lagu-lagu musik tradisional India dan Bollywood.

DangdutSumber aliranHindustani, Melayu, Arab, patrol, gamelan, rok, pop, house musicSumber kebudayaanDekade 1960-an (Dunia Melayu dan Jawa)Alat musik yang biasa digunakanTabla (dapat diganti dengan ketipung), drum set, suling, tamborin, gitar (akustik atau elektrik), mandolin, bass, saksofon, terompet, meja putar, dll.[1]Subgenre
  • Dangdut (asli) Rhoma Irama, Megi Z, Elvy Sukaesih
  • Dangdut koplo (East Java, Central Java, Yogyakarta)
  • Dangdut rampak atau Calung (West Java, Banten)
  • Dangdut gondang (Sumatera Utara)
  • Dangdut tarling (Cirebon)
  • Dangdut jaranan (Banyuwangi)
  • Dangdut electone (Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat)
  • pop-dangdut
  • rock-dut
  • Dangdut House
Topik lainnyaMusik Indonesia, pop melayu

Awalnya musik dangdut dikenal dengan nama "orkes Melayu". Kemudian, dangdut dipengaruhi musik India melalui film Bollywood yang dibawakan oleh Ellya Khadam dengan lagu "Boneka India", sehingga terlahir sebagai Dangdut pada tahun 1968 dengan tokoh utama Rhoma Irama. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer, sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia pada akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rok, pop, bahkan house music.[1]

Pengaruh India juga sangat kuat didalam genre musik dangdut ini, melainkan dari gaya harmoni dan instrumen, juga dipopulerkan dengan lagu-lagu dangdut klasik yang bertema India yang dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi dangdut populer seperti Rhoma Irama dengan lagunya yang berjudul "Terajana", Mansyur S dengan lagunya yang berjudul "Khana", Ellya Khadam dengan lagu "Boneka India" dan Via Vallen dengan lagu berjudul Sayang menjadikan musik dangdut lebih dikenal lagi saat ini.

Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) musik India.

Awalnya musik dangdut dikenal dengan nama "orkes Melayu" (OM) setelah perubahan musiknya oleh M. Mashabi dan lain-lain. Nama "dangdut" disematkan pada "Orkes Melayu" oleh Putu Wijaya dalam majalah Tempo tanggal 27 Mei 1972 bahwa lagu Boneka dari India adalah campuran lagu Melayu, irama padang pasir, dan "dang-ding-dut" India.[3] Sebutan ini selanjutnya diringkas menjadi "dangdut" saja, dan oleh majalah tersebut digunakan untuk menyebut bentuk lagu Melayu yang terpengaruh oleh lagu India.[3]

 

Sebuah pertunjukan musik dangdut modern di Plaza Surabaya.

Qasidah masuk Nusantara sejak Agama Islam dibawa para saudagar Arab tahun 635, kemudian juga saudagar Gujarat tahun 900–1200, saudagar Persia tahun 1300–1600.[4] Nyanyian Qasidah biasanya berlangsung di masjid, pesantren dakwah agama Islam.

Gambus dan migrasi orang Arab mulai tahun 1870

Gambus adalah salah satu alat musik Arab seperti gitar, namun mempunyai suara rendah. Diperkirakan alat musik gambus masuk ke nusantara bersama migrasi Marga Arab Hadramaut (sekarang Yaman) dan orang Mesir mulai tahun 1870 hingga setelah 1888,[5] yaitu setelah Terusan Suez dibuka tahun 1870, pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara dibangun tahun 1877, dan Koninklijke Paketvaart Maatschappij berdiri tahun 1888. Para musisi Arab sering mendendangkan Musik Arab dengan iringan gambus.

Pada awal abad XX penduduk Arab-Indonesia senang mendengarkan lagu gambus, dan sekitar tahun 1930, Syech Albar (ayah dari Ahmad Albar) mendirikan orkes gambus di Surabaya. Ia juga membuat rekaman piringan hitam dengan Columbia tahun 1930-an, yang laku di pasaran Malaysia dan Singapura.

Musik Melayu Deli tahun 1940

Musik Melayu Deli lahir sekitar tahun 1940 di Sumatera Utara bersama Husein Bawafie dan Muhammad Mashabi, kemudian menjalar ke Batavia dengan berdirinya Orkes Melayu.

Irama Amerika Latin tahun 1950

Pada tahun 1950, musik Amerika Latin masuk ke Indonesia oleh Xavier Cugat dan Edmundo Ros serta Perez Prado, termasuk Trio Los Panchos atau Los Paraguayos.[butuh rujukan] Irama latin ini kemudian lekat dengan orang Indonesia. Kemudian berbagai lagu Minang juga muncul bersama Orkes Gumarang, dan Zainal Combo.

Dangdut kontemporer telah berbeda dari akarnya, musik Melayu, meskipun orang masih dapat merasakan sentuhannya. Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta yang memainkan lagu-lagu Melayu Deli dari Sumatera (sekitar Medan).

Dari musik Melayu Deli tahun 1940 ke Dangdut tahun 1968

 

Tabla, salah satu alat musik utama dangdut yang berasal dari India.

Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus, dan suling, bahkan gong. Musik Melayu Deli awalnya tahun 1940-an lahir di daerah Deli Medan, kemudian musik melayu deli ini juga berkembang di daerah lain, termasuk Jakarta. Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India, sang pencipta Boneka dari India), Husein Bawafie (salah seorang penulis lagu Ratapan Anak Tiri), Munif Bahaswan (pencipta Beban Asmara), serta M. Mashabi (pencipta skor film "Ratapan Anak Tiri" yang sangat populer pada tahun 1970-an). Perubahan musik Melayu oleh M. Mashabi pada tahun 1960-an yang dilakukan merintis bentuk dangdut seperti yang dikenal sekarang.[6] Gaya bermusik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu juga terjadi perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta Group pimpinan Rhoma Irama. Beberapa nama dari masa 1970-an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus pada masa jayanya.

Dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat, memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, trompet, saksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas pemusik-pemusiknya. Mandolin juga masuk sebagai unsur penting. Pengaruh rok (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut. Tahun 1970-an menjadi ajang 'pertempuran' bagi musik dangdut dan musik rok dalam merebut pasar musik Indonesia, hingga pernah diadakan konser 'duel' antara Soneta Group dan God Bless. Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis bermusiknya. Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi "dangdut humor" yang dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli, membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. Subgenre ini diteruskan, misalnya, oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).

Interaksi dengan musik lain

Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan memengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut. Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut. Aliran campuran antara musik dangdut & rock secara tidak resmi dinamakan Rockdut. Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung, tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin. Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing' menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya, adalah "bajakan" lagu yang populer dari Venezuela.

Lagu-lagu dangdut dapat menerima berbagai unsur musik lain secara mudah, meskipun demikian bangunan sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif. Sebagian besar lagu dangdut tersusun dari satuan delapan birama 4
4
. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut dengan birama 3
4
, kecuali pada beberapa lagu masa 1960-an seperti Burung Nuri dan Seroja.

Bentuk bangunan lagu dangdut secara umum adalah: A - A - B - A, namun dalam aplikasi kebanyakan memiliki urutan menjadi seperti ini:[7]

Intro - Eksposisi I - A - A - Eksposisi II - B - A - Eksposisi II - B - A - (coda)
Bentuk bangunan lagu dangdut
Urutan bangunan lagu Keterangan
Intro Dapat merupakan pembuka pendek sepanjang 2–4 birama berupa permainan instrumental atau rangkaian akord pembuka, bisa juga sebagai vokal resitatif (setengah deklamasi) yang mengungkapkan isi lagu dengan iringan akord terurai (broken chord) atau tanpa iringan, atau bisa juga berupa permainan seruling, kemudian masuk ke Eksposisi I atau Vokal.
Eksposisi I atau Tampilan I Adalah sajian instrumental yang berlangsung sepanjang 4–8 birama, dengan instrumen suling, organ, gitar, bahkan sitar atau mandolin secara bergantian. Eksposisi adalah Tampilan kelompok band, berupa aransemen kebolehan band yang disajikan secara khusus untuk memperlihatkan kebolehan. Tampilan I bisa dihilangkan kalau dari Intro langsung masuk Vokal.
Verse A Biasanya berupa melodi dengan nada rendah dan datar sebagai ungkapan pertama isi lagu atau proposta.
Eksposisi II atau Tampilan II Berupa sajian yang kedua instrumental kebolehan band, dan Tampilan II harus ada (tidak boleh ditiadakan) dan sebagai penghubung Verse A dengan Verse B, juga instrumental bergantian antara organ, suling, gitar, atau sitar dan mandolin.
Verse B Biasanya berupa melodi dengan nada tinggi dan berapi-api menjelaskan lebih lanjut isi lagu, atau juga riposta terhadap Verse A. Lirik bagian kedua biasanya berisi konsekuensi dari situasi yang digambarkan bagian pertama atau tindakan yang diambil si penyanyi untuk menjawab situasi itu.
Eksposisi II atau Tampilan II Diulang lagi, berupa sajian yang ketiga instrumental kebolehan band, dan Tampilan II harus ada (tidak boleh ditiadakan) dan sebagai penghubung Verse A dengan Verse B, juga instrumental bergantian antara organ, suling, gitar, atau sitar dan mandolin.
Verse B Mengulang dari Verse B sebelumnya, isinya sama persis dengan Verse B sebelumnya.
Verse A Disajikan sekali lagi untuk menutup lagu, sama persis dengan Verse A sebelumnya.
Coda (optional, boleh dihilangkan) Di akhir lagu kadang-kadang terdapat koda sepanjang empat birama, namun juga bisa ditiadakan langsung berhenti, atau diakhiri dengan fade away (jarang terjadi).

Lagu dangdut umumnya juga miskin improvisasi, baik melodi maupun harmoni. Sebagai musik pengiring tarian, dangdut sangat mengandalkan ketukan tabla dan sinkop.

 

Penyanyi dangdut Yan Vellia di Pesta Kesenian Rakyat di Pacitan.

Rhoma Irama menjadikan dangdut sebagai alat berdakwahnya, yang terlihat dari lirik-lirik lagu ciptaannya serta dari pernyataan yang dikeluarkannya sendiri. Hal ini menjadi salah satu pemicu polemik di Indonesia pada tahun 2003, akibat protesnya terhadap gaya panggung para penyanyi dangdut, antara lain Inul Daratista, yang goyang ngebor-nya yang dicap dekaden serta "merusak moral". Jauh sebelumnya, dangdut juga telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan muncul lagi-lagi akibat gaya panggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu "terbuka" dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan. Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak terlepas dari napas ini.

Panggung kampanye partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan kepopuleran dangdut untuk menarik massa. Isu dangdut sebagai alat politik juga menyeruak ketika Basofi Sudirman, pada saat itu sebagai fungsionaris Golkar, menyanyi lagu dangdut.[8] Walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin, bukan berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara hiburan, dangdut dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung dangdut dapat dengan mudah dijumpai di berbagai tempat. Tempat hiburan dan diskotek yang khusus memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga mudah ditemui di berbagai kota.

 

Penampilan dangdut Happy Asmara di Pare, Kediri pada 2020.

Dangdut Koplo lahir di Indonesia lahir sejak tahun 2000 yang dipromotori oleh kelompok-kelompok musik Jawa Timur. Namun saat itu masih belum menasional seperti sekarang ini. 2 tahun kemudian, variasi atau cabang baru bagi musik Dangdut ini semakin fenomenal, setelah area 'kekuasaannya' meluas ke beberapa wilayah seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta dan beberapa kota di Jawa Tengah. Salah satu hal yang membuat genre ini sukses dalam memperlebar daerah 'kekuasannya' adalah VCD bajakan yang begitu mudah dan murah didapatkan masyarakat sebagai 'alternatif' hiburan masyarakat dari VCD/DVD original artis-artis/selebritas nasional yang dinilai mahal. Kesuksesan VCD bajakan tersebut juga dibarengi dengan fenomena "goyang ngebor" Inul Daratista.

Fenomena itulah yang sebenarnya membuat popularitas Dangdut Koplo semakin meningkat di se-antero Indonesia. Apalagi setelah goyang ngebor inul itu tercium oleh beberapa media-media televisi swasta nasional. Oleh karenanya, masyarakat Indonesia semakin mengenal Dangdut Koplo dan juga Inul itu sendiri.

Tapi, fenomena itu bukan berarti tak ada masalah. Sang Raja Dangdut Indonesia, Rhoma Irama adalah seniman Dangdut senior pertama yang nyata-nyata menentang Inul karena goyang ngebornya itu. Munculnya Inul dengan ciri goyangan tersendiri itu ditentang Rhoma karena berbau pornografi yang mengakibatkan dekadensi moral. Tak hanya itu, sang Raja juga khawatir jika hal ini dibiarkan saja, akan tumbuh-tumbuh goyangan porno model lain yang dilakukan penyanyi-penyanyi di daerah untuk ikut-ikutan 'mengekor' si ratu goyang ngebor itu.

Penentangan Rhoma terhadap aksi Inul dan beberapa tokoh dangdut lain ternyata mendapat 'sambutan' dari para pembela Inul. Baik itu masyarakat umum atau seniman-seniman Indonesia lain (dan bahkan melibatkan pakar hukum). Sejak itulah pro-kontra terhadap Inul menjadi headline news di media-media di Indonesia dan bahkan beberapa media-media internasional seperti BBC News.

Pro-kontra dan kontroversi itu ternyata semakin mempopulerkan Inul itu sendiri, Dangdut Koplo dan artis-artis dangdut lain. Benar kata sang Raja, karena munculnya Inul tersebut diikuti oleh munculnya artis-artis pendatang baru yang juga membawa identitas goyangan, seperti goyang ngecor ala Uut Permatasari dan goyang patah-patah ala Anisa Bahar. Hal tersebut membuat sang Raja dan para penentang lain semakin sedih. Munculnya artis atau penyanyi Dangut baru karena kontroversi itu juga semakin mempopulerkan Dangdut Koplo. Berturut-turut setelah Uut dan Anisa Bahar, muncul nama lain seperti Dewi Persik, Julia Perez, dan Shinta Jojo waktu itu.

Di sisi lain, dangdut sedang berbenah melalui Kongres PAMMI untuk memilih calon ketua baru. Dalam kesempatan itu, Rhoma kembali terpilih sebagai ketua PAMMI. Salah satu pernyataan yang cukup menghebohkan juga adalah bahwa Rhoma secara terang-terangan melarang dan menggunakan embel-embel Dangdut karena telah menyimpang dari pakem Dangdut sehingga seharusnya aliran tersebut berdiri sendiri. Salah satu alasannya yang populer adalah karena Dangdut Koplo melahirkan penyanyi Dangdut dengan goyangan erotis dan penampilan vulgar.

Sayang, pernyataan dia seperti tak pernah didengarkan oleh para pelaku dangdut terutama penyanyi. Justru hal itu seolah semakin mengeksiskan Dangdut Koplo itu sendiri disamping produktivitas Dangdut non koplo yang sepi dan kalah bersaing dengan peredaran VCD/DVD bajakan yang semakin meluas. Di sisi lain, penyanyi pendatang baru juga semakin membludak, baik itu yang bersifat lokal atau nasional, begitu juga dengan grup-grup Dangdut koplo juga semakin banyak, ata grup yang tadinya beraliran klasik atau rock Dangdut, berganti haluan menjadi Dangdut koplo.

Mungkin masyarakat Indonesia sudah banyak yang tahu artis-artis pendatang seperti Ayu Ting Ting, Siti Badriah, Zaskia Gotik, Trio Macan, Wika Salim, Melinda dan sebagainya, atau grup Dangdut Koplo Jawa timuran yang semakin populer di Indonesia. Itu semua justru terjadi karena kontroversi-kontroversi tersebut.

  • Fauzul Abadi
  • Gunawan Muharjan
  • Hari Putra
  • Muhammad Faisal
  • Rahmadonal M. Iqhbal
  • Rusnia
  • Yeni Inka

  • Abi Rafdi
  • Adera
  • Aftershine
  • Baiq Gita
  • Cherrybelle
  • Cita Citata
  • Denada
  • Denny Caknan
  • Fauzul Abadi
  • Fildan
  • Fitri Carlina
  • Gina Youbi
  • Gitalis Dwi Natarina
  • Happy Asmara
  • Hesty Aryatura
  • Irwan Krisdiyanto
  • Jenita Janet
  • Jihan Audy
  • Kiki Syarah
  • Lesti
  • Meli Nuryani
  • Nassar
  • Nella Kharisma
  • Reza Zakarya
  • Ridho Rhoma
  • Selfi Nafilah
  • Selfi Yamma
  • Shiha Zikir
  • Shreya Maya
  • Siti Badriah
  • Siti Rahmawati
  • Tasya Rosmala
  • Trio Macan
  • Ucie Sucita
  • Via Vallen
  • Vicky Irama

  • Adibal Sahrul
  • Afgan
  • Alam
  • Ayu Ting Ting
  • Danang
  • Dewi Persik
  • Julia Perez
  • Juwita Bahar
  • Mahadewi
  • Melinda
  • Nita Thalia
  • Ratna Antika
  • Ria Amelia
  • Sodiq Monata
  • Uut Permatasari

  • Anisa Bahar
  • Asep Irama
  • Beniqno
  • Cici Paramida
  • Deddy Irama
  • Eny Sagita
  • Erie Suzan
  • Evie Tamala
  • Hamdan ATT
  • Herry Irama
  • Iis Dahlia
  • Ikke Nurjanah
  • Ine Sinthya
  • Inul Daratista
  • Ira Swara
  • Itje Trisnawati
  • Iyeth Bustami
  • Jhonny Iskandar
  • Kristina
  • Lilis Karlina
  • Mansyur S
  • Mas Idayu
  • Mega Mustika
  • Meggy Z
  • Muchsin Alatas
  • Nada Soraya
  • Neneng Anjarwati
  • Nini Carlina
  • Noer Halimah
  • Ona Sutra
  • Rama Aiphama
  • Riza Umami
  • Saipul Jamil
  • Sodiq Monata
  • Thomas Djorghi
  • Vetty Vera
  • Yulia Citra
  • Yus Yunus

  • A. Rafiq
  • Camelia Malik
  • Ellya Khadam
  • Elvy Sukaesih
  • Hasnah Tahar
  • Herlina Effendi
  • Herman Tino
  • Husein Bawafie
  • Ida Laila
  • M. Mashabi
  • Reynold Panggabean
  • Rita Sugiarto
  • Rhoma Irama
  • Said Effendi
  • Soneta Group

bagi pedangdut terbaik
  • Anugerah Musik Indonesia (kategori Dangdut)
  • Ambyar Awards
bagi pedangdut terpopuler
  • Anugerah Dangdut Indonesia
  • Indonesian Dangdut Awards
ajang pencarian bakat
  • D'Academy
  • D'Academy Asia
  • Kontes Dangdut Indonesia
  • Liga Dangdut Indonesia
  • Rising Star Indonesia Dangdut

  1. ^ a b Gehr, Richard (10 December 1991), "Dawn of Dangdut", The Village Voice (dalam bahasa Inggris), 36, hlm. 86 
  2. ^ Campbell, Debe (18 April 1998), "The 'Billboard' report: Dangdut thrives in SE Asia—music rules Indonesia", Billboard (dalam bahasa Inggris), 110, hlm. 1 
  3. ^ a b Putu Wijaya (7–13 Maret 2011), "Bahasa Tempo, Bahasa Kita", Tempo, Jakarta: Tempo Inti Media Pemeliharaan CS1: Format tanggal (link)
  4. ^ Islam di Indonesia
  5. ^ Orang Arab-Indonesia
  6. ^ M. Irwan Ariefyanto (8 Februari 2012). "Musik Gambus Cikal Bakal Dangdut". Republika. Diakses tanggal 2017-08-04. 
  7. ^ Sunaryo Joyopuspito, MUSIK DANGDUT, Suatu kajian sejarah dan analisis teori musik, Bina Musik Remaja 2011
  8. ^ Khumaini, Anwar (2013-08-29). "Basofi Sudirman, terangkat gara-gara dangdut". merdeka.com. Diakses tanggal 2022-01-19. 

  • Weintraub, Andrew N. (2010). Dangdut Stories: A Social and Musical History of Indonesia's Most Popular Music (dalam bahasa Inggris). Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-539567-9. 
  • (Inggris) Project Pop Makes Dangdut Hip! Diarsipkan 2013-08-27 di Wayback Machine.
  • (Indonesia) Streaming Radio Dangdut Online Paling Hits Musiknya

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dangdut&oldid=20878356"