Guru sebagai salah satu pelaku pendidikan diberikan tugas berdiri di garis paling depan oleh pemerintah dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Apabila guru tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menjadi guru yang profesional jangan harap tujuan pendidikan tersebut dapat dicapai dengan maksimal. Tugas pokok guru adalah mengajar dan mendidik di sekolah. Mengajar dan mendidik siswa sebagai calon generasi penerus bangsa ini. Dalam kurikulum 2013 memberikan pandangan ke depan mengenai bagaimana seorang guru harus mempersiapkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswanya dalam menghadapi begitu cepat dan derasnya gelombang globalisasi. Pada Kurikulum 2013 sekarang ini ditetapkan menggunakan pendekatan saintifik di dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Terdapat 4 model pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran berbasis keilmuan tersebut. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini admin akan mengulang kembali penjelasan dari berbagai sumber mengenai model-model pembelajaran yang memperkuat pendekatan saintifik kurikulum 2013 berdasar atas apa yang telah saya tangkap poin-poinnya. Selanjutnya admin akan memberikan beberapa contoh penggunaan dari masing-masing model pembelajaran tersebut pada tema pembelajaran IPS terpadu. Secara singkat berikut hal-hal yang ingin saya bagi kepada Bapak atau Ibu rekan guru semuanya.
A. Penjelasan Konsep Pendekatan SaintifikPendekatan pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang mengantarkan peserta didik pada pengalaman belajar berbasis sains atau keilmuan. Terdapat lima pokok pengalaman belajar yang harus dilalui peserta didik selama berlangsungnya proses pembelajaran diataranya yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. B. 4 Model Pembelajaran yang Mencerminkan Pendekatan SaintifikDalam Permendikbud No.22 tahun 2016 disebutkan bahwa untuk memperkuat pendekatan saintifik tersebut, perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (inquiry/discovery learning). Di samping pendekatan saintifik, dapat diterapkan model-model pembelajaran lainnya, antara lain, project-based learning, problem-based learning. Jadi ada 4 (empat) model pembelajaran yang dapat memperkuat penerapan pendekatan saintifik di dalam proses pembelajaran di kelas. Berikut penjelasannya satu per satu. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau dalam bahasa Inggris disebut Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang menyediakan masalah-masalah nyata (kontekstual) sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah bagi peserta didik Melalui pembiasaan menyelesaikan masalah-masalah nyata ini diharapkan peserta didik mampu untuk berpikir kritis dalam menyikapi setiap masalah yang dihadapi baik di dalam proses belajar di sekolah maupun kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat sehingga secara bertahap peserta didik mampu mengembangkan pengetahuannya. Adapun langkah-langkah atau sintaks model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 (lima) tahapan yaitu:
2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP)Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Project-Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau rangkaian kegiatan menghasilkan produk dalam proses pembelajaran dalam upaya mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Aktivitas peserta didik yang dikembangkan disini adalah keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil proyek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Sintaks model pembelajaran berbasis proyek terdiri atas 6 (enam) langkah yang dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok besar yaitu:
II. Pelaksanaan (ada 2 langkah)
III. Evaluasi (1 langkah)
3. Model Pembelajaran PenemuanModel Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) adalah proses pembelajaran yang menyajikan masalah-masalah tidak nyata atau hasil rekayasa guru sebagai sarana untuk mengantarkan peserta didik menemukan sendiri pemecahan terhadap masalah tersebut. Melalui model pembelajaran menemukan ini diharapkan peserta didik mampu merumuskan dan menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa serta dapat memberikan ruang untuk mengembangkan keterampilan berpikir analitis dan keterampilan berimajinasi. Langkah-langkah atau sintaks model pembelajaran penemuan terdiri atas 6 (enam) tahapan yaitu:
4. Model Pembelajaran InkuiriModel pembelajaran inkuiri hampir sama dengan diskoveri yaitu proses pembelajaran yang menekankan peserta didik menemukan sendiri jawaban atas masalah yang teliti karena inkuiri memiliki arti "bertanya tentang" atau "mencari informasi". Hanya saja model pembelajaran inkuiri memperhadapkan peserta didik pada proses menemukan masalah bukan hasil rekayasa seperti halnya pembelajaran diskoveri yang menghadirkan masalah hasil rekayasa guru. Dari penjelasan di atas antara model pembelajaran penemuan dan model pembelajaran inkuiri memiliki kemiripan. Hal ini berarti dalam proses pelaksanaan pembelajaran di kelas tahapannya sama. C. Contoh Penggunaan 4 Model Pembelajaran Dalam IPS TerpaduDi bawah ini adalah contoh-contoh penggunaan dari keempat model pembelajaran di atas. Untuk itu silahkan saja dibaca postingannya berikut ini: 1. Contoh penggunaan Problem Based Learning (PBL)
2. Contoh penggunaan Project Based Learning (PJBL)3. Contoh penggunaan Discovery Learning (DL)
4. Contoh penggunaan Inquiry Learning (IL)
Itulah tadi 4 macam model pembelajaran yang memperkuat pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Mudah-mudahan bermanfaat sehingga dapat dilaksanakan di dalam kelas dengan baik. Idhi Agung Mulyawan, S.Pd RADARSEMARNG.ID, Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa dengan tujuan agar siswa memperoleh kecakapan, pengetahuan, dan pengembangan pribadinya. Namun dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dewasa ini, dalam proses pembelajaran siswa kurang perhatian dan malas diajak berpikir analisis terhadap materi pembelajaran yang diajarkan (B. Suryosubroto 2009:189). Hal ini ditunjukkan dengan munculnya sikap pasif, apatis, kurang peduli dan masa bodoh dari siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas, yang dapat dilakukan guru adalah mengubah cara penyampaian pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) kepembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center). Hal ini menghendaki bahwa dalam pengelolaan proses belajar mengajar diharapkan mampu memilih metode yang sesuai untuk digunakan agar tercipta situasi belajar mengajar yang kondusif. Cara ini bertujuan agar siswa dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Baca juga: Model Video Pembelajaran Solusi Masa Pandemi Covid 19 Namun sejauh ini guru masih banyak memfokuskan pembelajaran pada pengetahuannya tanpa memperhatikan kebutuhan siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006: 50) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, diantaranya faktor guru, siswa, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan. Dengan demikian proses belajar mengajar memerlukan keseriusan dari guru agar aktivitas peserta didik meningkat dan dapat menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik dari sebelum dan sesudah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukan aktif belajar. Berdasarkan pengalaman yang penulis hadapi di kelas IV SDN 04 Pedurungan, pokok permasalahan yang timbul dan dirasakan oleh penulis dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah bagaimana mengoptimalkan atau melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. Dari 10 siswa hanya sekitar 30% yang aktif saat mengikuti pembelajaran sedangkan sisanya hanya datang, diam dan lebih banyak mengganggu temannya yang sedang belajar sehingga aktivitas belajar siswa tidak optimal. Materi IPA khususnya penggunaan sumber energi panas bagi kehidupan sehari-hari. Hal tersebut didukung oleh indentifikasi permasalahan pendidikan pada siswa yang dilakukan Sardiman, (2001: 18-19) yang meliputi: siswa kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, siswa kurang berani mengungkapkan ide, gagasan, dan pendapat tentang suatu hal sehingga nampak pasif dalam berbagai pertemuan atau kegiatan diskusi, siswa kurang peduli atau peka terhadap sesamanya. Bila hal tersebut dibiarkan penulis rasa dapat menimbulkan kesenjangan kognitif, afektif dan psikomotor antar siswa dan tentunya merupakan hambatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan temannya, menunjukan tidak ada motivasi mereka dalam belajar, kurang percaya diri, tidak dapat bekerja mandiri, dan tidak dapat bekerja sama dengan orang lain. Dengan demikian adanya peningkatan aktivitas belajar siswa maksimal 80% saat mengikuti pembelajaran. Adanya peningkatan hasil belajar IPA yaitu penggunaan energi panas bagi kehidupan sehari-hari, nilai rata-rata yang tadinya 45,60 meningkat menjadi 88,44 dengan metode desmonstrasi. Hal yang dilakukan penulis yaitu mengadakan tindakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Penulis memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat yaitu metode demonstrasi. Dengan metode demonstrasi penulis rasa akan timbul hubungan kerja sama, komunikasi dan interaksi antar siswa. Hal ini bertujuan agar siswa dapat belajar secara aktif dalam pembelajaran. (pg2/ton) Guru SDN 04 Pedurungan Kec. Taman Kab. Pemalang |