Menyingkirkan batu duri atau pecahan kaca yang dapat membahayakan pengguna jalan lain termasuk dalam

Menyingkirkan batu duri atau pecahan kaca yang dapat membahayakan pengguna jalan lain termasuk dalam

Bersedekah Bukan Hanya Berbentuk Materi Saja Namun Bisa juga Non Materi, Berikut 5 Bentuk Sedekah Non Materi /Instagram/Instagram

JURNAL GAYA -  Sedekah Tidak hanya Berupa Materi Saja Namun Bisa Juga dengan Non Materi, Berikut 5 Bentuk Sedekah Yang Mudah Di Lakukan!

Sedekah merupakan pemberian seseorang sebagai bentuk kebaikan disertai mengharap keridhoan Allah SWT.

Sedekah tidak diperkenankan ketika hanya berharap untuk memperoleh pujian sesama manusia.

Sedekah juga merupakan bentuk syukur kita kepada Allah untuk segala karunia-Nya.

Ternyata sedekah bukan hanya berupa materi saja, namun bisa juga dengan non materi.

Baca Juga: Amalan Dzikir dan Do’a Untuk Mencegah Penyakit ‘Ain Menurut Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam

>

Berikut adalah bentuk-bentuk sedekah yang mudah untuk dilakukan oleh siapapun:

1. Mendamaikan Orang Berselisih
“Kamu mendamaikan antara dua orang (yang berselisih) itu merupakan sedekah”

Tentu saja dengan cara mendamaikan yang tidak merugikan salah satunya. Mendamaikan dilakukan jika di antara keduanya belum jelas mana yang benar. Apabila sudah jelas yang benar, tidak diperbolehkan melakukan islah (pendamaian).

Usaha mempererat hubungan dan menyatukan hati mereka yang berselisih merupakan perbuatan mulia yang selalu diajarkan Islam. Hal ini merupakan hasil dari pancaran keimanan dalam hati tiap Muslim. Dengan usaha ini, maka kerukunan akan tercipta di antara kaum Muslimin.

Menyingkirkan batu duri atau pecahan kaca yang dapat membahayakan pengguna jalan lain termasuk dalam
Menyingkirkan batu duri atau pecahan kaca yang dapat membahayakan pengguna jalan lain termasuk dalam

Salah satu pohon tumbang akibat hujan deras dan angin kencang pada Minggu (15/11). Foto: Antara

Menyingkirkan gangguan di jalan adalah bagian paling bawah dari keimanan. Namun, cabang iman yang paling tinggi atau yang paling pokok adalah perkataan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ dengan jujur dari hati, dalam keadaan tahu, sadar dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah semata.

Hal itu diyakini juga berdasarkan Hadits Nabi SAW bahwa Iman memiliki 77 cabang. Ucapan La ilaha illallah adalah tertinggi dalam keimanan, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan batu, duri, lumpur, dan kotoran atau gangguan lain dari jalanan. Salah satunya untuk memperlancar jalannya ummat Islam, atau menghilangkan gangguan terhadap mereka.

Rasulullah SAW:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu termasuk bagian dari iman.” (HR al-Bukhâri, no. 9 dan dalam al-Adabul Mufrad, no. 598; Muslim, 35 [58], dan lafazh hadits di atas adalah lafazh riwayat imam Muslim; Ahmad, II/414, 445; Abu Dawud, no. 4676; At-Tirmidzi, no. 2614; An-Nasâ-I, VIII/110; Ibnu Mâjah, no. 57; Ibnu Hibban, no. 166, 181, 191-at-Ta’lîqâtul Hisân ‘ala Shahîh Ibni Hibbân).

Dikatakan dalam sebuah hadits bahwa menyingkirkan gangguan merupakan sedekah. Abu Hurairah meriwayatkan:

يُمِيطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ

“Menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari)

Rasulullah SAW SAW menekankan keharusan menyingkirkan gangguan dari semua jalan kebaikan. Hal itu merupakan kebaikan yang mengandung banyak manfaat, serta bisa mencegah bahaya pada makhluk.

Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas menerangkan dalam artikelnya berjudul Cabang-Cabang Iman, seorang yang beriman harus berusaha menyingkirkan apa saja yang mengganggu jalan kaum Muslimin. Dia harus berusaha menyingkirkan batu, duri, kayu, pohon yang tumbang, dahan yang patah, pecahan kaca dan yang lainnya.

Dikatakan juga, yang termasuk mengganggu jalan kaum Muslimin adalah bila ada orang parkir mobil atau motor atau berhenti sembarangan. Kemudian, menutup jalan orang yang lewat. Dengan begitu, seseorang harus parkir pada tempatnya dan tidak boleh mengganggu jalan kaum Muslimin.
Menyingkirkan gangguan dari jalan kaum Muslimin mempunyai banyak keutamaan, di antaranya:

  1. Menghilangkan gangguan dari kaum Muslimin.
  2. Memperlancar jalan kaum Muslimin.
  3. Memudahkan orang untuk melewati jalan tersebut.
  4. Termasuk tolong menolong dalam kebaikan.
  5. Allah akan mengampuni dosa orang tersebut. (Aza)

Menyingkirkan batu duri atau pecahan kaca yang dapat membahayakan pengguna jalan lain termasuk dalam
Keutamaan Menyingkirkan Benda Tajam di Jalanan

Menyingkirkan batu duri atau pecahan kaca yang dapat membahayakan pengguna jalan lain termasuk dalam

BincangSyariah.Com – Seringkali kita jumpai sepeda motor atau mobil mengalami kebocoran di area bannya. Salah satu penyebabnya adalah paku-paku atau benda tajam yang berada di jalanan yang ia lewati. Oleh karena itu, maka perjalanannya pun terhambat. Apalagi jika benda-benda tajam tersebut terkena pejalan kaki, maka ia akan segera membutuhkan pertolongan untuk lukanya.

Padahal, Rasulullah Saw. di dalam sabdanya pernah menyampaikan hadis sebagai berikut.

Menyingkirkan batu duri atau pecahan kaca yang dapat membahayakan pengguna jalan lain termasuk dalam

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي طَرِيقٍ إِذْ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ. رواه والترمذي.

Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw, beliau bersabda, “Di antara seseorang yang berjalan di jalanan, ketika ia menemukan ranting yang berduri, ia pun menyingkirkannya, maka Allah bersyukur kepadanya, lalu Dia mengampuninya. (HR. At-Tirmidzi).

Hadis yang juga diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, dan Ibnu Khuzaimah tersebut menerangkan tentang keutamaan menyingkirkan benda tajam di jalanan.

Meskipun di dalam hadis tersebut Rasulullah Saw. mencontohkan dengan ranting pohon yang berduri. Namun para ulama menyamaratakan kepada semua benda-benda atau hal-hal yang ada di jalanan yang dapat menyakiti manusia.

Adapun maksud Allah bersyukur kepadanya, menurut Imam Al-Jazari di dalam kitabnya An-Nihayah bahwa salah satu nama-nama Allah Swt. adalah Asy-Syakur (Maha yang Banyak Bersyukur).

Artinya, Dia akan melipatgandakan amal-amal hamba-Nya yang kecil/dianggap remeh sebagai balasan bagi mereka, lalu Dia mensyukurinya dengan mengampuninya. Dilipatgandakannya balasan dan diampuni dosa tersebut merupakan bentuk banyaknya syukur Allah Swt.

Sementara imam Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam kitabnya Fathul Bari mengatakan bahwa makna Allah Swt. bersyukur kepadanya adalah Allah Swt. rida atas perbuatannya tersebut.

Oleh karena itu, jika kita menemukan benda-benda tajam yang dapat membahayakan bagi pengguna jalan, maka singkirkanlah agar tidak ada korban. Baik benda itu satu paku kecil, batu, atau pohon besar yang tumbang di tengah jalan. Namun, makna hadis tersebut juga bisa meluas dalam keadaan apapun dan di manapun. Yakni selama kita mengetahui hal-hal yang berbahaya, maka hendaknya kita segera tanggap untuk dapat menghilangkannya semampu kita.

Demikianlan sabda Nabi saw. tentang keutamaan menyingkirkan benda tajam di jalanan. Di mana Allah Swt. akan meridainya dan mengampuninya. Semoga kita dapat mengamalkannya. Aamiin. Wa Allahu A’lam bis Shawab.

Anda dapat membaca artikel-artikel Annisa Nurul Hasanah lainnya di sini.