Menurut PENDEKATAN ordinal asumsi yang tidak digunakan dalam menilai kepuasan konsumsi adalah

Untuk mengetahui kepuasan seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang diperlukan pendekatan untuk mengukur tingkah laku konsumen tersebut dengan pendekatan kardinal dan ordinal.

Ada beberapa faktor yang membedakan pendekatan kardinal dan ordinal, yaitu:

1. Berdasarkan Pengertian

Perbedaan pendekatan kardinal dan ordinal bila dilihat dari pengertiannya, yaitu:

Merupakan pendekatan nilai guna yang dapat menilai manfaat yang diberikan dengan mengukur dari kuantitas atau pun jumlahnya suatu barang yang dikonsumsi.

Merupakan pendekatan yang dapat menilai manfaat yang diberikan oleh masyarakat dari kegiatan konsumsi suatu barang namun jumlah suatu barang yang dikonsumsi tidak bisa dihitung jumlahnya.

Secara konsep pendekatan kardinal dan ordinal memiliki perbedaan, yaitu:

  • Konsep pendekatan kardinal

Dilakukan dengan mengukur secara langsung dari angka-angka atau dengan menggunakan konsep total utility dan marginal utility.

  • Konsep pendekatan ordinal

Dilakukan dengan cara membandingkan karena tidak dapat dihitung, dengan menggunakan konsep kurva indiferen dan garis anggaran.

  • Contoh dari pendekatan kardinal

Yaitu, ketika suatu benda A dijual seharga 20 ribu rupiah sedangkan benda B dijual seharga 30 ribu rupiah.

Maka konsumen akan membeli benda B seharga 30 ribu karena satuan yang dinilai yaitu uang, benda B memiliki harga yang lebih tinggi daripada benda A.

Atau contoh lain dari pendekatan kardinal yaitu, ketika seorang konsumen ingin membeli barang disebuah toko namun ketika sampai di toko barang tersebut lebih mahal dari yang diperkirakan.

Maka konsumen tersebut akan menggurungkan niatnya untuk membeli barang tersebut karena ia merasa barang tersebut tidak sepadan dengan harga yang harus dibayar.

  • Contoh dari pendekatan ordinal

Yaitu, ketika suatu benda A dijual seharga 100 ribu rupiah tapi memiliki kualitas yang rendah sedangkan benda B dijual 50 ribu rupiah dengan kualitas yang tinggi.

Maka konsumen akan membeli benda B karena yang dilihat adalah kualitas suatu benda.

Contoh lain dari pendekatan ordinal yaitu, ketika seorang konsumen ingin membeli barang di toko namun ketika sampai di toko, barang tersebut memiliki harga yang jauh lebih mahal dari yang diperkirakan.

Maka konsumen tersebut akan tetap membelinya karena ia mendapatkan kepuasan dari barang tersebut.

4. Berdasarkan Kelebihan dan Kekurangan

Memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu awalnya pendekatan kardinal dikemukakan berdasarkan ilmu ekonomi neo klasik yang mengungkapkan bahwa kardinal bisa diukur dan dinyatakan secara kuantitatif berbentuk angka.

Namun seiring berjalannya waktu pengukuran menggunakan pendekatan kardinal tidak memungkinkan sehingga ada banyaknya kesulitan dalam mengukur kardinal berbentuk angka.

Konsumen saat ini lebih mengkonsumsi barang atau jasa berdasarkan faktor mood, minat dan selera sehingga pendekatan secara kardinal dinilai kurang tepat bila dihitung dengan angka.

yaitu awalnya pendekatan ordinal dikemukakan oleh para ekonom modern yang mengungkapkan bahwa konsumen tidak mungkin tingkat kepuasannya dapat diukur secara kuantitatif berbentuk angka namun berdasarkan fenomena psikologis.

Kesimpulan Perbedaan Pendekatan Kardinal dan Ordinal

Berdasarkan pengertian, konsep, contoh serta kekurangan dan kelebihannya dapat disimpulkan, yaitu:

  • Pendekatan Kardinal
    • Memiliki kepuasan yang diperoleh konsumen dengan mengkonsumsi barang atau jasa yang dapat diukur secara angka.
    • Pendekatan kardinal dinilai secara obyektif.
    • Pendekatan kardinal kurang realistis karena pengukurannya secara kuantitatif sehingga tidak memungkinkan untuk menilai kepuasan.
    • Pendekatan kardinal berdasarkan analisis marjinal.
    • Pendekatan kardinal dapat diukur dari segi utilitas.
  • Pendekatan Ordinal
    • Memiliki kepuasan konsumen berasal dari mengkonsumsi barang atau jasa tidak sanggup diukur secara angka.
    • Pendekatan ordinal dinilai secara subjektif.
    • Pendekatan ordinal lebih realistis karena pengukurannya secara mengandalkan kualitatif.
    • Pendekatan ordinal berdasarkan analisis kurva indiferen.
    • Pendekatan ordinal dapat diukur berdasarkan peringkat preferensi komoditas jika dibandingkan satu dengan yang lainnya.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Studi prilaku organisasi adalah telaah tentang pribadi dan dinamika kelompok dan konteks organisasi, serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun model-model dari faktor-faktor ini.

Seperti halnya dengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha untuk mengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada sejumlah kontroversi mengenai dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap perilaku pekerja. Karena itu, perilaku organisasi (dan studi yang berdekatan dengannya, yaitu psikologi industri) kadang-kadang dituduh telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang berkuasa. Terlepas dari tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi dapat memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasidan keberhasilan kerja, yang diantaranya membahas tentang Kepribadian dan Emosi, kedua hal tersebut sangat berkaitan erat dengan prilaku organisasi.

Kepribadian dan emosi akan mempengaruhi individu didalam sebuah organisasi. Maka dari itu sangat diperlukan seseorang untuk tahu dan mengerti apa itu kepribadian dan emosi baik dari segi pengertian, ciri – ciri, dll. Dengan penguasaan materi tentang Kepribadian dan Emosi ini diharapkan setiap individu akan bisa menempatkan dirinya didalam sebuah organisasi setelah menguasai materi tersebut. Keberhasilan sebuah organisasi sangat ditentukan oleh setiap individu di dalamnya.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah definisi dari Kepribadian dan emosi, ciri – ciri, dimensi emosi, serta pengaruhnya terhadap prilaku dalam  organisasi ?

1.3  Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari Kepribadian dan emosi secara psikologis maupun definisi sehari harinya, ciri – ciri, atribut kepribadian utama yang mempengaruhi prilaku oraganisasi, serta mengetahui kepribadian dan budaya nasional.

1.3.2  Untuk mengetahui dimensi dimensi emosi dan batas ekternal emosi terhadap prilaku organisasi.

1.4  Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaatnya untuk Mahasiswa adalah sebagai panduan atau tunjangan dalam mata kuliah Prilaku organisasi.

1.4.2 Manfaatnya Untuk Fakultas adalah sebagai tambahan karya tulis untuk memperkaya materi mengenai Prilaku Organisasi.

1.4.3 Manfaatnya untuk Masyarakata dan dunia kerja, jika seseorang telah mengerti apa itu kepribadian dan emosi dan tau cara mengendalikannya dalam dunia organisasi maka akan sangat berguna untuk kemajuan sebuah perusahaan dan masyarakat.

BAB I

PENDAHULUAN

Teori konsumen mengenai dua macam pendekatan, yaitu pendekatan guna kardinal atau cardinal utility approach  dan pendekatan guna ordinal  atau ordinal utility approach. Pendekatan guna kardinal menggunakan  asumsi bahwa guna atau  kepuasan seseorang tidak hanya dapat dibandingkn, akan tetapi juga dapat diukur. Oleh karena menurut kenyataan  kepuasan seseorng tidak dapat diukur, maka asumsi tersebut dengan  sendirinya dapat dikaitkan tidak realistik. Inilah yang biasanya ditonjolkansebagai kelemahan dari pada teori konsumen  yang menggunakan pendekatan guna kardinal, yang terkenal pula dengan sebuah teori konsumen dengan pendekatan gunamarginal klasik atau classical marginal utility approach.

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :

  1. Apakah Konsep Teori Perilaku Konsemuen?
  2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen?
  3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan konsumen kardinal?
  4. Apa yang dimaksud dengan pendekatan konsumen ordinal?
  1. TUJUAN
  2. Menambah ilmu pengetahuan untuk para pembaca dan pengkaji tentang konsep“Teori Perilaku Konsumen”.
  3. Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
  4. Menambah pengetahuan tentang pendekatan konsumen kardinal dan ordinal.
  5. SUMBER DATA

Sumber data yang digunakan dalam membuat makalah ini berasal dari buku dan internet.

BAB II

PEMBAHASAN

Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari,menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap untuk memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas, seperti : uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan demi kepuasan mereka.

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

  1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Untuk memahami perilaku konsumen bergantung pada psikologi dan sosiologi. Hasilnya berfokus pada empat bidang yang menjadi pengaruh utama terhadap perilaku konsumen: psikologis, pribadi, sosial, dan budaya (RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366)

  1. Pengaruh psikologis mencakup motivasi, presepsi, kemampuan belajar, dan sikap perseorangan.
  2. Pengaruh pribadi mencakup gaya hidup, kepribadian, dan status ekonomi.
  3. Pengaruh sosial mencakup keluarga, pendapat pemimpin (orang yang pendapatnya diterima oleh orang lain), dan kelompok referensi lainya seperti teman, rekan sekerja, dan rekan seprofesi.
  4. Pengaruh budaya mencakup budaya (“cara hidup” yang membedakan satu kelompok besar dengan kelompok lainya), subkultur (kelompok yang lebih kecil, seperti kelompok etnis yang memilliki nilai-nilai bersama), dan kelas sosial (kelompok-kelompok berdasarkan peringkat budaya menurut kriteria seperti latar belakang, pekerjaan, dan pendapatan.

Walaupun seluruh faktor itu dapat berdampak besar pada pilihan konsumen, dampk faktor-faktor itu terhadap pembelian aktual beberapa produk menjadi sangat  lemah atau dapat diabaikan. Beberpa konsumen, misalnya, memperlihatkan loyalitas terhadap merek (Brand Loyalty) tertentu, yang berarti mereka secara rutin membeli produk-produk karena mereka puas atas kinerja merek produk itu.

  1. Pendekatan Konsumen Kardinal

Pendekatan konsumen Kardinal adalah daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati.

Pendekatan kardinal memberikan penilaian bersifat subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang subyek yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilain dengan orang lain.

Pendekatan ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subyek yang menilai.

Dalam pendekatan ini akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal, Gossen, yaitu hukum Gossen.

  • Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi terus-menerus maka kepuasanya akan semakin menurun.
  • Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai kebutuhanya sampai mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama itu ditunjukkan oleh rasio antaramarginal utility  dengan harga dari barang yang satu dengan rasio marginal utility dengan harga barang yang lain.

Hipotesis utama teori niali guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan satu barang  akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya pada barang tersebut.

Dalam pendekatan ini, konsumen dianggap mengonsumsi kombinasi barang untuk mendapatkan kepuasan yang maksimal dan tambahan kepuasan yang diperoleh dari tambahan konsumsi suatu barang secara terus menerus akan semakin berkurang.

Asumsi dasar:

  1. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
  2. Semakin banyak barang dikonsumsi maka semakin besar kepuasan.
  3. Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula-mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.

Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah. Pendekatan

  1. Pendekatan Konsumen Ordinal

Pendekatan konsumen Ordinal adalah pendekatan yang daya guna suatu barangtidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuaturutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah:

  • Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang dimilikinya
  • Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering
  • Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya. Kelemahan pendekatan konsumen ordinal yaitu terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dari satu kepuasan.

BAB III

PENUTUP

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Menurut pendekatan kardinal kepuasan seorang konsumen diukur dengan satuan kepuasan (misalnya:uang). Sedangkan menurut pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuaturutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang.