Mengapa terjadi aksi heroik di surabaya jelaskan

Harga LPG Nonsubsidi Naik, Apa Dampaknya?

Show

Oleh Rasheed Gunawan pada 19 Sep 2015, 06:08 WIB

Diperbarui 19 Sep 2015, 06:08 WIB

Mengapa terjadi aksi heroik di surabaya jelaskan

Perbesar

Ploegman mengibarkan bendera Belanda di rooftop Hotel Yamato sebagai penegasan negaranya masih menguasai RI. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - 19 September 1945 menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, terutama warga Surabaya. Kala itu, para pemuda pemberani mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Arek-arek Suroboyo merobek bendera Belanda di Hotel Yamato, Jalan Tunjungan nomor 65 Surabaya.Peristiwa bermula saat rakyat Indonesia sedang bersorak sorai mengibarkan bendera Merah Putih di seluruh penjuru tanah air, atas perintah Presiden Sukarno dalam maklumatnya yang dikeluarkan pada 31 Agustus 1945.Surabaya menjadi salah satu kota yang paling ramai diwarnai kibaran Merah Putih. Bendera pusaka tampak gagah di ujung tiang berbagai tempat strategis, seperti Gedung Kantor Karsidenan -- gedung Gubernuran sekarang -- yang terletak di muka gedung Kempeitai -- sekarang Tugu Pahlawan -- dan di atas Gedung Internatio.Selain itu, ribuan bendera merah putih pun melambai ramai pada acara rapat raksasa Barisan Pemuda Surabaya di Tambaksari atau lapangan Stadion Gelora 10 November.Namun, pihak Jepang dan Belanda yang belum mengakui kemerdekaan Indonesia, menolak keras pengibaran bendera Merah Putih tersebut. Pihak Kampeitai, polisi bentukan Jepang, mencoba melarang sejumlah pengibaran bendera. Sementara Belanda di bawah Ploegman mengambil langkah lebih agresif.Ploegman mengibarkan bendera Belanda di rooftop Hotel Yamato sebagai penegasan negaranya masih menguasai RI. Hotel Yamato saat itu dijadikan markas Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI): Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran atas kerja sama Jepang dan Belanda.Para arek Suroboyo yang melihat bendera Belanda di Hotel Yamato tersebut langsung geram, karena pengibaran Merah Putih Oranye merupakan bentuk penghinaan atas kedaulatan Indonesia dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.Perwakilan pemuda bernama Sudirman dan beberapa rekannya menemui Ploegman di dalam hotel untuk berunding. Sudirman meminta bendera Belanda diturunkan, namun Ploegman menolak.Ploegman mengeluarkan pistol hingga pada akhirnya terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman. Sementara Sudirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato.Di luar hotel, para pemuda yang mengetahui kacaunya perundingan tersebut langsung mendobrak masuk ke Hotel Yamato. Perkelahian antara massa pemuda Indonesia dan tentara Belanda pun terjadi di lobi hotel. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda.Hariyono yang semula bersama Sudirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera. Bersama Kusno Wibowo, Hariyono berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian biru dan hanya tersisa warna Merah dan Putih. Bendera pun digerek kembali di puncak tiang Hotel Yamato. Peristiwa ini disambut oleh massa di bawah hotel dengan pekik 'Merdeka' berulang kali.

Sejarah lain mencatat pada 19 September 1989, pesawat maskapai Prancis UTA Flight 772 meledak dibom sekelompok teroris. Pesawat hancur berkeping. Serpihannya jatuh di Gurun Tunuru, Niger. Sebanyak 171 orang di dalamnya tewas. (Rsd/Rmn)

  • Mengapa terjadi aksi heroik di surabaya jelaskan
    Rasheed GunawanAuthor
  • Mengapa terjadi aksi heroik di surabaya jelaskan
    RochmanuddinEditor

TOPIK POPULER

POPULER

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10

Berita Terbaru

Berita Terkini Selengkapnya

Peristiwa Hotel Yamato. (https://bit.ly/3wq3Uar)

Elshinta.com - Peristiwa 10 November 1945 merupakan peristiwa penting dalam menjaga dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini dikenal juga dengan pertempuran Surabaya.

Pertempuran Surabaya adalah peperangan antara tentara Indonesia melawan tentara Inggris yang terjadi pada 27 Oktober - 20 November 1945 di Surabaya. Sedangkan, peristiwa 10 November adalah puncak pertempuran Surabaya. Hari ini pun diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pahlawan.

Penyebab Pertempuran Surabaya

Pertempuran Surabaya dipicu insiden Hotel Yamato. Saat itu, tentara Belanda mengibarkan bendera Belanda di puncak Hotel Yamato. Peristiwa ini membuat kegaduhan di kalangan penduduk Surabaya. Residen Soedirman bersama Sidik dan Hariyono bertemu dengan tentara Belanda WVC Ploegman di Hotel Yamato dan meminta mereka menurunkan bendera berwarna merah putih biru itu.

Baca juga Pertempuran rakyat Indonesia melawan Sekutu di Surabaya

Namun, Ploegman menolak permintaan itu. Dia bahkan mengancam dan mengeluarkan pistol. Perkelahian di lobi hotel itu pun tak terelakkan. Ploegman tewas dicekik Sidik dan Sidik pun tewas di tangan tentara Belanda lainnya.

Soedirman dan Hariyono berhasil keluar Hotel Yamato. Hariyono dan seorang pemuda bernama Koesno Wibowo memutuskan untuk memanjat ke puncak Hotel Yamato. Mereka pun merobek warna biru di bendera Belanda sehingga menjadi bendera berwarna merah putih. Sejak peristiwa itu, suasana pun mulai memanas antara tentara Indonesia, NICA, dan AFNEI.

Selang beberapa waktu, komandan militer Inggris Jenderal Mallaby tewas saat melewati Jembatan Merah. Kematian Mallaby membuat tentara Inggris marah besar. Robert Mansergh yang menggantikan posisi Mallaby, mengeluarkan ultimatum bahwa pada 10 November 1945 Indonesia harus menyerahkan semua persenjataan dan menghentikan perlawanan terhadap Inggris dan Belanda.

Baca juga Peristiwa heroik, pertempuran 10 November 1945 di Surabaya

Ultimatum itu tidak membuat tentara dan masyarakat Surabaya takut. Tentara dan arek-arek Suroboyo justru siap berperang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Saat itu Sutomo atau yang lebih dikenal dengan Bung Tomo membakar semangat para pejuang.

"Merdeka atau mati!" teriak Bung Tomo.

Pada pukul 06.00 pagi tanggal 10 November, Inggris melancarkan serangan. Peperangan pun terjadi. Ribuan pejuang Indonesia meninggal dunia. Indonesia kalah dalam perang ini. Meskipun kalah, perlawanan ini dianggap berhasil memukul tentara Inggris dan mendapatkan perhatian internasional. Indonesia tetap berhasil mempertahankan kemerdekaan.

Sumber: cnnindonesia.com