tirto.id - Sejarah Sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dilakukan sebanyak 2 kali oleh para tokoh bangsa untuk merumuskan segala sesuatu mengenai pembentukan negara yang berdaulat. Lantas, kapan dan bagaimana proses serta hasilnya? Show BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Cosakai adalah lembaga bentukan pemerintah militer Jepang. Dai Nippon membentuk BPUPKI lantaran mulai mengalami rentetan kekalahan dari pasukan Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya yang menjadi rangkaian dari Perang Dunia Kedua pada 1945. Pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai atau BPUPKI diresmikan tanggal 29 April 1945, sedangkan pelantikan para anggotanya yang melibatkan tokoh-tokoh Indonesia dilakukan hampir sebulan kemudian, yakni pada 28 Mei 1945. Maklumat Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer merangkap Kepala Staf) Nomor 23 menyebutkan, BPUPKI dibentuk untuk "menyelidiki hal-hal yang penting sekaligus menyusun rencana mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia". Secara lebih teknis, seperti diwartakan Asia Raya (29 April 1945), tugas-tugas BPUPKI antara lain: mempelajari semua hal penting terkait politik, ekonomi, tata usaha pemerintahan, kehakiman, pembelaan negara, lalu lintas, dan bidang-bidang lain yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia.
Baca juga:
Kapan Sidang BPUPKI Pertama & Siapa Saja Tokohnya?BPUPKI setidaknya telah menggelar 2 kali sidang resmi. Sidang BPUPKI pertama dilakukan tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Sedangkan Sidang BPUPKI yang kedua dilangsungkan pada 10-17 Juli 1945. Sebenarnya masih ada satu sidang BPUPKI lagi namun tidak resmi. Sidang tambahan ini hanya diikuti oleh beberapa anggota dan dilakukan pada masa reses, yakni antara tanggal 2 Juni hingga 9 Juli 1945. R.M. A.B. Kusuma melalui Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 (2004) menyebutkan, pengaruh Jepang dalam mengiringi kinerja BPUKI masih cukup kuat, termasuk pada komposisi keanggotaannya yang terdiri dari seorang kaico (ketua), 2 orang fuku kaico (ketua muda), dan 59 orang iin atau anggota. Sebagai ketua ditunjuklah Radjiman Wedyodiningrat, tokoh yang dituakan, priyayi Jawa berpengaruh sekaligus sosok penting yang turut menggagas Boedi Oetomo (BO) pada 1908. Sedangkan sebagai ketua muda adalah Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yoshio dari Jepang.
Baca juga:
M. Fuad Nasar dalam Islam dan Muslim di Negara Pancasila (2017) menyebutkan, semula BPUPKI beranggotakan 62 orang, kemudian ditambah 6 orang sehingga menjadi 68 orang. Ke-68 orang ini berasal dari pihak Indonesia dan bertindak sebagai anggota aktif.
Infografik SC Sidang BPUPKI Pertama. tirto.id/Rangga Para anggota BPUPKI berasal dari berbagai kalangan, ada dari golongan nasionalis, agamis, peranakan Arab, peranakan Tionghoa, peranakan Indo, ningrat Jawa, jurnalis, dan lain sebagainya. Selain anggota aktif, ada pula anggota pasif. Anggota pasif di BPUPKI terdiri atas 8 orang dari pihak Jepang. Mereka hanya bertindak sebagai pengamat dan tidak memiliki hak suara, hak berpendapat, dan hak-hak aktif lainnya selama sidang.Berikut ini nama-nama anggota BPUPKI:
Anggota Aktif
Baca juga:
Proses Sidang BPUPKI Pertama & Rumusan HasilnyaSidang BPUPKI pertama dilakukan tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945 di Gedung Chuo Sangi In, sekarang bernama Gedung Pancasila, terletak di Jalan Taman Pejambon Nomor 6, Senen, Jakarta Pusat. Di Sidang BPUPKI pertama, ada 12 anggota yang naik podium untuk memaparkan uraian. Salah satunya adalah Mohammad Yamin. Di depan sidang, ia memaparkan kelengkapan negara yang dibutuhkan Indonesia jika merdeka nanti. Pada sidang perdana inilah Mohammad Yamin merumuskan 5 asas dasar negara, yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Di hari ketiga sidang BPUPKI pertama, Mr. Soepomo juga membeberkan rumusan serupa yang diberi nama "Dasar Negara Indonesia Merdeka", yaitu Persatuan, Kekeluargaan, Mufakat dan Demokrasi, Musyawarah, serta Keadilan Sosial.
Baca juga:
Sidang BPUPKI hari terakhir atau tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno memperkenalkan 5 sila yang terdiri dari Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sekarang, banyaknya prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya," kata Bung Karno, dikutip dari Risalah BPUPKI (1995) terbitan Sekretariat Negara RI. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal, dan abadi," lanjutnya. Paparan Sukarno itulah yang kemudian dirumuskan sebagai Pancasila yang nantinya ditetapkan menjadi Dasar Negara Republik Indonesia. Tanggal 1 Juni 1945 kemudian diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Namun sebelum itu, tidak ada kesepakatan yang dapat diambil dalam rangkaian Sidang BPUPKI pertama tersebut. Bernhard Dahm dalam Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan (1987) mengungkapkan, terjadi silang pendapat antara kubu nasionalis dan kubu agamis. Salah satunya tentang bentuk negara, antara negara kebangsaan atau negara Islam.
Baca juga:
Baca juga
artikel terkait
SEJARAH BPUPKI
atau
tulisan menarik lainnya
Iswara N Raditya
Subscribe for updates
Unsubscribe from updates
Sidang BPUPKI merumuskan dasar negara Indonesia. |