Mengapa setiap keluarga harus melibatkan Allah dalam kehidupan mereka

Melibatkan Tuhan dalam Segala Hal

Julian Tamaka | | Spirit | 1 Komentar

Fokus Hidup Renungan ini mengajak kita untuk senantiasa melibatkan Tuhan. Setiap orang membutuhkan Tuhan, tetapi sikap dan cara hiduplah yang memperlihatkan bahwa ia selalu melibatkan Tuhan atau tidak. Artikel ini menjelaskan cara bagi kita agar selalu Tuhan dilibatkan dalam segala aktivitas kita.

Bacaan Nats:1 Samuel 13:5-14; Yakobus 4:13-17 Adapun orang Filistin telah berkumpul untuk berperang melawan orang Israel. Dengan tiga ribu kereta, enam ribu orang pasukan berkuda dan pasukan berjalan kaki sebanyak pasir di tepi laut mereka bergerak maju dan berkemah di Mikhmas, di sebelah timur Bet-Awen. (ayat 5) Ketika dilihat orang-orang Israel, bahwa mereka terjepit -- sebab rakyat memang terdesak -- maka larilah rakyat bersembunyi di gua, keluk batu, bukit batu, liang batu dan perigi; (ayat 6) malah ada orang Ibrani yang menyeberangi arungan sungai Yordan menuju tanah Gad dan Gilead, sedang Saul masih di Gilgal dan seluruh rakyat mengikutinya dengan gemetar. (ayat 7) Ia menunggu tujuh hari lamanya sampai waktu yang ditentukan Samuel. Tetapi ketika Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah rakyat itu berserak-serak meninggalkan dia. (ayat 8) Sebab itu Saul berkata: "Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu." Lalu ia mempersembahkan korban bakaran. (ayat 9) Baru saja ia habis mempersembahkan korban bakaran, maka tampaklah Samuel datang. Saul pergi menyongsongnya untuk memberi salam kepadanya. (ayat 10) Tetapi kata Samuel: "Apa yang telah kauperbuat?" Jawab Saul: "Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas, (ayat 11) maka pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku belum memohonkan belas kasihan TUHAN; sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran." (ayat 12) Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. (ayat 13) Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu." (ayat 14) (1 Samuel 13:5-14) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", (ayat 13) sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. (ayat 14) Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa (ayat 15-17) (Yakobus 4:13-17)

Tindakan dalam mengambil sebuah keputusan ketika diperhadapkan oleh dilema kehidupan, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun pergaulan, tentu dapat berdampak positif atau negatif. Dibutuhkan kebijaksanaan dan solusi yang tepat agar dapat menyelesaikan persoalan dengan baik.

Raja Saul dalam menghadapi situasi genting ketika bangsa Filistin akan menyerang bangsa Israel, ia membuat keputusan yang fatal. Seharusnya, ia menunggu Samuel untuk mempersembahkan korban terlebih dahulu sebelum berperang, namun ia memberanikan diri mempersembahkan korban kepada Tuhan.

Baca juga:Melihat dengan Mata Rohani, Fokus Iman yang Benar

Dipikirnya, apa yang dilakukan ini tidaklah salah, tetapi meskipun ia seorang raja, ia tidak berhak untuk mempersembahkan korban. Hal yang dilakukan oleh Saul ini, berdampak kepada takhtanya dan keluarganya, ia ditolak Tuhan.

Berbeda halnya dengan Salomo ketika ia diangkat menjadi raja oleh Daud, ia memulai mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai raja, dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud (1 Raj 3:3), yang tentunya mengajarkan ia untuk setia dan takut akan Tuhan.

Yang menarik disini, ketika Tuhan berfirman, Mintalah apa yang hendak kuberikan kepadamu.

Salomo tidak meminta harta kekayaan dan menjadi raja yang ditakuti oleh bangsa lain, namun ia meminta hikmat dan pengertian. Di awal pemerintahannya, Salomo telah melibatkan Tuhan dan ia pun disertai oleh Tuhan, kerajaannya berjaya.

Meskipun, akhirnya di kejayaannya, Salomo juga menyembah berhala karena pengaruh istri-istrinya (1 Raj 11:1-13), namun keberhasilannya karena ia melibatkan Tuhan.

Ada perbedaan jelas antara orang yang tidak taat dan melibatkan Tuhan, seperti halnya Saul dan Salomo. Mereka adalah dua orang yang berbeda dan dalam menyikapi persoalan yang dihadapi, mereka pun mengambil keputusan yang berbeda pula.

Jika Saul memilih tidak taat, Salomo memilih untuk melibatkan Tuhan. Jika Saul ditolak, Salomo mencapai kejayaannya. Maka, hal ini memberikan pelajaran berharga bagi kita, yaitu seharusnya kita melibatkan Tuhan dalam segala hal, sehingga jauh dari kemalangan.

Yakobus juga menasihatkan kepada jemaat Tuhan, untuk tidak melupakan Tuhan dalam perencanaan. Sebab, sehebat dan sebaik apapun perencanaan kita, yang menentukan itu bukanlah kita, melainkan Tuhan. Oleh sebab itu, Yakobus mengajarkan bahwa sebenarnya harus berkata, Jika Tuhan menghendakinya.

Baca juga:Hidup yang Berserah

Hal ini, menunjukkan bahwa apapun yang menjadi mimpi atau kerinduan kita di masa yang akan datang, jika Tuhan menghendaki maka itu akan terjadi. Maka, kita perlu melibatkan Tuhan.

Melibatkan Tuhan sangat diperlukan dalam perjalanan iman kita, agar kehendak-Nya yang terjadi. Jika kita melibatkan Tuhan dalam segala hal, maka bukan Tuhan yang diuntungkan, tentunya adalah kita, agar kita tetap berjalan dalam rencana-Nya dan memiliki kerendahan hati.Libatkanlah Tuhan dalam segala perkara!

DOA
Bapa, aku mau melibatkan Engkau dalam segala hal, ajarku untuk selalu berjalan dalam rencana-Mu dan biarlah kehendak-Mu yang jadi. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.


(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan ini, tanpa seijin penulis)

Jika Anda merasa diberkati dengan artikel Melibatkan Tuhan dalam Segala Hal ini, bagikanlah ke sosmed (Facebook, Twitter, Linkedin, dll.) Anda.

Like (Sukai) juga Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINIuntuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.

Dan bergabunglah juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI.

Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah artikel ini untuk menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.

Bagikan Sekarang:

  • Tweet
  • WhatsApp
  • Telegram
  • Berbagi di Tumblr
Tags:Kesetiaan, Ketaatan, Melibatkan Tuhan, Renungan

Related Posts

  • Paradigma Alkitabiah; Awal dari Pembaharuan Iman
    Tidak ada komentar |
  • Kemarahan Bergejolak? Ini Pentingnya Menguasai Diri
    Tidak ada komentar |
  • Menteri Terbaik Dunia! Ukirlah Prestasi Iman Maksimal
    Tidak ada komentar |
  • Masuk Dalam Rencana Tuhan, Inilah Saatnya
    1 Komentar |

About The Author

julian JT.

Lulusan S1 Teologi di STT Lintas Budaya Jakarta. Berkarya dalam tulisan renungan Kristen, pengkhotbah, web content, dan pengajar. Quote: "Fokus hidup orang percaya sejatinya ialah menjadi serupa dengan Kristus."

Video

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA