Mengapa sebuah negara mengalami defisit neraca pembayaran internasionalnya?

Mengapa sebuah negara mengalami defisit neraca pembayaran internasionalnya?
Ilustrasi - MediumTermNotes.com

Neraca perdagangan (Balance of Trade/BoT)  adalah perbedaan antara nilai semua barang dan jasa yang diekspor dan diimpor dari suatu negara dalam periode waktu tertentu. Pengertian secara singkat neraca perdagangan adalah selisih nilai total ekspor suatu negara dikurangi dengan nilai total impornya. Terdapat dua situasi dalam neraca perdagangan, yaitu situasi neraca perdagangan surplus dan defisit. Neraca perdagangan menjadi komponen terbesar dalam neraca pembayaran (Balance of Payment/BoP) karena menjadi indikator untuk mengukur seluruh transaksi internasional.Defisit neraca perdagangan yang semakin membesar menimbulkan kekhawatiran semakin memburuknya  perekonomian dalam negeri. Perdagangan di sektor jasa dan pembayaran penghasilan ke luar negeri (termasik deviden) merupakan faktor penyumbang terbesar defisit tersebut. Kontraksi ekspor yang terus berlanjut kian menambah  kecemasan menghadapi prospek ekonomi domestik yang penuh ketidakpastian. Seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan penurunan harga komoditas, nilai ekspor Indonesia dari Januari sampai dengan September 2019 mengalami penurunan sekitar 8,00 persen dibanding periode yang sama di tahun 2018, yaitu sebesar 124,17 miliar dolar AS. Menurut BPS (2019) setidaknya ada dua faktor yang paling mempengaruhi penurunan kinerja dagang. Pertama, melambatnya pertumbuhan perekonomian global. Kedua, harga komoditas yang masih berfluktuasi, di antaranya harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP).Defisit neraca perdagangan yang sering disebut juga defisit neraca transaksi berjalan yang terus berlanjut akan menjadi penghalang bagi perekonomian Indonesia untuk tumbuh lebih cepat. Dampak serius yang ditimbulkan oleh melebarnya defisit neraca perdagangan di antaranya  adalah  pelemahan nilai tukar rupiah dan meningkatnya inflasi. Besarnya impor yang melebihi ekspor akan memperburuk posisi cadangan devisa karena kewajiban membayar jauh lebih besar daripada hak yang diterima dalam bentuk valuta asing. Berkurangnya cadangan devisa di dalam negeri menimbulkan kelangkaan mata uang asing di dalam negeri, dan selanjutnya akan memicu menurunnya nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Pelemahan mata uang rupiah ini mendorong kenaikan harga barang, terutama barang-barang impor yang akan memicu tingginya inflasi. Dampak yang mengikuti meningkatnya harga-harga ini adalah penurunan daya beli masyarakat, dan apabila terus berlanjut akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir bulan September 2019 tercatat sebesar 124,3 miliar dolar AS, mengalami penurunan dibanding bulan  Agustus 2019. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan 7,2 bulan belanja atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi besarnya cadangan devisa ini masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan berkurangnya penempatan valuta asing perbankan di Bank Indonesia, merupakan sebab utama penurunan cadangan devisa ini.Salah satu upaya pemerintah mempersempit defisit neraca transaksi berjalan adalah dengan mendongkrak kinerja ekspor, meskipun disadari bahwa upaya ini tidaklah mudah karena situasi perekonomian global yang masih lesu. Di samping peningkatan kinerja ekspor, pemerintah juga tetap mempertahankan terjaganya pertumbuhan ekonomi domestik. Untuk menyikapi situasi perekonomian terkini, salah satu yang dilakukan oleh Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral adalah melakukan pelonggaran moneter. Kebijakan moneter longgar diharapkan akan meningkatkan likuiditas perbankan yang selanjutnya akan meningkatkan kredit yang disalurkan kepada dunia usaha dan masyarakat. Dengan demikian kinerja ekspor dapat ditingkatkan dan pertumbuhan ekonomi akan tetap terjaga. Inflasi domestik yang relatif rendah antara bulan Januari sampai September 2019 yang sebesar 2,20 persen memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk tetap melakukan pelonggaran yang sudah dimulai sejak bulan Juni 2019. Rapat Dewan Gurbernur (RDG) Bank Indonesia pada pertengahan September 2019 yang mengambil keputusan menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-Rate) sebesar 25 basis points (bps) atau 0,25 persen, patut untuk diapresiasi. Suku bunga acuan BI menurun menjadi berada di level 5,25 persen dari 5,50 persen, dan diharapkan diikuti oleh penurunan suku bunga industri perbankan. Keputusan ini tidaklah mudah karena harus disadari bahwa menurunnya suku bunga, akan membawa resiko terjadinya pelarian modal (capital flight) dari Indonesia. Hal ini merupakan fenomena yang lumrah karena investor akan selalu membawa uangnya ke tempat yang lebih menguntungkan. Keputusan bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang beberapa saat lalu menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 1,75 persen sampai 2 persen, secara tidak langsung juga menguntungkan Indonesia setidak-tidaknya dalam menahan terjadinya pelarian modal.Langkah Bank Indonesia dalam keputusannya menurunkan bunga acuan secara gradual merupakan langkah yang tepat, karena tidak menimbulkan guncangan yang berarti bagi perekonomian. Penurunan yang gradual ini merupakan strategi yang terbaik untuk menjamin investor asing tetap merasa betah di Indonesia, di samping itu ketersediaan valuta asing dapat tetap terjaga dan nilai rupiah tetap stabil. Diharapkan situasi perekonomian di dalam negeri tetap dapat mendukung target pertumbuhan ekonomi ke depan di tengah situasi perlambatan ekonomi global.

*Penulis merupakan dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Neraca perdagangan adalah perbedaan antara nilai semua barang dan jasa yang diekspor dan diimpor dari suatu negara dalam periode waktu tertentu.

Neraca yang biasa disebut balance of trade ini merupakan adalah komponen terbesar dalam neraca pembayaran karena menjadi indikator untuk mengukur seluruh transaksi internasional.

Artinya, jika dalam satu tahun negara lebih banyak melakukan ekspor ketimbang impor, kondisi neraca perdagangan adalah surplus.

Sebaliknya, jika lebih banyak melakukan impor ketimbang ekspor, kondisi neraca perdagangan adalah defisit.

Setiap negara akan mempublikasikan laporan neraca secara berkala dalam tempo bulanan atau kuartal. Hasilnya akan diamati pemerintah, bank sentral, investor, spekulan, dan para pemain pasar lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan ekonomi.

Sebagai pebisnis di sektor ekspor impor perlu banget mengetahui seluk-beluk neraca perdagangan. Selain itu, proteksi bisnis dari gagal bayar pinjaman jika terjadi risiko dengan asuransi kredit.

Mengapa sebuah negara mengalami defisit neraca pembayaran internasionalnya?

Perbedaan neraca perdagangan & neraca pembayaran

Neraca perdagangan adalah bagian dari neraca pembayaran (balance of payment). Secara spesifik, itu masuk ke dalam bagian transaksi berjalan (current accounts). Sedangkan, seperti namanya, neraca pembayaran merangkum semua transaksi pembayaran antara sebuah negara dengan dunia.

Balance of payment terdiri dari dua komponen, yakni transaksi berjalan dan transaksi modal (capital accounts). Transaksi berjalan sebagian besar terdiri dari neraca perdagangan dan pembayaran pendapatan faktor. Sedangkan, komponen transaksi modal yang utama adalah investasi (baik investasi langsung maupun investasi portofolio).

Penjumlahan transaksi berjalan dan transaksi modal harus sama dengan nol. Jadi, jika neraca perdagangan sebuah negara adalah defisit, itu akan diimbangi oleh arus investasi masuk (surplus transaksi modal).

Defisit menunjukkan bahwa negara tersebut harus meminjam dari orang asing untuk menutupinya, mengarah pada arus masuk modal asing. Kondisi sebaliknya berlaku ketika negara tersebut mengalami surplus perdagangan.

Pengaruh neraca perdagangan terhadap perekonomian

Neraca perdagangan mempengaruhi variabel ekonomi lainnya. Pada bagian ini, saya fokus dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar karena perdagangan mempengaruhi secara langsung aktivitas produksi dalam negeri dan permintaan terhadap mata uang domestik.

Pengaruh neraca perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi

Ekspor merangsang pertumbuhan ekonomi domestik, yang mana diukur dari pertumbuhan PDB riil dari waktu ke waktu. PDB riil merepresentasikan nilai moneter produk yang diproduksi oleh perekonomian domestik, diukur pada harga konstan.

Jika ekspor meningkat, itu meningkatkan permintaan terhadap produk domestik dan mendorong perusahaan untuk meningkatkan output. Peningkatan produksi menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan di perekonomian domestik.

Sebaliknya, impor mengurangi PDB riil domestik. Ketika impor meningkat, itu merangsang produksi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan di negara mitra, bukan di perekonomian domestik. Oleh karena itu, ekonom merujuk impor sebagai kebocoran (leakages) di dalam sebuah perekonomian.

Selanjutnya, mari kita hubungkan antara ekspor, impor dan PDB. Di bawah pendekatan pengeluaran, ekonom merumuskan PDB sebagai berikut:

PDB = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + (Ekspor – Impor)

Dari rumus tersebut, anda dapat lihat ekspor berhubungan positif dengan PDB, sedangkan impor memiliki hubungan negatif. Ketika sebuah negara melaporkan peningkatan surplus perdagangan, maka itu mendorong PDB naik dan merangsang pertumbuhan ekonomi.

Mengapa sebuah negara mengalami defisit neraca pembayaran internasionalnya?

Pengaruh neraca perdagangan terhadap nilai tukar

Sebagaimana saya katakan sebelumnya, ekspor dan impor tidak hanya melibatkan barang dan jasa, tetapi juga mata uang berbeda sebagai alat pembayaran.

Kenaikan ekspor meningkatkan permintaan mata uang domestik, mengarah pada apresiasi mata uang domestik. Untuk membayar produk yang dibeli, pembeli di luar negeri harus mengkonversi mata uang mereka dengan mata uang domestik.

Oleh karena itu, ketika ekspor meningkat, itu mendorong permintaan yang lebih tinggi terhadap mata uang domestik. Apresiasi mengindikasikan daya beli mata uang domestik terhadap mata uang negara mitra menguat.

Sebaliknya, kenaikan impor meningkatkan permintaan mata uang negara mitra, mengarah pada depresiasi mata uang domestik. Peningkatan impor mendorong pembeli domestik untuk menjual mata uangnya dan menukarnya dengan mata uang negara mitra untuk membayar impor.

Peningkatan permintaan mata uang negara mitra meningkatkan harga (daya belinya) terhadap mata uang domestik. Itu mengarah pada depresiasi nilai tukar domestik. Sementara itu, negara mitra melihat mata uang mereka terapresiasi.

Ketika sebuah negara mengalami defisit perdagangan, nilai tukar cenderung terdepresiasi. Sebaliknya, surplus perdagangan akan mengarah pada apresiasi mata uang.

Tapi, efeknya mungkin hanya sementara, karena mekanisme harga akan menghasilkan efek yang berkebalikan.

Depresiasi membuat harga produk domestik menjadi lebih murah bagi pembeli di luar negeri. Itu seharusnya meningkatkan ekspor. Di sisi lain, impor menurun karena produk luar negeri menjadi lebih mahal. Itu akan mengarah pada apresiasi.

Efek sebaliknya berlaku ketika mata uang domestik terapresiasi. Ekonomi menggambarkan hubungan antara neraca perdagangan dengan nilai tukar ke dalam sebuah grafik yang kita sebut sebagai Kurva J.

Cara Hitung Neraca Perdagangan

Dalam menghitung neraca perdagangan, terdapat dua hal yang harus dimiliki yaitu nilai ekspor dan nilai impor. Tetapi, ada beberapa hal yang memengaruhi nilai tersebut yaitu:

  • Transaksi barang dan jasa, ini meliputi transaksi ekspor impor barang maupun jasa.
  • Transaksi modal, transaksi ini meliputi kredit perdagangan dari negara lain dan juga investasi langsung di luar negeri.
  • Transaksi satu arah, meliputi hadiah atau bantuan, karena dalam transaksi ini tidak mengharuskan pengembalian dana atau pembayaran.
  • Selisih perhitungan, ini merupakan sebuah rekening untuk penyeimbang antara kredit dan debit.
  • Lalu lintas moneter.

Pada dasarnya, ada rumus sederhana untuk menghitungnya, yaitu dengan mengurangi nilai ekspor dan nilai impor atas suatu barang dan jasa.

Neraca perdagangan = Ekspor – Impor

  • Ekspor adalah barang dan jasa yang dibuat di dalam negeri kemudian dijual kepada orang asing.
  • Impor adalah barang dan jasa yang dibeli penduduk suatu negara yang mana barang dan jasa tersebut dibuat di luar negeri.

Namun, ada celah yang menyebabkan penghitungan neraca menjadi tidak akurat. Salah satunya adalah perdagangan gelap.

Pasalnya, dalam perdagangan gelap, beberapa kegiatan transaksi tersebut hanya tercatat di satu negara, entah yang mengekspor atau yang mengimpor, sedangkan negara lainnya tidak. Hal itu menyebabkan akumulasi dari seluruh dunia menjadi tidak seimbang. Tips terkait neraca, gunakan aplikasi neraca keuangan untuk memudahkan perhitungan ini.

Mengapa sebuah negara mengalami defisit neraca pembayaran internasionalnya?

Surplus Neraca Perdagangan vs Defisit

Defisit neraca perdagangan adalah topik perbincangan yang selalu menarik untuk dibahas. Dalam praktiknya, neraca memiliki dua sifat, yaitu surplus dan defisit.

Nah, suatu negara dikatakan surplus apabila negara tersebut lebih banyak melakukan ekspor komoditi atau jasa daripada impor. Hal ini disebut juga sebagai surplus perdagangan. Sementara defisit terjadi saat nilai impor lebih tinggi daripada nilai ekspor, maka terjadilah defisit.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang 2019 defisit neraca perdagangan adalah US$3,20 miliar. Namun, angka tersebut masih lebih baik jika dibandingkan jumlah defisit pada tahun sebelumnya yang mencapai US$8,6 miliar.

Tentu kamu sering mendengar istilah surplus dan defisit. Namun, hal tersebut ternyata tidaklah terlalu signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian.

Surplus tidak selamanya baik, begitu pula juga defisit yang tidak selamanya menunjukkan tanda bahaya terhadap perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi sendiri pendorong utamanya adalah tingkat konsumsi masyarakat dan juga investasi.

Neraca Perdagangan Adalah Surplus Apabila…

Neraca perdagangan adalah surplus apabila pendapatan lebih banyak daripada pengeluarannya. Artinya, nilai ekspornya lebih besar ketimbang nilai impornya.

Surplus akan sangat dibutuhkan ketika perekonomian berada dalam fase resesi. Pasalnya, dalam keadaan tersebut, surplus perdagangan akan membantu dalam penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan permintaan atas suatu barang dan jasa.

Umumnya setiap negara membuat kebijakan ekonomi tersendiri untuk menghasilkan surplus. Salah satu kebijakan tersebut diimplementasikan dalam wujud proteksionisme perdagangan. Caranya adalah dengan melindungi industri dalam negeri melalui pengenaan tarif, kuota, atau subsidi impor.

Neraca Perdagangan Adalah Defisit, itu berarti…

Sebaliknya, neraca dikatakan defisit apabila nilai impornya lebih besar daripada nilai ekspornya. Tapi, hal ini tidak selamanya negatif.

Pasalnya, jika pemerintah membuka keran impor daripada ekspor, itu tandanya akan semakin banyak barang-barang di pasar. Hal ini jelas bisa mendorong persaingan usaha dan menjaga harga-harga barang tetap stabil.

Namun, kita juga perlu tahu bahwa defisit perdagangan dianggap sebagai suatu yang kurang menguntungkan bagi sebagian negara. Termasuk bisa menyebabkan kebangkrutan untuk bisnis-bisnis di sektor tertentu.

Jika negara terus-menerus menerima impor, kemungkinan terburuknya bakal membuat bisnis dan produk dalam negeri menjadi tidak memiliki nilai tambah.

Pada jangka panjang, akhirnya negara dengan defisit perdagangan yang tinggi akan menerapkan apa yang disebut merkantilisme, yaitu menghapus defisit perdagangan dengan segala cara.

Salah satu yang paling umum untuk dilakukan adalah dengan menetapkan tarif impor dan kuota impor yang sering kali diikuti dengan kenaikan harga konsumen.

Hal tersebut tentu akan memicu proteksionisme reaksioner dari mitra dagang negara sehingga kemungkinan terbesarnya perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi akan menurun.

Dampak defisit neraca perdagangan

Secara umum, defisit neraca menandakan bahwa perekonomian suatu negara cenderung melemah. Tentu saja akan ada dampak-dampak yang juga perlu ikut diperhatikan, seperti berikut ini.

  1. Pelemahan mata uang

Impor yang lebih tinggi ketimbang ekspor menjadi penyebab defisit. Rasio impor yang melambung bisa diartikan tingginya kebutuhan akan mata uang asing.

Dengan kata lain, Rupiah yang ditukarkan ke Dolar lebih besar ketimbang Dolar ditukar ke Rupiah. Turunnya permintaan terhadap Rupiah bikin nilai mata uang Indonesia tersebut melemah.

Bank Indonesia mau gak mau menggunakan cadangan devisa supaya bisa menahan laju pelemahan Rupiah kalau terus berlanjut.

  1. Meningkatnya inflasi

Pelemahan mata uang semisal Rupiah cenderung berujung pada naiknya harga barang-barang, terutama barang-barang impor.

Ujung-ujungnya inflasi naik dan daya beli masyarakat menurun. Inflasi yang terus berlanjut lama kelamaan dapat mengakibatkan perekonomian melambat, bahkan lumpuh nantinya.

  1. Suku bunga acuan naik

Naiknya suku bunga acuan merupakan dampak lanjutan dari defisit neraca. Sebab rupiah yang melemah cenderung mendongkrak angka inflasi.

Nyatanya, ada beberapa barang produksi dalam negeri yang selama ini bergantung pada bahan baku yang diimpor dari luar negeri.

Melemahnya rupiah membuat barang-barang tersebut memiliki harga jual yang tinggi karena menyesuaikan dengan harga bahan baku yang mahal.

Bank Indonesia pun mau gak mau menaikkan suku bunga acuan sebagai konsekuensi peningkatan inflasi. Melihat tingginya suku bunga, orang-orang pun lebih memilih menyimpan uangnya di bank.

  1. Investasi asing yang masuk berpotensi meningkat

Melemahnya nilai mata uang dilihat sebagai keuntungan bagi beberapa investor. Modal investasi yang mereka salurkan bisa lebih besar ketika ditukarkan ke mata uang negara tujuan. Dari modal tersebut, mereka bisa mengembangkan bisnisnya.

Selain itu, para investor bisa membeli surat utang, baik yang dijual negara maupun swasta, dalam jumlah besar. Kondisi ini tentunya menguntungkan buat negara tujuan investasi. Sebab modal-modal yang masuk mendorong perekonomian.

Seperti yang dikutip Investopedia, pemenang Nobel Milton Friedman berpendapat defisit perdagangan gak pernah berbahaya dalam jangka panjang. Sebab mata uang bakal selalu kembali ke negara itu dalam berbagai bentuk. Salah satunya melalui investasi asing.

Itu sebabnya kondisi defisit neraca ini memengaruhi harga saham. Apalagi saham yang bergerak di sektor terkait ekspor impor.

Pengaruh neraca perdagangan terhadap perekonomian

Balance of trade ini berpengaruh besar terhadap perekonomian suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) dan nilai tukar rupiah menjadi dua sektor yang paling rentan atas neraca tersebut.

Berikut ulasannya!

  1. Pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

Kegiatan ekspor mendongkrak pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini diukur dari pertumbuhan PDB riil dari waktu ke waktu.

Dengan meningkatnya ekspor, otomatis permintaan terhadap produk domestik sehingga mendorong perusahaan meningkatkan produksi. Peningkatan ini tentunya menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi.

Dengan keterkaitan komponen tersebut, terdapat rumus untuk menghitung PDB yaitu:

PDB = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + (Ekspor – Impor)

Dari rumus ini, terlihat kalau ekspor berhubungan positif (menambah) PDB, sedangkan impor sebaliknya. Jadi, negara yang mengalami surplus perdagangan akan mendorong PDB naik dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

  1. Pengaruh terhadap nilai tukar

Selain terhadap pertumbuhan ekonomi, neraca BooT ini juga memengaruhi nilai tukar. Kenapa berpengaruh?

Jadi, ketika terjadi ekspor impor, tentu mata uang yang digunakan sebagai alat pembayaran berbeda. Misalnya ketika mengekspor barang ke negara lain, pebisnis Indonesia akan menerima pembayaran dalam mata uang lain sesuai kesepakatan.

Begitupun ketika mengimpor, penjual dari negara lain biasanya akan meminta pembayaran dalam mata uang lain seperti dolar AS.

Jadi, pelaku impor maupun ekspor dalam negeri bakal menukar rupiah dengan mata uang lain. Di sinilah nilai tukar akan dipengaruhi neraca perdagangan. Jika penukaran rupiah ke mata uang dolar AS banyak, rupiah bisa terdepresiasi. Sebaliknya jika dolar AS ditukar ke rupiah, maka rupiah akan terapresiasi.

Ketika sebuah negara mengalami defisit perdagangan, nilai tukar cenderung terdepresiasi. Sebaliknya, surplus perdagangan akan mengarah pada apresiasi mata uang. Tapi, efeknya mungkin hanya sementara, karena mekanisme harga akan menghasilkan efek yang berkebalikan.

Faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan

  1. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan

Pertumbuhan ekonomi yang kuat meningkatkan standar hidup dan pendapatan penduduk suatu negara. Bisnis berekspansi, menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan dalam perekonomian.

Kondisi semacam itu akan mengarah pada peningkatan permintaan impor. Rumah tangga meningkatkan permintaan barang konsumsi dari luar negeri. Begitu juga, untuk mendukung produksi, bisnis juga akan meningkatkan permintaan terhadap barang modal dan bahan baku.

Sementara itu, ekspor tergantung pada kondisi perekonomian di negara mitra atau perekonomian global. Perekonomian global yang tumbuh kuat meningkatkan permintaan terhadap barang-barang domestik, merangsang peningkatan ekspor.

  1. Nilai tukar

Ketika nilai tukar sebuah negara terapresiasi, daya belinya terhadap mata uang asing menguat. Itu membuat barang-barang luar negeri relatif lebih murah sehingga merangsang permintaan impor. Sebaliknya, bagi pembeli di luar negeri, apresiasi membuat barang domestik lebih mahal, mengurangi ekspor.

Sementara itu, jika nilai tukar terdepresiasi, barang domestik menjadi lebih murah bagi orang asing. Ini mengarah pada peningkatan ekspor. Sebaliknya, barang impor menjadi lebih mahal bagi pembeli dalam negeri, mengurangi permintaan mereka terhadap impor.

Dampak perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan juga tergantung pada dua faktor lain, yakni:

  • Inflasi
  • Elastisitas permintaan produk

Ekonom biasanya menggunakan indikator nilai tukar riil untuk melihat pengaruhnya terhadap neraca perdagangan, alih-alih nilai tukar nominal. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang disesuaikan dengan perbedaan inflasi domestik dengan inflasi di negara mitra.

Karena inflasi mencerminkan rata-rata tingkat harga barang dan jasa di sebuah perekonomian, maka itu juga dapat mempengaruhi permintaan produk ekspor dan impor.

Sementara itu, elastisitas permintaan memberitahu anda seberapa responsif pembeli domestik dan di luar negeri ketika harga barang berubah (misalnya karena depresiasi). Jika mereka responsif (permintaan elastis), penurunan harga akan merangsang permintaan yang tinggi.

Katakanlah pembeli asing relatif responsif dengan perubahan harga barang domestik. Depresiasi membuat barang domestik menjadi lebih murah, merangsang mereka untuk meningkatkan permintaan secara cukup substansial.

Misalnya, jika harga turun 5%, maka permintaan mereka terhadap barang domestik akan meningkat lebih dari 5%. Sebaliknya, ketika mata uang domestik terapresiasi, permintaan mereka akan jauh berkurang.

  1. Daya saing produk

Daya saing produk di pasar internasional tergantung pada harga jual dan kualitas produk. Salah satu faktor kunci untuk harga jual adalah struktur biaya.

Harga input yang rendah memungkinkan bisnis domestik memiliki struktur biaya yang rendah. Mereka dapat menjual barang dengan harga murah, sehingga lebih kompetitif di pasar internasional. Inilah salah satu alasan mengapa China menjadi eksportir bersih terbesar dunia.

Sementara itu, kualitas tergantung pada diferensiasi produk. Produk yang terdiferensiasi memberikan produsen kekuatan pasar. Contohnya adalah barang modal berteknologi tinggi Jerman. Meski lebih mahal, pasar tetap meminatinya dan membuat Jerman menjadi salah satu negara dengan surplus perdagangan terbesar di dunia.

  1. Proteksi perdagangan

Proteksi perdagangan dapat berupa tarif atau hambatan nontarif. Contoh hambatan non-tarif adalah lisensi impor, lisensi ekspor, kuota impor, subsidi, pembatasan ekspor sukarela, persyaratan konten lokal, embargo, devaluasi mata uang, dan dumping. Dampak pada neraca perdagangan tergantung pada signifikansi dan jenis hambatan perdagangan.

Rekomendasi aplikasi anggaran dan invoice software dari Mekari Jurnal merupakan pilihan setiap perusahaan yang dapat digunakan untuk membantu perusahaanmu. Yuk coba gratis sekarnag!

Kategori : Bisnis

Artikel Sebelumnya

Artikel Selanjutnya

Mengapa sebuah negara mengalami defisit neraca pembayaran internasionalnya?

Bisnis

Keuntungan jadi Reseller dalam Bisnis yang Menguntungkan

Mengapa sebuah negara mengalami defisit neraca pembayaran internasionalnya?

Bisnis

Rekomendasi Bisnis Unik: Analisa Usaha dan Keuntungannya

Mengapa sebuah negara mengalami defisit neraca pembayaran internasionalnya?

Bisnis

Panduan Usaha Steam Motor dan Keuntungannya

Mengapa sebuah negara mengalami defisit neraca pembayaran internasionalnya?

Bisnis

Strategi Pemasaran Anda Gagal? Begini Cara Memperbaikinya!

Nama Lengkap

Email

Subscribe