Mengapa proses perdagangan di Nusantara pada masa Islam lebih memanfaatkan jalur laut dari pada daratan?

Jalur-Jalur Perdagangan di Dunia Islam

Banyak kota di dunia Islam memainkan peran penting dalam jalur perdagangan

Mengapa proses perdagangan di Nusantara pada masa Islam lebih memanfaatkan jalur laut dari pada daratan?
flicker.com
Eufrat
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jauh hari sebelumnya, masyarakat Muslim tak begitu memikirkan pembangunan infrastruktur semacam itu. Karenanya kebijakan Seljuk memperbaiki infrastruktur penunjang perdagangan menjadi penting.

Dahulu, masyarakat Muslim terbiasa bepergian dari satu kota ke kota lainnya menggunakan bagal, keledai, atau karavan yang ditarik unta. Jalan-jalan berdebu mereka lewati karena saat menuju tempat tujuan mereka mengarungi lautan padang pasir. Selain melalui jalur darat, alternatif lainnya memakai kapal laut. Kala itu pemimpin pemerintahan Islam belum menaruh perhatian lebih soal ini.

Baca Juga
  • Cara Seljuk Majukan Perdagangan dan Ekonomi


Karena perjalanan yang mengandalkan binatang tunggangan itu tak sepenuhnya bergantung pada jalanan, kuda dan unta mereka bisa melintasi sungai atau genangan air yang kadang kering atau pasang saat sedang terjadi banjir. Tapi, jelas James E Lindsay dalam bukunya, Daily Life in Medieval Islamic World, mengatakan, bukan berarti tak ada penggunaan infrastruktur transportasi sama sekali.

Di Baghdad dikenal dengan jembatan-jembatan pontoon yang berfungsi sebagai sarana penyeberangan di Sungai Tigris. Dari awal, karavan unta yang melintasi sahara antara Afrika Utara dan kota-kota perdagangan sepanjang Sungai Niger, serta sahara dari Maroko ke Mesir memainkan peran penting dalam jaringan perdagangan di dunia Islam.

Pedagang, termasuk juga jamaah haji, ada pula yang berasal dari Spanyol. Mereka yang tinggal di dekat dermaga di pantai-pantai Mediterania memilih menggunakan kapal laut kapan pun mereka bisa. Apalagi, angin dan air Mediterania tergolong tenang jika dibandingkan dengan Samudra India di mana perjalanan yang ditempuh dengan kapal lebih berbahaya.

Sementara itu, Sungai Nil, Tigris, dan Efrat menjadi sarana favorit yang digunakan masyarakat Irak serta Mesir kala bepergian. Ada satu hal yang menjadi catatan. Dengan fasilitas transportasi apa pun yang mereka gunakan, ada kekhawatiran yang menghantui mereka, yaitu rampok atau bajak laut. Oleh karenanya, merupakan sebuah tindakan bodoh jika bepergian sendirian.

Oleh sebab itu, banyak yang memilih untuk bepergian secara berombongan. Mereka mengutip pepatah Arab saat akan bepergian, "Teman seperjalanan lebih penting dibandingkan rute yang dipilih untuk mencapai tujuan."

  • dinasti seljuk
  • jalur perdagangan seljuk
  • ekonomi seljuk
sumber : Islam Digest Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Subscribe to Notifications