Mengapa proses PEMBENTUKAN karakter seorang wirausaha membutuhkan waktu yang cukup panjang

Pada suatu Negara yang sedang berkembang, peranan para wirausahawan tidak dapat diabaikan terutama dalam melaksanakan pembangunan. Mereka dapat berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal dengan mewujudkan gagasan-gagasan baru menjadi kegiatan yang nyata dalam setiap usahanya sehingga bangsa tersebut akan berkembang lebih cepat.

Indonesia sebagai negara besar yang  memiliki penduduk sekitar 230 juta masih sangat minim memiliki  wirausahawan. Berdasar data, hanya sekitar 0,18 % penduduk Indonesia dari total penduduk yang merupakan wirausahawan.  Padahal secara   konsensus, sebuah negara agar bisa maju, minimal harus memiliki wirausahawan minimal 2 % dari total penduduknya  (Hendro, 2011) . Peluang untuk tumbuhnya wirausahawan di negeri ini sebenarnya cukup besar, namun anehnya pengangguran dari waktu ke waktu justru makin meningkat. Salah satu penyumbang besar pengangguran dan terus mengalami peningkatan dari waktu kewaktu adalah mereka yang berstatus sarjana.  Dunia wirausaha menjadi pilihan ke 2 setelah menjadi karyawan, baik itu karyawan, PNS maupun swasta.

Melihat fenomena diatas maka pendidikan wirausaha dapat dilakukan sejak dini pada anak yaitu dengan tahapan pengenalan, bukan sebagai pelaku. Pendidikan kewirausahaan bagi anak  ialah pembentukan mental wirusaha. Karena dalam pendidikan wirausaha tidak sekedar mengajarkan anak tentang cara berbisnis. Lebih dari itu anak dilatih untuk memiliki mental dan karakter diri yang kokoh. Anak diajari untuk mengenali diri sendiri, mengendalikan emosi dan stres, mengelola waktu, komunikatif dan luwes dengan berbagai situasi, serta mampu memilih dan membuat keputusan. Membangun jiwa kewirausahaan pada anak usia dini lebih kepada bagaimana membangun sifat dan karakter yang mandiri, bertanggung jawab melalui pendidikan wirausaha secara teoritis maupun praktis, serta contoh konkrit, karena pembentukan mental memerlukan waktu dan proses panjang.

Karakter seorang anak dibangun melalui apa yang yang didengarkan, apa yang dilihat dan apa yang dirasakan. Pendengaran dan penglihatan adalah pintu masuk pelajaran sebelum masuk menempa hati nuraninya. Melalui seluruh indra yang manusia miliki inilah, akan muncul pembelajaranyang kuat terkait dengan apa-apa yang diterima oleh indra. Bila anak terbiasa dengan dunia wirausaha sejak kecil, maka karakter inilah yang akan muncul kelak ketika anak dewasa. Pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurship) lebih mengarah pada perubahan mental.  Mien Uno (dalam Martaja 2009) berpendapat bahwa untuk menjadi wirausahawan handal dibutuhkan karakter unggul yang meliputi; pengenalan terhadap diri  sendiri, kreatif, mampu berpikir kritis, mampu memecahkan permasalahan, dapat berkomunikasi, mampu  membawa diri diberbagai lingkungan, menghargai waktu, mampu berbagi dengan orang lain, mampu mengatasi stres, bisa mengendalikan emosi dan mampu membuat keputusan.

Mc Clallend (dalam Gymnstiar 2010) menambahkan ada beberapa karakter pokok yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, antara lain :

Harus memiliki kegiatan yang besar untuk mencapai suatu prestasi

Memiliki keinginan yang besar dalam bekerja demi mencapai sasaran yang ingin diciptakannya.

Menangani dan mengawasi sendiri apa yang dikerjakan

Bertanggung jawab baik secara moral, legal maupun mental

Mempunyai prinsip bahwa semua waktu baik dan sesuatu itu bisa.

  1. Mampu mengorganisasikan
  2. Memiliki keinginan mencapai hasil maksimal bagi usahanya.

Berwirausaha bukan hanya dunianya orang dewasa, tetapi juga bisa menjadi bagian dari dunianya anak-anak. Bedanya, berwirausaha pada anak-anak tidak bisa dijalankan sendirian, namun membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orang  dewasa, orangtua maupun guru. Anak-anak yang mengenal dunia wirausaha sejak dini, akan mendapati manfaat untuk bekal masa depan kelak. Pada tahapan usia dini, anak-anak yang belajar menumbuhkan pembelajaran wirausaha akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Kreativitas yang terlatih sejak dini, termasuk melalui berbagai kegiatan kewirausahaan menjadi modal utama produktivitas dan kemandirian anak ketika dewasa.

Menurut psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi (dalam Femina, No. 25/XXXVI.2008) bila ada seorang anak yang memiliki inisiatif untuk belajar berbisnis di usia dini, orang tua dan pendidik perlu memberi apresiasi gagasan itu. Inisiatif itu menunjukkan bahwa anak sudah mulai memiliki kecerdasan finansial. Kecerdasan finansial adalah kecerdasan untuk mengelola uang. Menambah pengahasilan dengan usaha seperti itu, bukanlah hal yang negative. Justru hal itu disarankan untuk dikenalkan kepada anak sejak dini. Mengajarkan anak soal menabung dan meanmbah pengahasilan merupakan suatu cara yang efektif untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan sejak dini.

Pembelajaran kewirausahaan pada diri anak tidak serta merta ada, tapi memerlukan latihan bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam aktivitas keseharian anak. Misalnya, membereskan  mainan selesai bermain, rajin sikat gigi sebelum tidur dan membereskan tempat tidur. Ini merupakan latihan berdisiplin, bertanggung jawab dan awal pengajaran tentang kepemilikan.  Latihan selanjutnya, mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi juga menabung, sedekah dan mencari uang.

Kegiatan anak di PAUD bersama guru dan teman sebayanya dapat dimaksimalkan dalam menanamkan pola pikir untuk menjadi  seorang wirausaha (entrepreneur). Hal – hal yang dapat guru lakukan antara lain memberikan fasilitas, metode mengajar yang kreatif, mengaitkan apa yang diajarkan dengan berpikir layaknya seorang wirausaha. Kelak ketika dewasa nanti anak akan terbiasa dengan kegiatan kewirausahaan dan yang terpenting lagi anak tidak akan takut mengambil resiko. Kegiatan sekolah yang berkaitan dengan kewirausahaan merupakan penyeimbang bagi anak untuk menerapkan  apa  yang  anak  peroleh  dari pelajaran yang diajarkan oleh guru misalnya ketika ada tema tumbuhan guru bisa mengajarkan cara menanam tumbuhan merawatnya sampai  bagaimana memanfaatkan tumbuhan.

Hal lain yang juga penting adalah dukungan dari orang tua kepada anak. Dukungan tidak hanya dapat berupa finansial tapi juga motivasi agar anak mau berpikir kritis untuk mengeluarkan ide. Bentuk motivasi  itu antara lain bisa berwujud ucapan selamat ketika tanaman yang dipelihara anak dapat tumbuh dan anak dapat memetik hasilny atau dorongan semangat untuk pantang menyerah.  Pengakuan dan dukungan dari orang tua akan menentukan perkembangan minat dan percaya diri anak. Sekolah sebagai wadah bagi anak mendapatkan ilmu dan menerapkan ilmunya untuk mengembangkan pembelajarankewirausahaan  anak, orang tua sebagai motivator bagi anak.

Sekolah dan orang tua merupakan kunci sukses dari program kewirausahaan pada anak usia dini.

Furqon Hidayatullah  (dalam  Gymnastiar, 2010) menambahkan bahwa mendidik karakter anak harus dilakukan secara kontinyu dan bertahap, akan membentuk karakter wirausaha yang kuat dalam diri anak.   Ada beberapa langkah yang dapat diajarkan kepada  anak yaitu a. membiasakan anak untuk mengungkapkan gejolak jiwanya dalam bentuk sesuatu yang tertulis baik berupa tulisan maupun gambar, b. mendidik anak  dengan kebaikan-kebaikan yang muncul dari dirinya sendiri sebagai hasil dari serapan anak terhadap lingkungan atau apa yang dilihat dari orang tua, guru dan teman-temannya c. membiasakan perbuatan baik yang sudah dilakukan, d. menjadikan kebiasaan itu menjadi karakter.

Penumbuhan pembelajaran kewirausahaan perlu ditumbuhkan sejak dini bukan hanya dalam dataran pembentukan kognitif dengan memberitahu anak tentang defenisi kewirausahaan, manfaatnya dan caranya. Tetapi kewirausahaan dapat diintegrasikan dalam tema pelajaran melalui kurikulum tersembunyi hal ini dapat dilakukan oleh guru secara kreatif pada saat pemberian materi (Primitia Yogi, 2011).

Dalam pengembangan program pembelajaran kewirausahaan bagi anak usia dini ini yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana proses pembelajaran kewirausahaan pada anak usia dini?

2. Bagaimana peran pendidik dan orang tua dalam pembelajaran kewirausahaan pada anak usia dini?

  1. Untuk mengetahui proses pembelajaran kewirausahaan pada anak usia dini.

2. Untuk mengetahui peran pendidik dan orang tua dalam pembelajaran kewirausahaan anak usia dini

Diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pelaksanaan pengembangan Program berkenaan dengan:

  1. Konsep penyelenggaraan Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini.

Pembentukan dan pembinaan Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini dalam rangka peningkatan kualitas layanan PAUD

Wirausaha adalah seorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau hidupnya. Bebas merancang, menentukan, mengelola, mengendalikan semua usahanya (Hendro 2011). Selanjutnya Norman  (2009) menambahkan  wirausaha adalah orang – orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak  dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses. Sedangkan wirausaha  menurut Joseph Schumpeter (1934) adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk : (1) memperkenalkan produk baru, (2) memperkenalkan metode produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri.

Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, pembelajaran dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain serta memiliki sikap mental dan pembelajaranyang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha. Meredith  (2002), mengemukakan nilai-nilai hakiki yang penting dari kewirausahaan adalah:

  1. Percaya diri (self confidence)

Merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis dan banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri.

  1. Berorientasi tugas dan hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah dan semangat berprestasi.

  1. Keberanian mengambil risiko

Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Pada situasi ini ada dua alternatif yang harus dipilih yaitu alternatif yang mengangung risiko dan alternatif yang konservatif. Pilihan terhadap risiko tergantung pada :

1) Daya tarik setiap alternatif

2) Kesediaan untuk rugi

3) Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal

Selanjutnya kemampuan untuk mengambil risiko tergantung dari :

  • Keyakinan pada diri sendiri
  • Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan
  • Kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realitis

Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran dan selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai.

  1. Berorientasi ke masa depan

Wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan, kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang ada sekarang.

  1. Keorisinilan : Kreativitas dan Inovasi

Wirausaha yang inovatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri :

  • Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik
  • Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya
  • Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan
  • Kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berpikir

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik anak dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.

Menurut Djatmiko (1998) pendidikan kewirausahaan perlu dikembangkan karena :

  1. Untuk mengembangkan, memupuk dan membina bibit atau bakat pengusaha sehingga bibit tersebut lebih berbobot dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir.
  2. Memberikan kesempatan kepada setiap manusia supaya sedapat mungkin dan menumbuhkan kepribadian wirausaha.
  3. Pendidikan kewirausahaan menjadi manusia berwatak dan unggul, memberikan kemampuan untuk membersihkan sikap mental negatif meningkatkan daya saing dan daya juang.
  4. Menumbuhkan cara berfikir yang rasional dan produktif.

Selain itu ada faktor – faktor yang mempengaruhi wirausaha seperti :

Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang mampu untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan tertentu.

Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaurh minat kepada sesuatu. Saat ada ketertarikan dari diri seseorang maka ada daya juang untuk meraih yang ingin dicapai. Dalam hal ini adalah ketertarikan untuk mau berwirausaha, maka anak akan mempunyai minat untuk berwirausaha.

Berkaitan dengan lingkungan keluarga, maka peran keluarga sangat penting dalam menumbuhkan minat anak. Orang tua merupakan pendidik pertama dan sebagai tumpuan dalam bimbingan kasih saying yang utama. Maka orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian terhadap seseorang anak. Dengan demikian mengingat pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga maka pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat mempengaruhi apa yang diminati anak.

Keluarga yang memainkan peranan penting dalam menghasilkan  keputusan untuk memulai usaha sendiri. Menumbuhkan pembelajaranwirausaha akan lebih efektif  apabila ditanamkan sejak usia dini. Lihatlah misalnya di China, mereka sudah mendidik anak-anaknya sejak usia kanak-kanak untuk menjadi wirausaha yang memiliki mental yang baik, cerdas dan kreatif, rajin bangun pagi, memiliki semangat, pandai menguasai masalah, memiliki pembelajaranpantang mundur dan percaya diri. Tanggungjawab, kreativitas dan mampu menegambil keputusan adalah sifat yang akan muncul pada anak jika pembelajaranwirausaha ditumbuhkan sejak dini. Sifat tersebut merupakan modal bagi keberhasilan hidup anak saat dewasa kelak.

Lingkungan mempunyai peran yang signifikan dalam pembentukan pembelajaran kewirausahaan. Di antara beberapa faktor lingkungan yang berperan besar dalam membentuk pembelajaran kewirausahaan adalah budaya. Tatkala kewirausahaan dianggap mulia dalam sistem nilai sebuah budaya, seorang wirausahawan mendapat tempat terhormat dalam budaya tersebut. Budaya tersebut akan menjadi tempat diproduksinya para wirausaha.Dengan kata lain bahwa apabila lingkungan telah menempatkan budaya wirausaha sebagai bagian dari pembentukan karakter, maka akan lahir usahawan-usahawan handal tidak lagi tergantung kepada orang lain tetapi dapat menciptakan lapangan kerja sendiri.

Pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Jadi pada dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan anak yaitu proses pendidikan di sekolah sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. Seorang guru dalam proses pendidikan juga dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada anak dalam menumbuhkan minatnya. Oleh karena itu menumbuhkan pembelajaran wirausaha (entrepreneurship) harus ditanamkan oleh pendidik di sekolah ketika anak-anak masih dalam usia dini. Kewirausahaan ternyata lebih kepada menggerakkan perubahan mental. Seperti pengenalan diri terhadap diri sendiri (selfawareness), kreatif, mampu berfikir kritis, mampu memecahkan permasalahan (problem solving), dapat berkomunikasi, mampu membawa diri di berbagai lingkungan, menghargai waktu, empati, mau berbagi dengan orang lain ,mampu mengatasi stres, bisa mengendalikan emosi dan mampu membuat keputusan. Karakter tersebut akan terbentuk melalui sebuah prose yang panjang. Dalam proses ini, orang tua mengambil peran, sekolah sebagai wadah menggodok pembelajaranwirausaha harus terus mendapat dukungan orang tua dan terus memberikan motivasi, contoh dan tindakan nyata dalam mengembembangkan pembelajaranwirausaha.

  1. Penerapan Pembelajaran Kewirausahaan Anak Usia Dini

Pembelajaran kewirausahaan pada anak  usia dini dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu  komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)  dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.  Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek seperti :

  1. Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Kegiatan belajar melalui bermain

Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses  pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua kegiatan belajar melalui bermain. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh kegiatan belajar melalui bermain yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian. Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua kegiatan belajar melalui bermain, maka penumbuhan nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penumbuhan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penumbuhan nilai-nilai lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua kegiatan belajar melalui bermain. Dengan demikian setiap kegiatan belajar melalui bermain memfokuskan pada penumbuhan nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik kegiatan belajar melalui bermain yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua kegiatan belajar melalui bermain pada langkah awal ada 6 (enam)  nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif, pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras. Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam kegiatan belajar melalui bermain dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua kegiatan belajar melalui bermain. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Sedangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan  materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

  • Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.
  • Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SK dan KD kedalam silabus.
  • Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
  • Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan kedalam RPP.

 Pembelajaran  Kewirausahaan dapat dilakukan  belajar melalui bermain sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.

Kegiatan pembelajaran kewirausahaan dapat dilakukan pendidik dengan cara :

  • Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka
  • Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengekspresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

Kegiatan pembelajaran kewirausahaaan direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik. Dalam program pembelajaran kewirausahaan, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘family day’ (dimana anak menjual hasil karyanya). dan orang tua terlibat langsung dalam kegiatan wirausaha (entrepreneur). Dalam membuat program “FAMILY DAYS”dimana ayah dan bunda terlibat dalam kegiatan sekolah diantaranya menampilkan pentas, hasil karya yang di buat anak serta berbagai makanan yang telah anak coba pada program masak-memasak, diharapkan orang tua bertanya proses pembuatannya sehingga titik berat kegiatan ini adalah bagaimana anak bisa menjelaskan pada orang dewasa karya yang telah mereka buat, dan juga mengajarkan pembelajarankewirausahaan bahwa apa yang telah mereka buat dapat mengahasilkan karya dan uang, dalam hal ini orang tua juga diminta untuk membeli hasil karya anak dan seluruh hasil penjualan ditabung sebagai kas kelas Pada saat family day yang mengundang adalah anak bukan pihak sekolah, anak – anak membuat surat undangan dan ditandatangani kesanggupan orang tua untuk hadir. Pada saat acara ini juga orang tua membantu program sekolah dalam kemampuan berkomunikasi dengan anak dan memaparkan kepada orang dewasa proses pembuatan suatu karya. Pada saat orang tua  membeli beberapa makanan yang di jual oleh anak –anak, terjadi transaksi secara ekonomi. Setelah semua dagangan habis terjual, setiap kelompok menghitung hasil usahanya, uang hasil tersebut disimpan dalam kas kelas dan dapat digunakan dalam kegiatan bersama.

Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan bertahap. Latihan wirausaha ini bukanlah sesuatu yang rumit. Bentuknya bisa sederhana dan merupakan bagian dari keseharian anak. Misalnya, toilet training untuk melatih anak yang masih ngompol. Tujuan akhirnya sampai anak mampu membuang kotoran di tempatnya, membersihkan kotorannya, dan memakai kembali celananya. Latihan itu dilakukan secara bertahap dan mengajarkan anak untuk bertanggungjawab.

Latihan lain, misalnya melatih anak untuk dapat membereskan mainan selesai bermain dan meletakkan mainan di tempatnya. Hal ini juga merupakan latihan untuk bertanggungjawab dan awal pengajaran tentang kepemilikan. Ini mainan saya diletakkan di sini. Ini mainan kakak, kalau mau pinjam, harus ijin dulu.

Latihan selanjutnya adalah mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Terangkan pada anak, dari mana uang yang dipakai untuk membiayai rumah tangga. Jelaskan bahwa untuk mendapatkan uang tersebut, orangtua harus bekerja keras. Uang hanya boleh dipakai untuk kebutuhan yang benar-benar perlu. Dengan demikian anak akan menjauhi sikap konsumtif.

Dalam mengajarkan anak mengelola uang, latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, namun juga menabung, sedekah dan mencari uang. Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtua terhadap aturan. Misalnya, saat mengajak anak berbelanja. Catat terlebih dahulu kebutuhan yang akan dibeli. Orangtua harus konsisten untuk tidak belanja di luar catatan belanja. Bila anak mengamuk meminta mainan atau barang kebutuhan lain di luar catatan, maka orangtua harus konsisten. Aturan itu harus sudah disepakati sejak awal.

Latihan seperti ini sudah dapat dilakukan sejak anak berusia dua tahun. “Jangan anggap anak tidak mengerti apa-apa dengan mengatakan ‘Ah, masih anak kecil’. Setelah anak diajarkan mengelola uang, tahap selanjutnya si anak mulai dapat diajarkan berbisnis kecil-kecilan. Biasanya bisa dilakukan pada usia sekolah. Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat diajarkan jual beli. Pada tahap ini anak diajarkan untuk mengenal usaha untuk mendapatkan sesuatu, dengan kata lain bisnis kecil-kecilan. Misalnya, anak bisa diajarkan menjual barang hasil karyanya, saperti es mambo, kue, dan lain-lain. “Ini tidak disarankan untuk dilatihkan, tapi sebenarnya bisa,”. Syaratnya, tahapan ini bisa dijalankan bila orangtua sudah mengajarkan cara mengelola uang terlebih dahulu. Sehingga anak sudah terbiasa untuk menabung dan mengatur uangnya dengan baik. Dengan demikian uang yang mereka dapat tak segera dihabiskan untuk hal-hal yang tak perlu.

Cara yang dipakai oleh David Owen, seorang penulis buku di Amerika Serikat, agaknya layak ditiru. Owen mengisahkan tentang bagaimana ia mampu mendorong anak-anaknya menjadi gemar menabung dan penuh perhitungan dalam membelanjakan uang. Ia membuat “Bank Ayah”, khusus untuk anak-anaknya. Prinsip yang dikembangkan dalam “Bank Ayah” adalah pemberian tanggungjawab dan kontrol keuangan secara penuh pada anak sebagai pengelola uang mereka sendiri. Uang anak adalah milik anak, bukan milik orang tua. Bahkan anak juga bebas mencari pendapatan di luar jatah uang saku yang telah mereka dapatkan.

Dalam hal ini “Bank Ayah” berperan dalam melakukan kontrol secara tidak langsung, yaitu dengan mengembangkan prinsip-prinsip perbankan seperti bonus yang dapat menarik minat akan untuk menambah saldo tabungan, juga saldo minimal, yang dapat membatasi jumlah pengambilan uang agar tidak terkuras habis. Dengan ini anak akan benar-benar bertanggungjawab dan berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.

“Bank Ayah” ala David Owen ini tidak cuma menjadi daya tarik anak untuk menabung. Lebih dari itu “Bank Ayah” dikelola sebagai sarana pembelajaran dari praktik ekonomi kepada anak dengan bahasa yang sederhana. Dengan sedikit improvisasi, Owen mengubah “Bank Ayah” ini menjadi media latihan berinvestasi pada anak-anaknya.

Jadi sejak dini pembelajaran kewirausahaan baik untuk ditanamkan. Inti dari kewirausahaan adalah bagaimana menanamkan cara untuk berusaha, memecahkan permasalahan dan bertanggung jawab penuh atas apa yang anak lakukan.

Prof. Iman Sukardi (2009) dalam hasil penelitiannya menemukan ada sembilan karakteristik yang sering ditemukan pada wirausaha yang berhasil yaitu :

Dalam berbagai situasi selalu memanfaatkan segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya demi tercapainya tujuan pribadi dalam berusaha.

Dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang tercapai sebelumnya.

Selalu berusaha untuk cepat menyesuikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar manusia. Aktif bergaul dan ikut terlibat dengan mereka yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari.

Tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai.

Percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, bahkan berkecendrungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi dengan optimisme untuk berhasil.

Selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam setiap kegiatan khususnya untuk mencapai keinginannya.

Dalam menghadapi berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi dan batas-batas kemampuan dalam berusaha sehingga kegiatannya menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuannya.

Terbuka terhadap gagasan, pandangan dan penemuan baru yang dapat dimaanfatkan serta cenderung melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari hasil pemikirannya.

Lebih senang bekerja sendiri, menentukan dan memilih cara kerja yang sesuai dengan dirinya. Dapat bekerja dalam kelompok selama mendapat kebebasan bertindak dan dalam mengambil keputusan.

Menurut Inspres No 1  dan 6 Thn 2010 ada 17 nilai kewirausahaan  yaitu :

NILAI DESKRIPSI
1.  Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas
2.  Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil berbeda dari produk/jasa yang telah ada
3.  Berani mengambil resiko Kemampuan seseorang untuk menyukai pekerjaan yang menantang berani dan mampu mengambil resiko kerja
4.  Berorientasi pada tindakan Mengambil inisiatif untuk bertindak ,dan bukan menunggu ,sebelum sebuah kejadian yang tidak dikehendaki terjadi
5.  Kepemimpinan Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap saran dan kritik,mudah bergaul,bekerjasama dan mengarahkan oranglain
6.  Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai hambatan
7.  Jujur Perilaku yang didasarkan upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dip[ercaya  dalam perkataan dan tindakan.
8   Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
9.  Inovatif Kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan
10. Tanggung    jawab Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya
11. Kerjasama Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya mampiu menjalin hubungan  dengan orang lain dalam melaksanakan tindakan dan pekerjaan
12. Pantang menyerah (ulet) Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah menyerah untuk mencapai  suatu tujuan dengan berbagai alternatif
13. Komitmen Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat seseorang ,baik terhadap dirinya maupun orang lain
14. Realistis Kemampuan menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/perbuatan
15. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan  yang selalu berupaya untuk mengetahui secara mendalam dan luas dari apa yang dipelajari,dilihat,dan didengar
16. Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul,dan bekerjasama dengan orang lain
17.Motivasi kuat untuk sukses Sikap dan tindakan selalu mencari solusi terbaik

Pendidikan Taman Kanak-kanak yang sering disebut TK merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini (PAUD) yang memiliki peran penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan TK merupakan jembatan antar lingkungan keluarga dengan masyarakat yang lebih luas yaitu sekolah dasar dan lingkungan lainnya.

Sebagai salah satu bentuk pendidikan anak usia dini, lembaga ini menyediakan program pendidikan dini, sekurang-kurangnya anak usia 4 tahun sampai memasuki jenjang pendidikan dasar. Istilah anak usia dini di Indonesia ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 14 menyatakan :

” Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membentuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

TK merupakan bentuk pendidikan anak usia dini yang berada pada jalur pendidikan formal, sebagai mana dinyatakan dalam Undang-undang Sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 “Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal benrbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat”.

TK adalah jenjang pendidikan formal pertama yang memasuki anak usia 4-6 tahun, sampai memasuki pendidikan dasar. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1990, tentang pendidikan prasekolah BAB I pasal 1 disebutkan; “Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar (Depdikbud, Dirjen         Dikdasmen,1994: 4).

Berdasarkan hal tersebut maka pendidikan prasekolah bertujuan untuk membantu meletakan dasar kearah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan tingkat penalaran anak didik serta perkembangan selanjutnya.

Pendidikan TK merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai sifat-sifat alami anak, oleh karena itu maka pendidikan taman kanak-kanak harus memberi peluang agar anak-anak dapat berkembang seluruh aspek kepribadiannya melalui proses bermain. Bermain merupakan prinsip yang melekat pada kodrat anak. Pendidikan anak usia dini khususnya Taman kanak-kanak TK adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada perkembangan seluruh aspek kepribadian anak, hal ini sebagaimana yang dikemukakan Anderson (1993), “Early childhood education is based on a number of methodicl didactic consideration the aim of  which is provide opportunities for development of children personality”. Arti terjemahan pandangan Anderson tersebut adalah pendidikan Taman Kanak-kanak TK memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini PAUD khususnya TK perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi aspek kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik (Suriansyah dan Aslamiah, 2011 : 23).

  1. Prototype/ Kerangka Berpikir

Dalam pelaksanaan ujicoba pengembangan program pembelajaran menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada anak usia dini yang menjadi kerangka berpikir adalah sebagai berikut :

Sasaran dalam program ini adalah warga belajar lembaga PAUD dengan rincian sebagai berikut :

  1. Warga belajar Taman Kanak-kanak (TK)
  • usia 5 – 6 tahun
  • mendapat ijin dari orang tua anak yang bersangkutan
  1. Pengelola
    • bersedia melaksanakan program pembelajaran
    • sabar
    • sehat jasmani dan rohani
  2. Pendidik
  • Pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan di bidang PAUD
  • Bersedia melaksanakan program pembelajaran
  • Menyenangi dunia anak
  • Sabar
  • Sehat jasmani dan rohani
  • Komunikatif
  • Kreatif dan inovatif
  • bersedia mengikuti program
  • bersedia menghadiri pertemuan periodik yang diprogramkan penyelenggara
  • bersedia menindaklanjuti program kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak pola pembiasaan di rumah

Bahan ajar yang digunakan adalah bahan belajar PAUD dimana kewirausahaan diintegrasikan  dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini dalam bentuk modul yaitu:

  1. Belajar menabung
  2. Kemandirian pada anak usia dini.
  3. Mari berternak ikan air tawar

Narasumber Teknis (NST) dalam program ini adalah para pelaku kewirausahaan di daerah sekitar tempat program dilaksanakan termasuk orang tua anak yang memiliki latar belakang pekerjaan sebagai pelaku kewirausahaan.

Waktu pelaksanaan program pembelajaran menumbuhkan kewirausahaan pada anak usia dini adalah selama 1 tahun ajaran yang dirancang dalam program tahunan lembaga dan  minimal 2 kali melakukan kunjungan ketempat wirausaha.

Sarana prasarana minimal yang harus dimiliki lembaga adalah :

  1. Ruang belajar PAUD
  2. Memiliki lahan/ halaman yang cukup untuk melakukan kegiatan  kewirausahaan

Metode pembelajaran yang digunakan adalah memasukkan kegiatan  kewirausahaan secara kreatif dalam materi pembelajaran yang akan diberikan guru.  Dengan cara;

  1. Anak-anak  diajak untuk bertanam tanaman muda, anak menanam, merawat sampai memanen sendiri, dan pada saatnya anak akan menjual hasil tanamannya kepada orang tua yang datang, kemudian uang hasil penjualan di tabung untuk menjadi uang kas kelas.  Dan setiap anak mempunyai catatan akan jumlah uang yang dihasilkannya.
  2. Mengunjungi tempat kegiatan kewirausahaan sambil berkarya wisata seperti peternakan sapi atau tempat pembuatan sirup markisa. Anak – anak akan melihat setiap proses dari kegiatan
  3. Anak dapat juga diajak mengunjungi tempat perbelanjaan atau swalayan. Terlebih dahulu anak-anak dibekali guru antara lain uang secukupnya dan catatan apa yang akan dibeli. Anak akan belajar menghitung, membayar, bahkan menerima kembaliannya. Peran guru dalam kegiatan ini sebagai pengawas dan motivator.
  1. Penilaian

Pengamatan, penugasan, unjuk kerja, percakapan/dialog, dan  laporan orang tua.

  • Dilakukan secara berkala, intensif, bermakna, menyeluruh, dan berkelanjutan
  • Pengamatan dilakukan pada saat anak melakukan aktivitas sepanjang hari.
    1. Secara berkala tim pendidik mengkaji-ulang catatan perkembangan dari sifat – sifat kewirausahaan anak
  • Melakukan komunikasi dengan orang tua tentang perkembangan anak yang berhubungan dengan kegiatan kewirausahaan.
  • Dilakukan secara sistematis, terpercaya, dan konsisten.
  • Memonitor semua aspek tingkat pencapaian perkembangan anak.
  • Hasil  Akhir
    1. Pendidik membuat kesimpulan dan laporan kemajuan anak berdasarkan informasi yang tersedia.
    2. Laporan perkembangan kemandirian anak disampaikan kepada orang tua dalam bentuk laporan lisan dan tertulis, disertai saran-saran yang dapat dilakukan orang tua di rumah.
    3. Mengadakan pertemuan dengan orang tua/keluarga untuk mendiskusikan dan melakukan tindak lanjut untuk kemajuan perkembangan tumbuhnya jiwa kewirausahaan anak usia dini.
    4. Penilaian mencakup:

Pendidik memiliki data kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan kewirausahaan setiap warga belajar sebelum mengikuti program  pembelajaran penumbuhan pembelajaran kewirausahaan anak usia dini.

Ada pencatatan dan dokumentasi dari kemajuan setiap warga belajar. Data di peroleh dari pendidik dan orang tua di rumah.

Evaluasi akhir pembelajaran program penumbuhan pembelajaran kewirausahaan anak usia dini.

Pembiayaan dalam pelaksanaan program pembelajaran kewirausahaan ini bersumber dari :

  1. Partisipasi orang tua
  2. Donasi dari pelaku usaha

Sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku

METODOLOGI PENGEMBANGAN

  1. Metode Pengembangan
    1. Pendekatan Research and Development (Penelitian dan Pengembangan)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan “Penelitian Pengembangan” (Research and Development). Menurut Borg and Gall (1989:782), yang dimaksud dengan program penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product”. Kadang kadang penelitian ini juga disebut ‘research based development’, yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, Research and Development juga bertujuan untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui ‘basic research’, atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan.

Dalam penelitian ini Research and Development dimanfaatkan untuk menghasilkan Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Pada Anak Usia Dini.  Penerapan Research and Development dalam penelitian ini bertujuan selain untuk memberikan perubahan, juga untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pengelola, orang tua PAUD,. Dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan di PAUD, skema atau program penelitiannya berisi outline tentang apa yang harus dilakukan si peneliti, mulai dari pertanyaan dalam mengeksplorasi data sampai pada analisis data finalnya. Struktur data lebih spesifik, yang memuat skema, paradigma-paradigma variabel operasional, dan melihat keterkaitan beberapa domain sehingga membangun suatu skema struktural sebagai tujuan penelitian. Perolehan data dapat dilakukan melalui eksplorasi, yaitu dengan cara menelusuri secara cermat berbagai dokumen yang terkait dengan fokus penelitian, wawancara yang bersifat luas dan mendalam, serta melakukan pengamatan mengenai aktivitas pembelajaran di PAUD yang menjadi lokasi ujicoba. Atas dasar itu disusunlah konsep strategis bagi pengembangan studi yang dilakukan, yaitu sebuah Pengembangan Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini sehingga mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi melalui penelitian ini.

Penelitian Pengembangan Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini sebagai upaya penyelenggaraan yang utuh dilaksanakan melalui dua bentuk kegiatan, yaitu;

  1. Eksplorasi yang bersifat kualitatif

Kegiatan eksplorasi secara kualitatif digunakan dengan asumsi bahwa dunia, realitas dan peristiwa yang terjadi sebagai obyek suatu studi tentang perilaku manusia dan fenomena sosial, seharusnya dipandang dengan cara bermacam-macam dan oleh orang yang berbeda-beda, serta dipahami melalui pendekatan humanistik (Nasution, 1988:12).

Sedangkan pelaksanaan eksperimen digunakan sebagai tahap implementasi atau uji coba Pengembangan Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini. Kajian penelitian yang digunakan dalam penelitan ini bersifat deskriptif analitik.

Hipotesa dalam penelitian ini tanpa menggunakan rumusan yang begitu ketat, walaupun adakalanya menggunakan hipotesa, namun bukan untuk diuji dengan statistik secara mendalam. (Singarimbun dan Efendi, 1987:4).

Sedangkan secara analitik, analisanya menggunakan metode yang bertujuan untuk menguji hasil secara statistik, dan hasilnya berfungsi untuk memperkuat jawaban secara deskriptif sesuai permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Secara umum kajian penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan, yaitu untuk mengetahui perbedaan antara peserta pembelajaran sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran keterampilan.

Dengan tidak mengurangi validitas proses dan temuan dalam penelitian ini, Research and Development yang dikembangkan Borg dan Gall (1989 :784), diadaptasi dan diadakan sedikit modifikasi maka pelaksanaannya dibagi dalam empat tahap :

Sebagai bentuk penelitian yang menggunakan desain deskriptif analitik, Tim Pengembang melakukan ekplorasi dengan mengumpulkan data deskriptif sebanyak mungkin dan menuangkannya dalam bentuk laporan dan uraian. Sedang kegiatan analitik dilakukan sepanjang proses penelitian. Seiring dengan kegiatan ekplorasi juga dilakukan kajian kepustakaan sesuai dengan topik yang akan diteliti seperti :

1) Mengkaji peraturan dan kebijakan tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan, peraturan yang terkait pembentukan dan pembinaan Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini dan menetapkan teori umum sebagai sandaran dalam pengembangan program

2)  Mengkaji dan menetapkan konsep dari teori-teori pokok sebagai dasar pembuatan program seperti; teori-teori PAUD, teori bermain, teori pengembangan diri. Kesemua teori tersebut dijadikan sebagai konsep pendukung dalam pelaksanaan penelitian. Dalam kajian kepustakaan juga dipelajari data-data sekunder dan laporan-laporan penyelenggaraan yang pernah ada sebelumnya, serta melakukan pengamatan secara umum terhadap berbagai permasalahan dan kebutuhan pembelajaran dilapangan. Hasil kajian ini diperoleh draft desain, kemudian didiskusikan dengan yang memiliki kaitan dengan pembelajaran PAUD yang akan dilakukan. Selanjutnya dikembangkan disain penelitian pengembangan program berdasarkan kerangka pemikiran dalam draft disain. Disain Penelitian Pengembangan Program kemudian diseminarkan dan divalidasi oleh para ahli, Praktisi, Mitra,  Kasi/Kasubbag dan Pamong Belajar dan dilakukan perbaikan sesuai masukan dari kegiatan seminar.

  1. Penyusunan Desain Program Konseptual.

Dalam menyusun desain program konseptual penyelenggaraan Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini dilakukan berdasarkan hasil studi pendahuluan. Desain program yang disusun dalam penelitian ini menerapkan pendekatan sistem pembelajaran dengan memperhatikan delapan komponen. Secara garis besar kedelapan komponen tersebut tercakup dalam tiga tahap yaitu:

  • Tahap perencanaan, Pada tahap perencanaan terdiri dari:
  1. Menentukan tujuan penyelenggaraan
  2. Menentukan menu pembelajaran dan analisis tujuan penyelenggaraan
  3. Menentukan kelompok Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini yang menjadi sasaran ujicoba

2) Tahap pelaksanaan, terdiri dari;

  1. a) Menetapkan jadwal kegiatan
  2. b) melakukan orientasi
  3. c) Pelaksanaan kegiatan

3) Pada tahap evaluasi menentukan 1 komponen, yaitu tumbuhnya Jiwa kewirausahaan pada anak usia dini

  • Tahap Validasi/Verifikasi Program Konseptual

Kegiatan validasi teori dan program kepada ahli, dan uji coba terbatas serta analisis prediktif dan sistemik terhadap hasil uji coba terbatas. Dengan demikian dapat diuji kelayakan sistem dari program yang akan diterapkan. Pengkajian program dilakukan sebelum kegiatan ujicoba dalam bentuk diskusi terfokus (FGD) dengan para ahli baik dari akademisi dan praktisi yang dilakukan dengan mendatangi atau mengunjungi para ahli.

Uraian kegiatan verifikasi program adalah:

  1. Melakukan validasi teoritis konseptual kepada para ahli ( Praktisi dan Akademisi)
  2. Melakukan uji kelayakan program konseptual kepada para ahli dan birokrat terkait seperti; Dinas Pendidikan dan Tim Akademisi
  3. Melakukan uji coba terbatas, mengenai terapan perangkat program yang representatif untuk diimplentasikan. Kegiatan ini dilakukan di lokasi ujicoba dalam bentuk orientasi kepada anggota Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini
  4. Melakukan analisis prediktif dan sistemik terhadap hasil uji coba terbatas, sehingga dapat diuji mengenai kelayakan program yang akan diterapkan, kelayakan fokus kajian, kelayakan kerangka program, dan kelayakan instrumen penelitian serta pengembangan program. Dari hasil kegiatan verifikasi oleh para pakar (akademisi dan praktisi), dan uji coba terbatas, dilakukan revisi yang antara lain berkenaan dengan cakupan dan relevansi isi program dengan penyelenggaraan Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini di lapangan. Revisi program konseptual selain dari para pakar atau praktisi, dan peserta, juga didukung oleh sumber-sumber bacaan berupa literatur maupun hasil penelitian sebelumnya yang dianggap relevan. Selanjutnya, program revisi siap untuk diimplementasikan atau diujicobakan kembali.
    • Tahap Implementasi Program.

Implementasi Pengembangan Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini dilakukan dengan menggunakan desain ekperimental semu atau Pre-Experimental Design satu kelompok dengan pre-test dan post-test. ( Borg & Gall, 1989:536, dan Fraenkel & Wallen, 1993:128) Tujuan penggunaan desain ini untuk menguji keefektifan program dan validasi program konseptual yang telah dihasilkan secara empirik. Pengujian keefektifan program dilakukan terhadap program konseptual yang dikembangkan sehingga dapat menjadi program empirik atau layak terap. Rumusan disain yang digunakan untuk menguji kefektifan program adalah dengan mengunakan disain penelitian. “One-Group Pretest-Posttest Design”. .Dalam kegiatan ujicoba tidak menggunakan kelompok kontrol. Disain ini dilakukan dengan membandingkan hasil pre-test dengan hasil post-test ujicoba  pada kelompok yang diujicobakan. Program ekperimen yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut :

Tabel 3.1: One-Group Pretest-Posttest Design

Pengukuran              Perlakuan                             Pengukuran

Eksperimen terhadap kelompok sasaran yaitu peserta Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini, dilaksanakan dengan menggunakan tiga tahapan yaitu:

  1. Perencanaan dan Persiapan; fase ini merupakan kelanjutan dari studi pendahuluan, atau dilakukan setelah melakukan studi awal. Dalam tahap ini dilakukan review atas hasil studi pendahuluan (awal). Beberapa rambu rambu pertanyaan dalam mereview adalah seperti ; apa yang harus dilakukan, tentang apa, siapa melakukan apa, dimana, kapan, dan bagaimana kegiatan itu dilakukan. Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan pendidik, dan pengelola, dan pada fase ini menghasilkan;
  2. Gambaran yang jelas tentang program penyelenggaraan dan pembelajarannya
  3. Garis besar terperinci dalam jadwal kegiatan pembelajaran,
  • Rencana pihak pihak yang akan dilibatkan dalam pengembangan program dan dalam pembelajaran,
  1. Metode yang akan digunakan dalam memonitor perubahan perubahan yang terjadi selama pelaksanaan ekperimen
  2. Gambaran awal tentang kejelasan data yang akan dikumpulkan.
  3. Pelaksanaan dan observasi; kegiatan pre-test dilakukan sebelum memulai kegiatan Program Pembelajaran Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini dengan jalan tes informal yaitu guru menyakan langsung kepada anak berdasarkan instrumen yang telah disiapkan,
  4. Evaluasi; hasil yang diperoleh dari hasil observasi dan monitoring merupakan bahan dasar yang digunakan untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan ekperimen. Kegiatan evaluasi terdiri dari kegiatan analisis, interpretasi, dan kejelasan (explanation) dari semua informasi yang diperoleh dari pengamatan. Setiap informasi yang diperoleh dikaji bersama praktisi atau ahli (termasuk lewat tulisan yang dipublikasikan). Informasi yang diperoleh diurai, dicari kaitan satu dengan lainnya, dikaitkan dengan teori tertentu atau temuan dari penelitian lain.

Langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian pada program dapat dilihat dalam bentuk alur di bawah.

Tahap. I         

Tahap. II

Tahap. III

Tahap. IV