Mengapa osteoporosis termasuk penyakit gangguan metabolisme pada tulang

Bagian ini berisi berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular - Berita, Advokasi, KIE, Penyuluhan, Sosialisasi, Pelatihan, Jejaring, Seminar, Pelaksanaan KTR, Pelaksanaan Posbindu PTM, dan berbagai kegiatan lain.

  • Subdit Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi
  • Subdit Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
  • Subdit Penyakit Kanker dan Kelainan Darah
  • Subdit Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik
  • Subdit Gangguan Indera dan Fungsional
  • Subbagian Tata Usaha

Kesehatan tubuh bukan hanya tentang bebas dari virus dan bakteri, namun juga bebas dari penyakit yang menyerang alat gerak, termasuk osteoporosis. Istilah osteoporosis mengacu pada sebuah kondisi dimana tulang kehilangan massa mineralnya sehingga keropos, menipis dan mudah patah4. Meskipun sering diidentikkan dengan penyakit wanita, nyatanya pria juga bisa terserang osteoporosis meskipun memang kasusnya terbilang jarang5. 

Perlu diketahui bahwa pencegahan osteoporosis harus dilakukan sejak usia 30an karena pada masa itu kepadatan tulang berada di tingkat maksimalnya. Setelah lewat 30 tahun, kepadatannya akan berangsur menurun secara alami sehingga harus ditunjang dengan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup.
Kekurangan asupan kalsium yang dibutuhkan oleh tulang menjadi penyebab utama kasus osteoporosis terutama di Indonesia. Selain masalah malnutrisi ini, ada juga beberapa faktor pemicu lainnya yang perlu diwaspadai:4,5

  • Usia atau proses degeneratif, dimana semakin tua usia seseorang metabolisme dan kesehatan tubuh mulai menurun termasuk kondisi kesehatan tulang
  • Penurunan hormon estrogen (pada wanita menopause dan pasca menopause), serta testosterone pada pria
  • Riwayat penyakit osteoporosis dalam keluarga
  • Merokok serta mengonsumsi alkohol, soda, kafein
  • Underweight atau berat badan tidak proporsional
  • Pola makan tidak sehat (termasuk gangguan makan seperti anoreksia nervosa)
  • Diet rendah kalsium dan vitamin D
  • Mengonsumsi obat-obatan jangka panjang yang dapat memengaruhi kekuatan tulang
  • Penyakit yang menyerang kelenjar penghasil hormon
  • Gangguan kesehatan pada usus yang tak mampu menyerap nutrisi
  • Memiliki penyakit akibat peradangan pada organ tubuh seperti rheumatoid arthritis atau penyakit paru obstruktif kronis
  • Kurang melakukan aktivitas fisik rutin, misalnya olahraga

Fakta yang lebih mengejutkan adalah osteoporosis biasanya tidak terdeteksi sampai muncul gejala retak atau patah tulang, terutama di pergelangan tangan, tulang panggul dan tulang belakang. Itulah sebabnya penyakit ini juga disebut sebagai silent thief yang diam-diam mengambil kalsium dari tulang. Kerusakan tulang ini sayangnya tidak bisa disembuhkan apalagi jika terjadi di tulang panggul, yang tentunya mengurangi kualitas hidup penderitanya.

Lebih jauh lagi, data dari Kemenkes RI tahun 2006 menyebutkan kejadian patah tulang karena osteoporosis sekitar 200 dari 10.000 kasus yang mayoritas penderitanya berusia 40 tahun. Dengan alasan inilah pemerintah semakin gencar mengampanyekan Gerakan Masyarakat Sehat atau GERMAS supaya orang berusia 30 tahun ke atas hingga lansia bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dan sehat. Apalagi WHO memprediksi di tahun 2050 nanti angka kejadian patah tulang pinggul bisa naik hingga 2 atau 3 kali lipat pada wanita dibandingkan pria.

Selain mengenai data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di atas, ada juga berbagai mitos seputar osteoporosis yang beredar di masyarakat. Mitos tersebut tidak sepenuhnya benar dan juga tidak sepenuhnya salah sehingga Anda musti selektif dalam memahaminya.

1. Osteoporosis hanya menyerang wanita1,2,3

Ini adalah mitos belaka karena nyatanya pria juga bisa lho, mengalami pengeroposan tulang terutama saat lansia kendati kasusnya memang tidak sebanyak pria. Penuaan akan mempengaruhi kadar hormon seksual yang juga mempengaruhi kesehatan tulang, yaitu testosterone pada pria. Jika saat muda sembrono menjalani hidup dengan gaya hidup tidak sehat, bukan tidak mungkin di usia 70an pria juga akan mengalami kemerosotan kepadatan tulang.

2. Osteoporosis menyerang wanita menopause1,2,3

Hormon memang memberikan pengaruh besar pada pengeroposan tulang. Saat memasuki fase menopause kadar estrogen pada wanita akan berkurang sehingga kepadatan tulangnyapun ikut merosot. Namun perlu diketahui bahwa hormonal bukan satu-satunya penyebab. Ada berbagai faktor lain yang berkontribusi dalam terjadinya osteoporosis seperti yang sudah disebutkan di atas, misalnya berat badan kurang, diet tidak seimbang, merokok hingga faktor genetika. Jadi, bahkan jauh sebelum menopause osteoporosis mungkin terjadi, alias bisa menimpa siapa saja.

3. Osteoporosis hanya menyerang lansia1,2,3

Tubuh yang membungkuk, tulang yang lemah dan rapuh, serta rentan fraktur memang menjadi pertanda konkret osteoporosis. Namun, tidak semua lansia mengalami kondisi tersebut karena semua tergantung dari gaya hidup sehat yang sudah dilakukan sejak muda. Pun dengan orang dewasa paruh baya, osteoporosis juga bisa menjadi momok menakutkan terutama setelah memasuki usia 30an. Pengeroposan tulang sebenarnya adalah proses alami setelah menginjak usia kepala 3, namun sebaiknya hal ini diantisipasi supaya penyakit tulang menjauh pergi.

4. Osteoporosis tidak bisa disembuhkan1,2,3

Seperti yang sudah disebutkan di awal, patah tulang di beberapa bagian tubuh bisa menimbulkan cacat permanen yang artinya sudah tidak bisa diperbaiki. Meskipun lebih sering dibahas tentang bagimana cara mengcegah osteoporosis, gangguan kesehatan ini bukannya tidak bisa disembuhkan apalagi di fase awal. Obat-obatan penguat tulang yang diberikan oleh dokter plus tambahan suplemen kalsium yang dilengkapi dengan vitamin C, vitamin D dan vitamin B6 akan membuat tulang lebih sehat dan kepadatannya terpelihara.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Sebelum osteoporosis menyerang ada baiknya untuk memeriksa densitas tulang dengan melakukan DEXA test atau tes kepadatan tulang lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejak dini bila pengeroposan nampak terjadi sehingga penanganan yang tepat bisa segera diberikan.

Selain dengan melakukan tes untuk deteksi dini, jangan lupa sejak usia 30an perbanyak olahraga dan seimbangkan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh terutama pada makanan dengan kalsium tinggi seperti susu, sayuran hijau dan daging merah. Bila perlu, penuhi kebutuhan harian dengan mengonsumsi suplemen yang sudah dilengkapi dengan kalsium, vitamin D dan berbagai vitamin pendukung lainnya supaya resiko osteoporosis bisa ditekan.

Artikel ini ditinjau oleh:
Tim Konsultan Medis Medical Advisor Bayer Consumer Health Indonesia

Pilih dan Dapatkan

CDR yang Tepat Untukmu

Penuhi kebutuhan kalsium untuk tulang sehat.