mengapa kita perlu menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari di rumah

mengapa kita perlu menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari di rumah

Oleh. Heti Kusihatini, S.Pd. guru SDN 2 Kalilumpang Kec. Patean Kab. Kendal, sekolah mitra PINTAR Tanoto Foundation.

Pembelajaran di rumah saat pandemi Covid 19 memberi ruang yang cukup untuk memberdayakan siswa dan guru dalam kegiatan membaca dan menulis. Waktu luang yang berlimpah belum tentu bisa dimanfaatkan secara maksimal. Para siswa lebih asyik bermain ponsel pintar dibandingkan dengan kegiatan membaca apalagi menulis. Di sisi lain, sebagian siswa terlalu nyaman dengan budaya lama yaitu asyik dengan budaya lisan. Kendala tersebut perlu diatasi. Karena itu sudah saatnya budaya membaca dan menulis ditumbuhkembangkan. Salah satunya supaya mampu membendung derasnya isu-isu di dunia digital.

Berkaitan dengan isu toleransi yang sedang menjadi topik hangat di berbagai media, bahkan Mas Menteri sampai berkolaborasi dengan kementerian lain untuk mengaturnya (Jawapos, 4 Februari 2021), maka penting sekali bagi pendidik untuk mengingat kembali penanaman sikap dan karakter implementasi nilai-nilai tersebut dalam pembelajaran. Apalagi Indonesia terkenal memiliki nilai-nilai luhur yang terkulminasi dalam Pancasila.

Menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada anak sejak dini akan dibawa sampai dewasa nanti. Terlebih pada saat berbagai informasi marak bertebaran di dunia maya. Nilai Pancasila ini berfungsi sebagai benteng, agar anak-anak kita tidak mudah lupa dengan budaya negeri ini. Media yang digunakan bisa beraneka ragam. Salah satunya yaitu berbentuk media visual.

Media visual seperti gambar dapat berbicara lebih banyak daripada seribu kata. Gambar sarat dengan makna simbolis dan mampu menghadirkan kesan yang mendalam (impressive). Gambar bagi anak merupakan sebuah bentuk visualisasi gagasan, imajinasi, pikiran, pendapat, harapan, dan cita-citanya. Ketika anak membuat gambar illustrasi, dia menghadirkan gambaran nyata karakter, situasi, dan emosi/ perasaan dalam cerita yang dibuatnya.

Dalam pembelajaran di sekolah dasar media gambar sangat baik digunakan dan diterapkan sebagai media pembelajaran karena gambar cenderung sangat menarik hati dan minat siswa sehingga muncul motivasi dan curiousity (rasa ingin tahu yang besar) terhadap materi yang dipelajari.

Melalui pengamatan yang telah dilakukan, kebanyakan siswa yang diampu oleh penulis cenderung lebih banyak bergerak, lincah dan tidak bisa berdiam diri lebih lama di tempat duduknya. Berkaitan itu, penulis mencoba mengasah kemampuan siswa dalam membuat komik pembelajaran sebagai cara agar siswa yang tidak pandai dalam menuangkan cerita dalam bentuk tulisan, akan lebih menyenangi proses menuangkan gagasan tertulis namun dalam bentuk lain. Contoh bentuk ini adalah komik.

Membuat komik bisa menjadi solusi agar siswa benar-benar mengalami pembelajaran yang bermakna, terlebih dalam penerapan Pancasila sehari-hari sehingga siswa dapat mengambil contoh dari penerapannya di lingkungan masing-masing.

Semisal pada materi kelas VI Tema 1, Selamatkan Makhluk Hidup, Sub Tema 3 Ayo Selamatkan Hewan dan Tumbuhan. Berawal dari tanya jawab dan diskusi tentang pengalaman dan pengamatan siswa tentang tumbuhan, hewan, dan lingkungan sekitar. Kemudian, siswa diminta untuk memberi contoh penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-sehari terkait dengan tumbuhan/ hewan di sekitarnya.

Langkah selanjutnya guru menyampaikan pertanyaan lebih spesifik tentang apa saja yang telah dilakukan siswa atau perlakuannya terhadap hewan peliharaan dan tumbuhan di sekitar lingkungan rumahnya. Beragam jawaban dari siswa bermunculan. Di antaranya dengan tidak berburu hewan liar sembarangan, memberi makan, menyiram bunga, dan memberi pupuk tanaman. Hal inilah yang menjadi topik menarik dalam diskusi tentang penerapan nilai-nilai Pancasila.

Diskusi pun dilanjutkan dengan memberi kesempatan setiap siswa untuk menceritakan secara lisan bagaimana cara mereka merawat dan menjaga ekosistem. Siswa nampak sangat antusias bercerita. Setelah itu, guru mulai menunjukkan beberapa bentuk komik sederhana dan meminta pendapat siswa berkaitan dengan komik tersebut.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, siswa mengidentifikasi bermacam-macam permasalahan yang berkaitan dengan sikap atau perilaku terhadap tumbuhan atau hewan di sekitar. Permasalahan yang sering terjadi di antaranya kelalaian dalam merawat hewan atau tumbuhan di lingkungan rumah dan kurangnya pemahaman hubungan kesinambungan yang saling membutuhkan antara manusia dengan alam. Inilah yang kemudian dituangkan kedalam alur gambar yang bercerita.

Dalam tahap ini siswa dibimbing guru untuk mengembangkannya dalam sebuah ilustrasi sketsa gambar sederhana. Di sini siswa mengilustrasikan pengalaman dan hasil pengamatan menjadi gambar-gambar imajinatif sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing.

Contohnya komik milik Nurli Vitaytul Lutviani. Berawal dari pengalamannya menangkap kupu-kupu yang indah dan ingin dimilikinya, dia membuat komik tentang perlakuan manusia terhadap kupu-kupu. Diceritakan olehnya bagaimana dia ingin memiliki kupu-kupu dengan menangkap dan memasukkan ke dalam kantong plastik. Tujaunnya agar dia selalu bisa melihat dan dekat dengan kupu-kupu tersebut. Namun oleh ibunya, Nurli diberi pengertian agar membebaskan kupu-kupu tersebut untuk hidup bebas. Alasannya agar bisa hidup harmoni dengan makhluk hidup lain, salahsatunya membantu penyerbukan pada bunga. Maka di bagian akhir komiknya, Nurli menambahkan pesan pentingnya memelihara ekosistem.

Sketsa-sketsa gambar tersebut kemudian dilengkapi dengan dialog sederhana, sesuai alur cerita yang sudah dirancang di awal. Setelah gambar sudah lengkap dengan dialog, dilanjutkan pemberian warna agar komik semakin menarik dan enak untuk dibaca. Hasil komik siswa dikirimkan ke group WA, sehingga bisa menjadi bahan belajar bagi yang lain. Siswa akan mengenal beragam penerapan sila-sila Pancasila dari bacaan komik hasil siswa lain.

Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara luring dengan tatap muka terbatas. Mengingat sekolah dan tempat tinggal siswa berada di daerah pelosok kebun karet di daerah Kalilumpang. Dengan pembelajaran ini siswa selain belajar menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya mereka juga berliterasi dalam pembelajaran. Pembelajaran menjadi menarik dan berhasil efektif. Pembelajaran dengan cara ini, menggali pengalaman sekaligus mengembangkan sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

*Artikel ini telah tayang di Koran Radar Pekalongan tanggal 9 Februari 2021 halaman 5. Pada Kolom Opini Guru Hebat dan Inovatif Kolaborasi Tanoto Foundation dan Radar Pekalongan dengan judul Belajar Mengamalkan Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari dengan Komik