Mengapa ishak disebut sebagai anak tunggal

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia tela mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Kita tentu tahu bahkan sudah hafal ayat ini. Di sini dinyatakan bukti kasih Allah bahwa Allah tidak segan-segan merelakan Anak yang tunggal supaya semua manusia mendapatkan hidup yang kekal. Di sinilah kita memahami bukti kasih Allah.

Kasih dalam Alkitab selalu identik dengan pengorbanan. Kata “kasih” pertama muncul dalam Kejadian 22:2, Firman-Nya, “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”

Kita bisa membayangkan bagaimana ketika Abraham membawa anaknya ke atas gunung. Hatinya pasti sedih karena anak yang tunggal, anaknya yang dikasihinya mesti dia bunuh demi menjalankan firman Allah. Apalagi saat bersiap untuk membunuh anaknya, Abraham pasti takut, sedih, dan sangat menderita. Tapi kemudian Allah tidak membiarkan putra Abraham terbunuh, di detik-detik terakhir Allah menyediakan pengganti Ishak. Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran ganti anaknya (Kejadian 22:13). Kemudian Abraham menamai tempat itu “Adonai-Yireh”, TUHAN menyediakan (Kejadian 22:14).

Tuhan menyediakan, sejak kejadian Ishak inilah kita mempercayai bahwa Allah menyediakan subsitusi atau pengganti yang akan menanggung seluruh dosa manusia. Pengganti itu ialah Yesus Kristus, yang tidak berdosa namun rela mati untuk menanggung seluruh dosa. Tidak hanya itu saja, kisah Ishak juga menjadi bayangan seorang yang taat dan rela mengorbankan dirinya untuk menaati perintah Allah. Ishak rela dikorbankan oleh ayahnya Abraham untuk dapat menaati firman Allah. Yesus pun rela menderita dan mati di kayu salib untuk menaati perintah dan rencana Allah.

Anak yang Tunggal

Anak yang tunggal

Baik Yesus dan Ishak sama-sama dikatakan “Anak yang tunggal“. Apa yang dimaksud anak yang tunggal? Bukankah anak Abraham ada dua Ishak dan Ismael? Bagaimana kita memahami makna anak yang tunggal ini?

Saksi Yehovah sering menggunakan Yohanes 3:16 secara literal (baik bahasa Inggris dan Indonesia) dan mengatakan bahwa Yesus hanyalah anak, berarti ciptaan dan bukan pencipta, bukan Allah. Lalu bagaimana kita menjelaskan Yesus anak tunggal Allah? Jawabannya sebagai berikut. Penulis kitab Yohanes menggunakan bahasa Yunani dalam menulis isi kitab ini dan mari kita melihat kata Yunaninya.

Dalam bahasa Yunani, “anak yang tunggal” ditulis “monogenes“. Mono=satu, genes=jenis, dan monogenes berarti satu jenis. Monogenes tidak menunjukkan sifat anak sebagai keturunan, namun sifat anak yang sama dengan bapaknya, sama dengan orangtuanya. Kata monogenes dipakai bukan menunjukkan siapa Bapa dan siapa Anak, lalu memisahkannya menjadi dua pribadi yang terpisah fisik, namun menunjukkan keduanya yang sama. Dalam bahasa Indonesia gampangnya monogenes dipakai untuk menunjukkan anak kuda yang punya sifat sama dengan kuda, anak gajah sifatnya sama dengan gajah, punya belalai, kupingnya panjang, dan sebagainya.

Penjelasan di atas juga bisa dipakai untuk menjelaskan kasus Ishak yang dikatakan anak tunggal Abraham. Kalau bicara anak tunggal secara literal, Ishak bukan anak tunggal, Abraham memiliki dua orang anak secara fisik. Yang pertama Ismael dan yang kedua Ishak (saat Ishak dikorbankan), dan anak-anak Abraham lain yang lahir di kemudian hari. Ishak adalah anak tunggal dalam pengertian, Ishak adalah anak yang dijanjikan Allah yang lahir dari rahim Sara. Saat berbicara tentang anak yang tunggal (anak perjanjian antara Abraham dan Allah), Abraham paham betul bahwa Ishak adalah yang diminta Allah untuk dikorbankan. Ishak adalah anak tunggal Abraham. Hal ini juga ditegaskan dalam Ibrani 11:17-18.

Anak yang tunggal: istilah ini menunjukkan kesamaan sifat antara Anak Allah dan Allah. Dan kita memahami kasih Allah sebab Allah rela mengorbankan Anak yang tunggal bagi penebusan dosa kita.

Sumber gambar: Pinterest
Bahan Bacaan:

Recommended for you

Tagged with: Mengenal Yesus, Teologi

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Abraham (Ibrahim) adalah bapaknya bangsa-bangsa di dunia. Bangsa-bangsa yang ada saat ini sebagian besar lahir dari kedua anaknya, yatiu Ismael dan Ishak. Hal ini sesuai dengan yang dijanjikan Tuhan pada Kitab Perjanjian Lama bahwa Tuhan akan memberikan keturunan kepada Abraham dengan keturunan yang sangat banyak seperti bintang di langit.

Dikisahkan bahwaAbraham menjelang usianya yang mendekati 90 tahun belum juga dikaruniai keturunan. Istrinya, Sara dinyatakan mandul. Pada saat itu Sara memiliki seorang budak wanita dari Mesir yang kemudian diberikannya kepada Abraham untuk dijadikan istri. Budak itu bernama Hagar. Hal ini dimaksudkan agar Abraham memiliki keturunan.

Pada usianya yang ke-86 tahun, Abraham memiliki keturunan yang pertama yang diberi nama Ismael. Dan kepada Ismael, Tuhan memberikan keturunan yang sangat banyak. Keturunannya tidak dapat dihitung karena banyaknya. (Kejadian 16)

Kemudian pada usia yang ke-99 tahun, Abraham menerima perintah Tuhan untuk berkhitan. Begitu juga Ismael, dia berkhitan pada usia yang ke-13 tahun. (Kejadian 17)

Kelahiran Ishak terjadi saatAbraham menginjak usia ke-100 tahun. Keajaiban datang setelah (menurut Al Kitab) Tuhan datang kepada Abraham menyerupai bentuk manusia. Saat itulah Sara dapat memberikan keturunan kepada Abraham, meskipun sangat tidak masuk akal baginya.

Jadi jarak usia antara Ismael dan Ishak kira-kira 13-14 tahun.

Abraham memiliki 2 orang anak dari dua istri, Ismael dari istri bernama Hagar dan Ishak dari istri bernama Sara. Hagar memiliki anak tunggal bernama Ismael dan Sara memiliki anak tunggal bernama Ishak.

Namun pada Surat Kejadian 22 tentang Kepercayaan Abraham Diuji, saya mendapatkan keganjilan tentang siapa yang akan dipersembahkan sebagai persembahan kepada Tuhan. Disana Tuhan menunjuk (berfirman),  “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak,…”

Yang membuat saya bingung “anakmu yang tunggal itu” sama dengan “Ishak”. Padahal di ayat-ayat sebelumnya dikisahkan tentang kelahiran kedua anak Abraham (Ismael dan Ishak).

Otak saya coba berfikir, bahwa selama sekitar 13 tahun Abraham memiliki seorang anak tunggal bernama Ismael (sebelum Ishak lahir). Coba kita kiaskan sebagai berikut:

Ada orang tua yang memiliki seorang anak. Ketika dia ditanya, “siapa anak ini?” Orang tua tersebut akan menjawab, “ini Si Fulan, dia adalah anak tunggal saya”? Apa alasannya? Karena anak tersebut tidak memiliki kakak juga adik.
Beberapa tahun kemudian anak tersebut memiliki seorang adik, jelas anaknya bukan anak tunggal lagi. Baik anak pertama maupun anak kedua. Anak yang dinyatakan tunggal oleh orang tuanya menjadi anak pertama, dan adiknya adalah anak kedua.

Yang jadi pertanyaan saya, sebenarnya “anak tunggalmu” yang dimaksud pada ayat di atas adalah siapa? Kalau Ishak tidak mungkin, apa mungkin Ismael? Jika saja ada keterangan usia Abraham saat persembahan mungkin teka-teki ini terjawab.

Jika usia Abraham saat persembahan antara 86 tahun s.d. 99 tahun berarti yang dimaksud “anak tunggalmu” adalah Ismael. Namun, jika usia Abraham saat persembahan di atas 100 tahun berarti tidak ada anak tunggal lagi bagi Abraham. Jika dipaksakan dengan nama Ishak, berarti yang dimaksud pada ayat tersebut menjadi “anak tunggalmu dari Sara”.

Bingung!!!

Lalu saya baca Kejadian 21 tentang Abraham Mengusir Hagar dan Ismael. Firman Tuhan, “…, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.” Saya jadi bertanya-tanya, apa mungkin Tuhan memberlakukan tindak deskriminatif pada hamba-hambanya? Iman dalam hati saya mengatakan "TIDAK MUNGKIN" Tuhan berbuat seperti itu, bukankan Dia Maha Adil dan Maha Bijaksana...

Meskipun Ismael lahir dari seorang “hamba sahaya” namun secara keturunan dia tetap anak pertama dari Abraham. Ismael menjadi anak tunggal selama kira-kira 13 tahun...

Mungkin Kompasianer ada yang bisa bantu saya? Kalau ada “SCRIPT” aslinya dari Surat Kejadian 22, paling tidak dapat memperkuat “IMAN” saya dan jadi makin “CERAH”. Terima kasih…

Abraham mempunyai 2 anak, yaitu Ismael dan Ishak.

Keturunan Ishak nanti menjadi bangsa Israel.

Apa benar keturunan Ismael nanti menjadi bangsa Arab?

Apa benar bahwa agama Islam berasal dari Ismael anak Abraham?

Jika ya, Kenapa agama Islam berbeda dengan agama Yahudi? bukankah mereka (Ismael dan Ishak) berasal dari satu ayah. Apakah Abraham mengajarkan agama yang berbeda kepada anaknya (Ismael dan Ishak)?

[Dari Katolisitas: pesan ini digabungkan, karena satu topik]:
maaf… saya tidak tahu apa benar saya harus bertanya ini ke katolisitas. karena saya rasa ini bukan pertanyaan yang berhubungan dengan iman Katolik. tapi saya coba saja tanya ke Katolisitas, siapa tahu Katolisitas bisa menjawab.

Jawaban:

Shalom Alexander,

Untuk menanggapi pertanyaan anda, saya mengacu kepada artikel karangan Sam Shamoun, yang menurut hemat saya sangat baik dalam menjabarkan secara obyektif tentang topik ini. Silakan anda membacanya sendiri selengkapnya, di link ini, silakan klik.

Umat Islam dan Kristiani sama- sama menghormati Bapa Abraham, namun keduanya berbeda pandangan tentang siapa anak yang dikurbankan oleh Abraham. Umat Islam menganggap bahwa yang dikurbankan adalah Ismael, sedangkan umat Kristiani menganggap Ishak-lah anak yang dikorbankan.

Umat Islam umumnya mendasari pandangan mereka atas ayat Kej 22:2; Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” Mereka beranggapan karena Ismael adalah anak tunggal Abraham selama 13 tahun sebelum Ishak lahir, maka anak yang disebut dalam Kej 22:2 ini adalah Ismael. Namun sebenarnya, ayat- ayat Al Qur’an sendiri tidak ada yang menyebutkan secara eksplisit siapakah nama anak Abraham yang dikorbankan ini.

Sedangkan Kitab Suci jelas menyebutkan secara eksplisit bahwa anak yang dikorbankan ini adalah Ishak, demikian:

“Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal…” (Ibr 11:17)

“Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?” (Yak 2:21)

Kita ketahui bahwa umat muslim beranggapan bahwa Kitab Suci telah ‘diselewengkan’ (terutama oleh Rasul Paulus) sehingga yang harusnya Ismael, kemudian dituliskan sebagai Ishak. Namun anggapan ini tidak benar, sebab jika kita membaca Kitab Suci, bahkan dari Perjanjian Lama itu sendiri kita ketahui bahwa anak perjanjian itu adalah Ishak:

1. Ishaklah yang menjadi anak satu- satunya yang dijanjikan Allah, sebab Allah berjanji bahwa anak perjanjian itu akan lahir dari Sarah- bukan wanita yang lain (lih. Kej 17:15-21). Hal ini juga tercantum dalam Qur’an (Surah 11:69-73, 37:112-113, 51:24-30). Ismael tidak pernah disebut sebagai anak perjanjian.

2. Ishak dikandung secara mukjizat atas ibu yang sudah tua dan mandul dan ayah yang juga sudah tua, dan inipun disebut dalam kitab Qur’an (lih. Kej 17:15-17, 18:9-15, 21:1-7; Gal 4:28-29; Surah 11:69-73, 51:24-30). Ismael dikandung tanpa melibatkan mukjizat dari Tuhan.

3. Tuhan berjanji bahwa keturunan Ishaklah yang akan mewarisi tanah yang dijanjikan kepada Abraham (Kej 13:14-18; 15:18-21; 28:13-14). Ismael tidak mempunyai bagian di dalam tanah perjanjian yang dijanjikan kepada Abraham.

Untuk alasan- alasan inilah Ishak disebut sebagai anak tunggal Abraham sebab Allah menganggap Ishak sebagai anak satu- satunya yang dijanjikan Allah kepada Abraham.

Selanjutnya silakan anda membaca langsung di artikel karangan San Shamoun tersebut, bagaimana beberapa scholar dari kalangan muslim sendiri mempunyai pandangan berbeda- beda tentang hal ini. Muhammad H. Haykal dalam bukunya The Life of Muhammad, menulis dalam perikop, Siapakah anak yang dikorbankan? [tentang Ishak dan Ismail], demikian, “Qur’an sendiri tidak menyebut nama anak yang dikorbankan, sehingga para ahli sejarah di kalangan muslim berbeda pendapat dalam hal ini….” (Muhammad H. Haykal, The Life of Muhammad, trans. Isma’il Raji al-Faruqi [Islamic Book Trust Kuala Lumpur/American Trust Publishers, 1976], pp. 24-25; cf. online edition)

Atau seorang Muslim scholar bernama, Shaykh Hamza Yusuf dari Zaytuna Istitute, menyatakan:

“Ini adalah anak yang diberikan kepada Abraham, dan terdapat perbedaan pendapat tentang siapakah anak ini. Mayoritas scholar di abad- abad terakhir mengatakan bahwa ia adalah Ismail, namun banyak dari scholar di abad- abad terdahulu mengatakan ia adalah Ishak…. Hal ini seharusnya tidak menjadi bahan perdebatan antara umat beriman, itu bukan inti dari ceritanya. Keduanya adalah pendapat yang valid/ sah. (Shaykh Yusuf, There is No Calamity if there is Certainty; audio source)

Menarik untuk disimak adalah hasil studi dari salah seorang ahli sejarah Muslim yang bernama Al-Tabari, yang mengumpulkan data tentang siapakah anak yang dikorbankan ini menurut para ahli sejarah. Ia mengutip pandangan banyak ahli sejarah dari kalangan muslim yang juga menyebutkan bahwa anak tersebut adalah Ishak (silakan membaca selengkapnya di link artikel karangan Sam Shamoun tersebut). Akhirnya Tabari mengambil kesimpulan demikian:

As for the above-mentioned proof from the Quran that it really was Isaac, it is God’s word which informs us about the prayer of His friend Abraham when he left his people to migrate to Syria with Sarah. Abraham prayed, ‘I am going to my Lord who will guide me. My Lord! Grant me a righteous child.’ This was before he knew Hagar, who was to be the mother of Ishmael. After mentioning this prayer, God goes on to describe the prayer and mentions that he foretold to Abraham that he would have a gentle son. God also mentions Abraham’s vision of himself sacrificing that son when he was old enough to walk with him. The Book does not mention any tidings of a male child given to Abraham except in the instance where it refers to Isaac, in which God said, ‘And his wife, standing by laughed when we gave her tidings of Isaac, and after Isaac, Jacob’, and ‘Then he became fearful of them’. They said. ‘Fear not!’ and gave him tidings of a wise son. Then his wife approached, moaning, and smote her face, and cried, ‘A barren old woman’. Thus, wherever the Quran mentions God giving tidings of the birth of a son to Abraham, it refers to Sarah (and thus to Isaac) and the same must be true of God’s words ‘So we gave him tidings of a gentle son’, as it is true of all such references in the Quran.” (Al-Tabari, The History of al-Tabari, Vol. II, Prophets and Patriarchs (trans. William M. Brenner), ( State University of New York Press, Albany 1987), p. 89).

Melihat adanya fakta tersebut di atas, maka tepatlah jika kita meyakini kebenaran yang tertulis dalam Kitab Suci bahwa anak perjanjian yang dikurbankan oleh Abraham adalah Ishak. Memang umat muslim mempunyai alasan tersendiri mengapa mereka beranggapan bahwa akan yang dikurbankan adalah Ismail. Namun kita umat Kristiani percaya bahwa yang dikurbankan adalah Ishak karena memang itulah yang secara eksplisit tertulis dalam Kitab Suci. Selanjutnya, memang banyak ahli berpendapat bahwa keturunan Ismael melahirkan bangsa Arab; dan Ishak menurunkan bangsa Israel. Tetapi apakah agama Islam lahir dari Ismael itu sebenarnya membutuhkan studi lebih lanjut, mengingat bahwa agama Islam sendiri baru lahir pada sekitar abad ke-7.

Demikian, Alexander, yang dapat saya tuliskan menanggapi pertanyaan anda. Semoga berguna.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA