Jakarta - Globalisasi merupakan fenomena khusus terus-menerus dalam peradaban manusia global. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi mempercepat proses globalisasi. Apa saja dampak positif globalisasi dan dampak negatifnya? Show
Globalisasi ditandai dengan kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi yang memengaruhi sektor politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain, seperti dikutip dari jurnal Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Indonesia oleh Nurhaidah dan M. Insya Musa, Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Syiah Kuala. Dampak Positif Globalisasi1. Perubahan Tata Nilai dan SikapAdanya globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi 3. Tingkat Kehidupan yang lebih BaikDibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. 4. Penguatan Supremasi Hukum dan Perlindungan HAMGlobalisasi dapat mendukung kehidupan bangsa Indonesia melalui penguatan supremasi hukum, demokratisasi, dan tuntutan terhadap dilaksanakannya hak-hak asasi manusia. Globalisasi juga mendukung peningkatan regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang-undangan yang memihak dan bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak. Globalisasi juga memengaruhi penguatan tuntutan terhadap tugas-tugas penegak hukum yang lebih profesional, transparan, dan akuntabel. 5. Adaptasi Etos Kerja dan KemandirianGlobalisasi bidang sosial budaya dapat mendukung adaptasi peningkatan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional, sportif, dan lain-lain. 6. Perluasan Peluang Pasar Perdagangan Luar NegeriLiberalisasi perdagangan barang, jasa layanan, dan komoditas lain melalui globalisasi di bidang ekonomi sektor perdagangan memberi peluang kepada Indonesia untuk ikut bersaing di pasar perdagangan luar negeri, terutama hasil pertanian, hasil laut, tekstil, dan bahan tambang. 7. Operasi Produksi Perusahaan Asing di IndonesiaGlobalisasi bidang ekonomi sektor produksi menyebabkan munculnya kecenderungan perusahaan asing memindahkan operasi produksiperusahaannya ke negara-negara berkembang dengan pertimbangan keuntungan geografis. Di satu sisi, dampak globalisasi ini membuka lapangan kerja pagi penduduk. Dampak Negatif Globalisasi1. Pola Hidup KonsumtifPerkembangan industri yang pesat di tengah globalisasi membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Ketersediaan ini dapat memicu masyarakat tertarik mengonsumsi barang dengan banyaknya pilihan. 2. Sikap IndividualistikKemudahan yang ditawarkan teknologi di satu sisi dapat membuat orang merasa merasa tidak lagi butuh orang lain dalam beraktivitas dan lupa bahwa manusia adalah makhluk sosial. Sikap ini berisiko mengurangi semangat gotong-royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial. 3. Kesenjangan SosialArus globalisasi yang hanya diikuti oleh sebagian kecil individu di lingkungan masyarakat di satu sisi memperdalam jurang pemisah dan kesenjangan sosial jika tidak dijembatani sikap dan kepedulian sosial. 4. Kurangnya Peran Masyarakat dalam Penjagaan Keamanan dan KedaulatanGlobalisasi di bidang hukum, pertahanan, dan keamanan berisiko mengurangi peran masyarakat dalam menjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara. Sebab, peran tersebut dipertebal sebagai tanggung jawab pihak tentara dan polisi. 5. Perubahan pola pikir masyarakatPerubahan dunia yang cepat mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat Nah, dampak positif globalisasi dan dampak negatifnya dapat disaring agar memberikan manfaat bagi warga Indonesia. Selamat belajar ya, detikers. Simak Video "Keluarga Ungkap Kronologi Pengeroyokan Lansia hingga Tewas di Jaktim!" (twu/lus) Page 2Jakarta - Globalisasi merupakan fenomena khusus terus-menerus dalam peradaban manusia global. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi mempercepat proses globalisasi. Apa saja dampak positif globalisasi dan dampak negatifnya? Globalisasi ditandai dengan kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi yang memengaruhi sektor politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain, seperti dikutip dari jurnal Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Indonesia oleh Nurhaidah dan M. Insya Musa, Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Syiah Kuala. Dampak Positif Globalisasi1. Perubahan Tata Nilai dan SikapAdanya globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi 3. Tingkat Kehidupan yang lebih BaikDibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. 4. Penguatan Supremasi Hukum dan Perlindungan HAMGlobalisasi dapat mendukung kehidupan bangsa Indonesia melalui penguatan supremasi hukum, demokratisasi, dan tuntutan terhadap dilaksanakannya hak-hak asasi manusia. Globalisasi juga mendukung peningkatan regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang-undangan yang memihak dan bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak. Globalisasi juga memengaruhi penguatan tuntutan terhadap tugas-tugas penegak hukum yang lebih profesional, transparan, dan akuntabel. 5. Adaptasi Etos Kerja dan KemandirianGlobalisasi bidang sosial budaya dapat mendukung adaptasi peningkatan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional, sportif, dan lain-lain. 6. Perluasan Peluang Pasar Perdagangan Luar NegeriLiberalisasi perdagangan barang, jasa layanan, dan komoditas lain melalui globalisasi di bidang ekonomi sektor perdagangan memberi peluang kepada Indonesia untuk ikut bersaing di pasar perdagangan luar negeri, terutama hasil pertanian, hasil laut, tekstil, dan bahan tambang. 7. Operasi Produksi Perusahaan Asing di IndonesiaGlobalisasi bidang ekonomi sektor produksi menyebabkan munculnya kecenderungan perusahaan asing memindahkan operasi produksiperusahaannya ke negara-negara berkembang dengan pertimbangan keuntungan geografis. Di satu sisi, dampak globalisasi ini membuka lapangan kerja pagi penduduk. Dampak Negatif Globalisasi1. Pola Hidup KonsumtifPerkembangan industri yang pesat di tengah globalisasi membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Ketersediaan ini dapat memicu masyarakat tertarik mengonsumsi barang dengan banyaknya pilihan. 2. Sikap IndividualistikKemudahan yang ditawarkan teknologi di satu sisi dapat membuat orang merasa merasa tidak lagi butuh orang lain dalam beraktivitas dan lupa bahwa manusia adalah makhluk sosial. Sikap ini berisiko mengurangi semangat gotong-royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial. 3. Kesenjangan SosialArus globalisasi yang hanya diikuti oleh sebagian kecil individu di lingkungan masyarakat di satu sisi memperdalam jurang pemisah dan kesenjangan sosial jika tidak dijembatani sikap dan kepedulian sosial. 4. Kurangnya Peran Masyarakat dalam Penjagaan Keamanan dan KedaulatanGlobalisasi di bidang hukum, pertahanan, dan keamanan berisiko mengurangi peran masyarakat dalam menjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara. Sebab, peran tersebut dipertebal sebagai tanggung jawab pihak tentara dan polisi. 5. Perubahan pola pikir masyarakatPerubahan dunia yang cepat mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat Nah, dampak positif globalisasi dan dampak negatifnya dapat disaring agar memberikan manfaat bagi warga Indonesia. Selamat belajar ya, detikers. Simak Video "Keluarga Ungkap Kronologi Pengeroyokan Lansia hingga Tewas di Jaktim!" [Gambas:Video 20detik] (twu/lus) Konsumerisme merupakan ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok yang menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan, tanpa sadar dan berkelanjutan.[1] Pembelian barang-barang hanya didasari oleh keinginan dan tidak mempertimbangkan kebutuhan.[2] Pada mulanya, konsumerisme adalah sebuah gerakan perlindungan terhadap konsumen. Seiring dengan berkembangnya filsafat materialisme dan positivisme, pandangan konsumerisme berkembang menjadi suatu konsumsi dengan teknologi modern yang bersifat boros.[3] Konsumerisme terbentuk melalui pembangunan pusat-pusat hiburan dan pusat-pusat perbelanjaan di kota-kota besar.[4] Penyebab utama timbulnya paham konsumerisme adalah pemenuhan keinginan yang lebih besar dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan. Manusia memiliki keinginan yang tidak terbatas sedangkan kemampuan yang dimilikinya terbatas. Hal ini membuat manusia selalu ingin memenuhi keinginannya meskipun kemampuan untuk memenuhinya terbatas. Perilaku ini membuat manusia tidak akan pernah mencapai kepuasan sehingga konsumerisme terjadi secara alami.[5] Konsep konsumerisme mulai digagas oleh Walt Whitman Rostow melalui gagasan bahwa konsumsi secara berlebihan akan timbul pada tahap akhir perrtumbuhan ekonomi. Hasrat dan minat masyarakat cenderung mengutamakan konsumsi dan kesejahteraan melalui sumber daya yang tersedia disertai dengan dukungan politik. Perilaku konsumerisme disebarluaskan melalui penaklukan negara lain dan penguasaan terhadapnya. Pada tahap ini konsumerisme hanya mengutamakan kebutuhan primer. Setelahnya konsumerisme digunakan sebagai sarana untuk menciptakan negara yang sejahtera. Pada tahap ini diterapkan sistem perpajakan yang akan membagi rata kemakmuran dalam masyarakat.[6] Konsumerisme masih dianggap sebagai sebuah gerakan konsumsi selama periode 1890-1906. Pada periode tahun 1930-an, meningkatnya hasrat masyarakat untuk melakukan konsumsi secara besar-besaran membuat konsumerisme dipandang sebagai kegiatan pemborosan massal. Konsep ini mulai dibahas oleh Thorstein Bunde Veblen dalam buku The Theory of The Leisure Class dan oleh Stuar Chase dalam buku The Tragedy of Waste. Konsep konsumerisme kemudian kembali dibahas oleh John F. Kennedy pada bulan Maret 1962. Konsumerisme yang digagasnya berkaitan dengan kekurangan yang dimiliki pasar beraitan dengan konsumen, pelayanan pasar dan kualitas produk di dalam pasar.[7] Dalam perkembangan selanjutnya, konsumerisme tidak hanya menjadi gejala ekonomi, tetapi juga menjadi gejala sosiologi dan psikologi. Konsumerisme menjadi suatu gerakan perlindungan dan pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk lembaga konsumen. Lembaga ini menjadi perantara antara kepentingan produsen dan konsumen. Di saat bersamaan, perkembangan konsumerisme sebagai suatu bentuk pemborosan menjadi lebih pesat. Ini merupakan akibat dari perkembangan selera konsumen yang cenderung boros dan kecenderungan produsen untuk melakukan produksi massal secara terus-menerus.[8] Artikel bertopik ekonomi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |