Menelusuri kebenaran sebuah berita kepada sumber terpercaya disebut

Pada masa ini, ketika arus informasi demikian mudahnya, seringkali tanpa berfikir panjang kita langsung menyebarkan (men-share) semua berita dan informasi yang kita terima, tanpa terlebih dahulu meneliti kebenarannya. Kita dengan sangat mudah men-share berita, entah dengan menggunakan media sosial semacam facebook, atau aplikasi whatsapp, atau media yang lainnya. Akibatnya, muncullah berbagai macam kerusakan, seperti kekacauan, provokasi, ketakutan, atau kebingungan di tengah-tengah masyarakat akibat penyebaran berita semacam ini.

Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas mengatakan,

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta apabila dia mengatakan semua yang didengar.” (HR. Muslim no.7)

Janganlah kita tergesa-gesa menyebarkan berita tersebut, karena sikap seperti ini hanyalah berasal dari setan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

التَّأَنِّي مِنَ اللهِ , وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Ketenangan datangnya dari Allah, sedangkan tergesa-gesa datangnya dari setan.” (HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra 10/104 dan Abu Ya’la dalam Musnad-nya 3/1054)

Periksalah Kebenaran sebuah Berita dengan Cermat

Allah Ta’ala pun memerintahkan kepada kita untuk memeriksa suatu berita terlebih dahulu karena belum tentu semua berita itu benar dan valid. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 6)

Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk memeriksa suatu berita dengan teliti, yaitu mencari bukti-bukti kebenaran berita tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan menelusuri sumber berita, atau bertanya kepada orang yang lebih mengetahui hal itu.

Oleh karena itu, sungguh saat ini kita sangat perlu memperhatikan ayat ini. Suatu zaman di mana kita mudah untuk men-share suatu link berita, entah berita dari status facebook teman, entah berita online, dan sejenisnya, lebih-lebih jika berita tersebut berkaitan dengan kehormatan saudara muslim atau berita yang menyangkut kepentingan masyarakat secara luas. Betapa sering kita jumpai, suatu berita yang dengan cepat menjadi viral di media sosial, di-share oleh ribuan netizen, namun belakangan diketahui bahwa berita tersebut tidak benar. Sayangnya, klarifikasi atas berita yang salah tersebut justru sepi dari pemberitaan.

Hukuman bagi yang Sembarangan Menyebar Berita

Bagi kita yang suka asal dan tergesa-gesa dalam menyebarkan berita, maka hukuman di akhirat kelak telah menanti kita. Dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan mimpi beliau,

رأيت الليلة رجلين أتياني، فأخذا بيدي، فأخرجاني إلى أرض فضاء، أو أرض مستوية، فمرا بي على رجل، ورجل قائم على رأسه بيده كلوب من حديد، فيدخله في شدقه، فيشقه، حتى يبلغ قفاه، ثم يخرجه فيدخله في شدقه الآخر، ويلتئم هذا الشدق، فهو يفعل ذلك به

“Tadi malam aku bermimpi melihat ada dua orang yang mendatangiku, lalu mereka memegang tanganku, kemudian mengajakku keluar ke tanah lapang. Kemudian kami melewati dua orang, yang satu berdiri di dekat kepala temannya dengan membawa gancu dari besi. Gancu itu dimasukkan ke dalam mulutnya, kemudian ditarik hingga robek pipinya sampai ke tengkuk. Dia tarik kembali, lalu dia masukkan lagi ke dalam mulut dan dia tarik hingga robek pipi sisi satunya. Kemudian bekas pipi robek tadi kembali pulih dan dirobek lagi, dan begitu seterusnya.”

Di akhir hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat penjelasan dari malaikat, apa maksud kejadian yang beliau lihat,

أما الرجل الأول الذي رأيت فإنه رجل كذاب، يكذب الكذبة فتحمل عنه في الآفاق، فهو يصنع به ما رأيت إلى يوم القيامة، ثم يصنع الله به ما شاء

“Orang pertama yang kamu lihat, dia adalah seorang pendusta. Dia membuat kedustaan dan dia sebarkan ke seluruh penjuru dunia. Dia dihukum seperti itu sampai hari kiamat, kemudian Allah memperlakukan orang tersebut sesuai yang Dia kehendaki.” (HR. Ahmad no. 20165) [2]

Apabila kita sudah berusaha meneliti, namun kita belum bisa memastikan kebenarannya, maka diam tentu lebih selamat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَمَتَ نَجَا

“Barangsiapa yang diam, dia selamat.” (HR. Tirmidzi no. 2501) [3]

Bertanyalah, Adakah Manfaat Menyebarkan suatu Berita Tertentu?

Lalu, apabila kita sudah memastikan keberannya, apakah berita tersebut akan kita sebarkan begitu saja? Jawabannya tentu saja tidak. Akan tetapi, kita lihat terlebih dahulu apakah ada manfaat dari menyebarkan berita (yang terbukti benar) tersebut? Jika tidak ada manfaatnya atau bahkan justru berpotensi menimbulkan salah paham, keresahan atau kekacauan di tengah-tengah masyarakat dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya, maka hendaknya tidak langsung disebarkan (diam) atau minimal menunggu waktu dan kondisi dan tepat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 74)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melarang Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu untuk menyebarkan ilmu yang dia peroleh karena khawatir akan menimbulkan salah paham di tengah-tengah kaum muslimin. Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,

فَقَالَ: «يَا مُعَاذُ، تَدْرِي مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ؟ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ؟» قَالَ: قُلْتُ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللهَ، وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا» ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ، قَالَ: «لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا»

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Wahai Mu’adz, apakah kamu tahu apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba dan apa hak hamba yang wajib dipenuhi oleh Allah?’ Aku menjawab, ‘Allah dan Rasul-nya yang lebih mengetahui.’ Beliau pun bersabda, ‘Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah supaya mereka beribadah kepada-Nya saja dan tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya. Adapun hak hamba yang wajib dipenuhi oleh Allah adalah Allah tidak akan mengazab mereka yang tidak berbuat syirik kepada-Nya.’

Lalu aku berkata, ’Wahai Rasulullah, bagaimana kalau aku mengabarkan berita gembira ini kepada banyak orang?’ Rasulullah menjawab, ’Jangan, nanti mereka bisa bersandar.’” (HR. Bukhari no. 2856 dan Muslim no. 154)

Mari kita perhatikan baik-baik hadits ini. Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan suatu berita (ilmu) kepada Mu’adz bin Jabal, namun beliau melarang Mu’adz bin Jabal untuk menyampaikannya kepada sahabat lain, karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir kalau mereka salah paham terhadap kandungan hadits ini. Artinya, ada suatu kondisi sehingga kita hanya menyampaikan suatu berita kepada orang tertentu saja. Dengan kata lain, terkadang ada suatu maslahat (kebaikan) ketika menyembunyikan atau tidak menyampaikan suatu ilmu pada waktu dan kondisi tertentu, atau tidak menyampaikan suatu ilmu kepada orang tertentu. [4]

Mu’adz bin Jabal akhirnya menyampaikan hadits ini ketika beliau hendak wafat karena beliau khawatir ketika beliau wafat, namun masih ada hadits yang belum beliau sampaikan kepada manusia. Mu’adz bin Jabal juga menyampaikan kekhawatiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu, agar manusia tidak salah paham dengan hadits tersebut. [5]

Semoga tulisan singkat ini menjadi panduan kita di zaman penuh fitnah dan kerusakan seperti sekarang ini, yang salah satunya disebabkan oleh penyebaran berita yang tidak jelas asal-usul dan kebenarannya. [6]

***

Selesai disempurnakan di pagi hari, Rotterdam NL 3 Dzulhijjah 1438/26 Agustus 2017

Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,

Penulis: Muhammad Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.or.id

Catatan kaki:

[1]     Dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-shahihah no. 1795. [2]     Dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth. [3]     Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani. [4]     Al-Qaulul Mufiid ‘ala Kitaabit Tauhiid, 1/55. [5]     I’anatul Mustafiid, 1/50. [6]    Dikutip dari buku penulis, “Islam, Sains dan Kesehatan”, hal. 49-54 dengan beberapa penambahan yang dianggap penting. Penerbit Pustaka Muslim, Yogyakarta tahun 2016.

🔍 Ayat Tentang Keluarga, Kajian Al Fatihah, Hari Kejatuhan Adalah Nama Lain Dari Yaumul, Nasrani Menurut Islam, Bahasa Arab Kitab

Jakarta - Berita yang tayang di media massa online perlu diverifikasi keabsahannya, apakah valid atau tidak. Mungkin saja berita itu mengandung unsur kebohongan alias hoaks sehingga tidak bisa dipercaya.

Organisasi Pendidikan PBB, UNESCO telah mencanangkan pekan literasi yang fokus pada masyarakat di era digital dan bahaya disinformasi. Ada pihak yang ingin menyalahgunakan kebebasan di internet untuk melakukan hal-hal yang merusak, termasuk dengan menyebarkan berita-berita palsu.

Banyak orang berniat jahat memanfaatkan internet untuk menyebarkan informasi tidak benar. Tujuannya untuk merusak tatanan masyarakat dengan menyebarkan konflik ke berbagai wilayah melalui hoaks.

Maka dari itu, untuk menghindarinya kita harus menyaring informasi berita online, berikut cara memverifikasinya menurut Google dalam keterangan tertulis, pekan lalu.

Demi menghindari kabar bohong tersebut kita harus mengetahui berita itu fakta atau bualan belaka. Berikut cara mengetahuinya.

 1. Kroscek Sumber Berita

Pengguna bisa memeriksa kebenaran suatu berita menggunakan Google News. Pada aplikasi bawaan Google ini kita bisa mengecek apakah suatu berita telah dilaporkan oleh suatu media yang kredibel. Jika berita yang kita baca tidak dapat divalidasi oleh sumber resmi lainnya, maka besar kemungkinannya bahwa berita yang dibaca merupakan berita palsu.

Cara mudahnya dengan mencari suatu topik pada mesin pencarian Google kemudian bisa ditambahkan kata "hoax" di akhir kalimat. Jika merupakan benar berita hoax, maka akan muncul pembahasan terkait topik yang diakses.

2. Verifikasi Gambar yang Digunakan

Pembaca bisa memastikan gambar yang digunakan pada halaman berita untuk dicek keasliannya apakah foto tersebut memang benar kebenarannya. 

Cara pertama bisa dilakukand engan mengklik kanan pada gambar lalu pilih “Telusuri Google untuk gambar” yang bertujuan untuk menelusuri lebih lanjut mengenai gambar tersebut. 

Gambar tersebut akan masuk ke mesin pencarian Google dan database online-nya akan terlihat apakah sebelumnya pernah muncul, dan apakah gamabr tersebut disalahgunakan dari tujuan aslinya.

Bisa juga dengan menggunakan tool milik Google, yaitu Google Images. Caranya dengan menyimpan gambar yang ingin diselidiki atau dengan hasil tangakapan layar. Pada laman Google Images, foto yang disimpan bisa disisipkan dengan men-drag foto tersebut ke kolom pencarian. Setelahnya akan muncul berbagai macam pencarian yang menampilkan unggahan gambar tersebut. 

Dari sini pengguna dapat mengetahui pihak pertama yang menyebarkan gambar tersebut. Cek kembali apakah situs tersebut merupakan sumber yang terpercaya atau tidak.

3. Cek URL Berita

Di Internet, bertebaran berbagai situs yang tampak layaknya media-media terpercaya. Dilengkapi domain yang hampir mirip dengan media aslinya, situs-situs palsu ini kerap kali menyebarkan berita hoax.

Berbekal dengan domain url tersebut akan menambah kredibilitas situs-situs hoaks tersebut agar traffic-nya semakin ramai pengunjung dan bisa menjadi acuan sumber informasi.

Jika memerhatikan URL sebuah website, pastikan setiap hurufnya serta domain yang digunakan pada umumnya untuk situs media besar menggunakan “com”. 

Misalnya pada website “Tagar-channel.com” meskipun terlihat layaknya media tagar aslinya, namun alangkah lebih baik dengan memeriksa media tersebut secara langsung melalui google. 

Biasanya situs asli akan muncul di pencarian teratas. Selain itu, berita bisa ditelusuri langsung pada situs media resmi itu.

4. Verifikasi Trending Topik dengan Fact Check Explorer

Verifikasi dilakukan untuk mengetahui bahwa suatu informasi merupakan fakta atau bukan. Fact Check Explorer membuat daftar hasil verifikasi pada sebuah database online. 

Jadi ketika pengguna mencurigai keabsahan suatu informasi bisa menggunakan Fact Check Explorer untuk mengetahui faktanya. Di sini, pengguna dapat dengan mudah menelusuri verifikasi yang berkaitan dengan suatu informasi baik tokoh atau berita yang sedang dicari.

Salah satu hal utama dalam informasi berita adalah sumber yang menjadi referensinya. Berita bohong menggunakan judul yang sensasional bahkan terkesan hiperbola demi menarik pembaca dan pengunjung. Hal ini akan memberikan keuntungan bagi si pemilik berita hoaks. 

Parahnya, jika pengguna yang mengakses tidak tahu menahu mengenai kebenaran informasi, maka penyebaran informasi akan terus berlanjut dari si pembaca tersebut.

Tapi jika diteliti secara detail berita palsu seringkali tidak konsisten. Seperti halnya nama yang menjadi narasumber, jika tidak bisa diteliti maka penggunaan nama tersebut haya sebagai pendukung yang berdasarkan karangan penulis.

Konsumsi informasi di era internet ini memilik tantangannya tersendiri khususnya untuk menangkal berita bohong. Hokas bisa menjadi pemecah keutuhan suatu kelompok bahkan menimbulkan permusuhan. Oleh karena itu, saring sebelum sharing berita.

(Revy Putra Andaryanto)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA