Materi perguruan Muhammadiyah


WAWASAN
Pendidikan Muhammadiyah adalah pendidkan Islam modern yang memadukan agama Islam dengan kehidupan. Dalam pendidikan Muhammadiyah, pendidikan Kemuhammadiyahan menjadi bagaian, ciri khas atau pembeda antara sekolah/madrasah Muhammadiyah dengan sekolah/madrasah selain Muhammadiyah.
Pendidikan Kemuhammadiyahan dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran mengenai hakikat, visi dan misi pergerakan Muhammadiyah dalam segala aspeknya dengan maksud menumbukan nilai-nilai dan sikap hidup Islami sesuai Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw yang diwujudkan dalam pandangan, pendirian dan sikap hidup serta perjuangan dalam membela agama Islam.

Materi perguruan Muhammadiyah
Sejarah Perguruan Muhammadiyah
Kecenderungan umum yang selalu dijadikan dasar pijak dalam melihat latar belakang pendidkan Muhammadiyah adalah dualisme pendidikan yang terjadi pada awal abad ke-20. Di satiu sisi, pendidikan Islam yang diwakili pesantren tradisional hanya mengajarkan ilmu agama. Sedangkan di sisi lain, sekolah-sekolah Belanda hanya mengajarkan ilmu umum.
Penilaian ini memang benar, tetapi tidak dapat sepenuhnya dibenarkan, sebab pernyataan tersebut menyederhanakan fakta sejarah yang terjadi. Sesungguhnya ada banyak factor yang mendorong K.H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan pendidikan Muhammadiyah, yakni sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, media pembebasan masyarakat dari jerat kemiskinan, kebodohan, ketidak adilan, system kasta dan pelaksanaan ajaran agama yang kurang otentik.
Kenyataan tersebut mendorong K.H. Ahmad Dahlan melakukan pembaruan system pendidikan Islam, sehingga dapat mengimbangi kemajuan sekolah-sekolah Belanda. Karena itulah beliau merintis dan mendirikan sebuah lembaga pendidikan modern. System yang dikembangkan dalam lembaga ini merupakan hasil adaptasi KH. Ahamd Dahlan dari dua lembaga pendidikan yang sedang berkembang pada saat itu, yaitu pesantren tradisonal dan sekolah Belanda. Ia mengadaptasi spirit keislaman yang dikembangkan di pesantren dan diperbarukan. Sedangkan dalam segi metode pengajaran dan kurikulumnya, ia mengadaptasi system yang diterapkan di sekolah Belanda.
Berawal dari situlah mulai berdiri banyak perguruan Muhammadiyah dimana-mana. Bangunan-bangunan sekolah/ madrasah Muhammadiyah itu melambangkan pengkhidmatan Muhammadiyah kepada rakyat, bangsa dan Negara Indonesia, mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, akademi-akademi, institut-institut ilmu pendidikan, universitas-universitas dan lain sebagainya.
Menurut H.S. Prodjokusumo, Ketua Majelis Pendidikan dan Pengajaran (Sekarang Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah) PP Muhammadiyah, kegiatan pendirian sekolah/madrasah Muhammadiyah bermula dari inisiatif beberapa orang pengurus Cabang, yang menghubungi beberapa orang yang hendak mewakafkan ataupun menghibahkan tanahnya. Sedangkan sebagian yang lain dibeli dengan mengumpulkan uang secara bergotong royong. Pembelian tanah kadang dapat berlangsung dengan cepat, akan tetapi terkadang memerlukan waktu hingga bertahun-tahun hingga lunas, atau berkat bantuan dari pihak yang menjual tanah yang berkeinginan untuk mewakafkan/menghibahkan bagian yang belum terbayar.
Begitu seterusnya hingga diawal masa kemerdekaan, ketika pemerintah belum dapat membangun sekolah-sekolah di pelosok tanah air, sekolah/madrasah Muhammadiyah justru terus mengembangkan darma baktinya untuk mencerdaskan bangsa. Keberadaan peserta didik di sekolah/madrasah Muhammadiyah menampakkan dengan jelas bahwasanya Indonesia membutuhkan sekolah/madrasah Muhammadiyah. Ketika pemerintah mulai membangun sekolah dasar Inpres, Muhammadiyah tidaklah merasa tersingkir, Muhammadiyah justru menyambut dengan gembira, karena melihat pemerintah mulai melaksanakan wajib belajar, sehingga seluruh anak Indonesia dapat diupayakan untuk mendapatkan pendidikan.
Dengan membangun sekolah/madrasah, Muhammadiyah telah memberikan andil yang besar dalam mencerdaskan bangsa. Nilainya menjadi lebih besar lagi manakala diingat bahwa di zaman Belanda, Muhammadiyah dengan sekolah dan madrasahnya telah mebuat pendidikan menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat luas hingga rakyat kecil yang tidak mungkin mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah-sekoplah yang dibangun oleh pemerintah Belanda. Bahkan lebih dari itu, di zaman kemerdekaan, system pendidan Muhammadiyah yang memberikan pelajaran agama bersama-sama dengan pelajaran umum, telah diangkat dan diterima menjadi system pendidikan nasional. Sistem pendidkan yang demikian telah ditetapkan MPR dalam GBHN semenjak tahun 1972.

========xxx=======